Tsunami Selat Sunda, 113 BTS Mati Karena Listrik Padam

Dan setelah operator memasang genset, tercatat tinggal 61 lokasi BTS/e-Node yang belum aktif kembali.

oleh Jeko I. R. diperbarui 25 Des 2018, 17:00 WIB
Diterbitkan 25 Des 2018, 17:00 WIB
Pandangan Udara Kerusakan Terparah Akibat Tsunami Selat Sunda
Pemandangan dari udara kawasan pemukiman nelayan di Kampung Sumur Pesisir, Pandeglang, Banten, Selasa (24/12). Situasi Kampung Sumur gelap gulita karena listrik mati saat tsunami menerjang. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Pascatsunami Selat Sunda pada Sabtu malam (22/12/2018), Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara mengungkap ada 113 lokasi Base Transceiver Station (BTS)/e-Node yang tak dapat berfungsi dari keseluruhan operator di Serang, Pandeglang, dan Lampung Selatan.

"Semuanya mati (setelah tsunami) semua karena kehilangan pasok listrik PLN," kata Rudiantara dalam keterangannya, Selasa (25/12/2018).

Lantas, pihak Kemkominfo langsung mengatasinya dengan mengerahkan genset BTS yang tidak berfungsi tersebut. 

Dan setelah operator memasang genset, tercatat tinggal 61 lokasi BTS/e-Node yang belum aktif kembali.

Terkait sisa lokasi BTS/e-Node yang belum aktif, Rudiantara mengklaim akan secepatnya memasangi genset, agar layanan telekomunikasi di sekitar dapat pulih kembali setelah tsunami.

"Ada operator yang sudah 100 persen pulih, tetapi masih ada yang belum sepenuhnya pulih," terang pria yang karib disapa Chief RA ini.

Walau masih ada 61 lokasi yang dinyatakan belum normal, Rudiantara mengakui secara keseluruhan hanya mempresentasikan 1,3 persen dari total BTS/e-Node di ketiga kabupaten yang mencapai 4.731 BTS/e-Node.

 

Tsunami di Selat Sunda, Tak Ada Kerusakan Infrastruktur Telekomunikasi

Usai Tsunami Selat Sunda, Warga Mulai Pulang Selamatkan Harta Benda
Warga mengumpulkan perkakas dari bangunan rumahnya yang rusak akibat terjangan tsunami di Kampung Sumur Pesisir, Pandeglang, Banten, Senin (24/12). Pascatsunami Selat Sunda, warga mulai kembali ke rumahnya masing-masing. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) memastikan tidak ada kerusakan infrastruktur telekomunikasi seluler maupun tetap disebabkan terjangan tsunami di Selat Sunda, kawasan Anyer, Banten dan Lampung, pada Sabtu malam (22/12/2018).

Secara umum, layanan telkomunikasi seluler berjalan normal sampai dengan pagi ini, Minggu (23/12/2018), pukul 07.00 WIB.

Kendati demikian, memang ada beberapa BTS yang tidak berfungsi karena listrik padam setelah tsunami berlangsung.

"Berdasarkan pantauan Kementerian Komunikasi dan Informatika, ada beberapa BTS yang tidak bisa berfungsi normal karena listrik padam di sejumlah kawasan Banten dan Lampung Selatan," jelas Plt. Kepala Biro Humas Kementerian Kominfo, Ferdinandus Setu, dalam keterangan resminya, Minggu (23/12/2018).

Diungkapkan pria yang akrab disapa Nando itu, saat ini operator telekomunikasi tengah melakukan pemulihan pasokan catu daya listrik dengan mobile backup power.

Tim lapangan tengah standby dan menuju lokasi BTS untuk menyiapkan genset atau melakukan penggantian baterai sebagai catu daya BTS di kawasan yang mengalami pemadaman listrik.

Adapun kondisi jaringan Telkom di STO Kalianda, STO Ciwandan, STO Pasauran dan STO Labuhan semua dalam kondisi aman dan bisa beroperasi.

"Kementerian Kominfo menyampaikan dukacita mendalam bagi para korban bencana tsunami yang terjadi di Selat Sunda," tutur Nando.

Kemkominfo juga mengimbau agar pengguna internet dan media sosial tidak menyebarkan hoaks atau informasi yang tidak bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya berkaitan dengan bencana ini.

Tsunami Tidak Dipicu Gempa Bumi

Ilustrasi tsunami
Ilustrasi (iStock)

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan peristiwa tsunami di pantai barat Banten pada Sabtu malam (22/12/2018), sekitar pukul 21.27 WIB, tidak dipicu oleh gempa bumi.

Menurut Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, tsunami yang terjadi di Selat Sunda tersebut diakibatkan dari erupsi Gunung Anak Krakatau.

"Ada indikasi yang terjadi memang pada hari yang sama, gelombang tinggi erupsi gunung itu mengakibatkan tsunami," ungkapnya dalam jumpa pers, di Jakarta, Minggu (22/12/2018).

BMKG akan mengecek langsung ke lokasi kejadian untuk mencari tahu secara pasti penyebab tsunami yang dirasakan di wilayah Banten dan Lampung. "Energinya cukup kuat. Paling penting tetap tentang, jangan berada di Pantai Selat Sunda," tuturnya.

Berdasarkan hasil pengamatan tidegauge (sementara) BMKG, didapatkan data sebagai berikut terkait tsunami di Banten dan Lampung:

a. Tidegauge Serang di pantai Jambu, desa Bulakan, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang: tercatat pukul 21.27 WIB ketinggian 0,9mb.

b. Tidegauge Banten di pelabuhan Ciwandan, Kecamatan Ciwandan: tercatat pukul 21.33 WIB ketinggian 0,35mc.

c. Tidegauge Kota Agung di Desa Kota Agung, Kecamatan Kota Agung, Lampung: tercatat pukul 21.35 WIB ketinggian 0,36md.

d. Tidegauge pelabuhan Panjang, Kecamtan Panjang Kota Bandar Lampung: tercatat pukul 21.53 WIB ketinggian 0,28m

"Masyarakat diimbau agar tetap tentang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. "Masyarakat juga diimbau untuk tetap menjauh dari pantai perairan Selat Sunda hingga ada perkembangan informasi dari BMKG dan Badan Geologi," jelas Dwikorita.

(Jek/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya