Liputan6.com, Jakarta - Bukan hal mudah bagi Indonesia untum melaju dan berevolusi ke era industri 4.0. Pasalnya, Indonesia butuh sejumlah persiapan matang untuk mengembangkan ekosistem industir 4.0.
Disampaikan oleh akademisi dan pengamat industri, Mari Elka Pangestu, ada beberapa pilar yang akan menopang terciptanya ekosistem dari industri 4.0. Di antaranya seperti Internet of Things (IoT), Big Data, Cloud Computing, Machine Learning, Robotik, hingga kecerdasan buatan (AI, Artificial Intelligence).
Advertisement
Baca Juga
"Dalam mengimplementasikan industri 4.0, negara kita harus butuh beberapa hal. Pertama, peningkatan volume data, daya komputasi, dan konektivitas," kata Mari Elka di Algoritma Data Science Center, Jakarta, Rabu (27/2/2019).
Seperti diketahui, data menjadi 'bahan bakar' sempurna untuk memberikan 'tenaga' kepada industri 4.0.
Namun kenyataannya, di lapangan, Indonesia memiliki data yang tersebar dalam berbagai bentuk, ada dalam bentuk manual dan kertas, dan juga ada dalam bentuk digital.
"Butuh waktu lama untuk bisa mendigitalisasikan data ini, dan lagi-lagi kita butuh SDM Data Scientist," sambung mantan Menteri Perdagangan periode 2004-2011 ini.
Adapun hal berikutnya, adalah kemampuan analitis dan bisnis intelijen. SDM pun, lagi-lagi dibutuhkan untuk bidang ini.
Dua Hal Lainnya
Berlanjut ke hal berikutnya, bentuk baru dari interaksi manusia dengan mesin, seperti Augmented Reality dan Touch Interface, diakui Mari Elka juga menjadi penopang implementasi industri 4.0.
Dan yang terakhir, Indonesia juga harus membutuhkan pemahaman seperti pengembangan transfer intruksi digital ke dalam bentuk fisik, seperti robotik dan cetak 3D.
Advertisement
SDM Jadi Tantangan
Industri 4.0 menjadi salah satu topik sorotan di Indonesia pada awal tahun ini. Terlebih, roadmap industri 4.0 sudah mulai digaungkan pemerintah sejak awal tahun lalu.
Pemerintah pun mulai mendukung semua pihak, khususnya perusahaan dan startup yang bergerak di bidang teknologi, untuk masuk ke industri 4.0. Namun untuk bisa bergerilya ke era ini, tentu bukan perkara mudah bagi Indonesia.
Pasalnya, sumber daya manusia (SDM) menjadi tantangan besar yang dialami Indonesia saat ini untuk industri 4.0.
Dalam sesinya, Mari Elka membenarkan SDM menjadi salah satu tantangan pemerintah untuk bergerak ke revolusi industri 4.0. Apalagi, industri 4.0 membutuhkan SDM yang handal di bidang ilmiah dan teknologi.
"Indonesia sekarang menghadapi tantangan talent development untuk industri 4.0. Padahal kebutuhan lapangan akan SDM di bidang data scientist, coding, dan software development terus meningkat," ujar Mari Elka.
Adapun pemicu tantangan ini, diungkapkan Mari Elka, dikarenakan rendahnya pengetahuan masyarakat tentang industri 4.0. Hal tersebut tentu menjadikan negara ini belum siap sepenuhnya untuk mengadopsi industri 4.0.
Wanita berkacamata ini juga mengungkapkan sejumlah upaya yang bisa dilakukan pemerintah untuk mendongkrak SDM lokal agar bisa melaju ke industri 4.0.
Pertama, adalah upaya reformasi kurikulum pendidikan formal berbasis STEAM (Science, Technology Art, Engineering, and Math).
Adapun yang kedua, sekolah kejuruan--khususnya di bidang ilmiah dan teknologi--juga harus lebih difokuskan agar menyerap lebih banyak SDM.
"Yang terakhir adalah menyeimbangkan talenta lokal dengan talenta asing, agar bisa sama-sama bersinergi untuk menciptakan ekosistem SDM di bidang ini," tutupnya.
(Jek/Isk)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: