Perjalanan Grab Jadi Decacorn Pertama di Asia Tenggara

Perusahaan ride-hailing, Grab, kembali menorehkan pencapaian baru dengan menjadi decacorn pertama di Asia Tenggara.

oleh Andina Librianty diperbarui 01 Mar 2019, 16:00 WIB
Diterbitkan 01 Mar 2019, 16:00 WIB
Driver Grab Bike Mengaku Bangga Jadi Bagian Kirab Obor Asian Games 2018
Driver Grab Bike Malang

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan ride-hailing, Grab, kembali menorehkan pencapaian baru dengan menjadi decacorn pertama di Asia Tenggara. Decacorn merupakan sebutan untuk startup (perusahaan rintisan) dengan nilai lebih dari US$ 10 miliar.

Dikutip dari berbagai sumber, ide awal mendirikan Grab datang dari Anthony Tan, anak dari keluarga yang mengoperasikan Tan Chong Motors yaitu distributor mobil Nissan di Malaysia.

Ketika seorang teman mengunjunginya di Malaysia, Anthony mendengarkan keluhan tentang pengalaman memesan taksi di negara itu. Temannya secara khusus mengeluh tentang kemungkinan rute yang salah atau biaya berlebihan yang dibebankan kepadanya.

Berbekal konsep ride sharing milik Garrett Camp, Anthony memutuskan menjadikan masalah tersebut sebagai proyeknya saat kuliah di Harvard Business School.

Ketika ia mempresentasikan proyek tersebut kepada para profesor pengajarnya, mulanya mereka menilai proyek itu sulit untuk diimplementasikan, meskipun ada bukti keberhasilan dari layanan ride hailing lain di Amerika Serikat (AS) seperti Uber.

Proyek tersebut akhirnya memenangkan posisi kedua dalam Business Plan Contest di Hardvard Business School. Kemudian juga terpilih sebagai finalis pada penghargaan Minimum Viable Product Funding Hardvard.

Hingga akhirnya Anthony bersama rekannya sesama lulusan Hardvard, Tan Hooi Ling, meluncurkan aplikasi My Teksi di Malaysia, atau yang dikenal sebagai GrabTaxi di beberapa negara lain pada 2012.

Tan bertugas membuat perencanaan bisnis untuk mempromosikan aplikasi tersebut, sementara Anthony menjadi CEO perusahaan. GrabTaxi diluncurkan dengan dana awal sebesar US$ 25 ribu dari Hardvard Business School dan modal pribadi Anthony.

Perjalanan awal GrabTaxi tak berjalan mulus. Kala itu banyak perusahaan taksi besar memberikan respons negatif, meski model bisnis semacam itu terbukti telah sukses di tempat lain. Hanya perusahaan taksi kelima yang ditemuinya memberikan kesempatan bekerja sama.

Seiring waktu, bisnis GrabTaxi terus mengalami perkembangan dengan berbagai jenis layanan selain taksi, di antaranya GrabCar, GrabBike, GrabFres, dan GrabFood. Perusahaan pun memindahkan kantor pusatnya dari Malaysia ke Singapura pada 2014.

Ekspansi ke Luar Negeri

Resmi 'Dipoles', Apa yang Baru di Aplikasi Grab?
Ilustrasi Driver Grab dengan Helm Baru (Liputan6.com/Jeko Iqbal Reza)

Lahir di Malaysia, GrabTaxi mengalami pertumbuhan yang cukup cepat di wilayah Asia Tenggara. Layanan ini memperluas bisnisnya ke berbagai negara. Setahun setelah didirikan, perusahaan ini hadir di Filipina pada Agustus 2013 dengan nama GrabTaxi. Sepanjang ekspansi, MyTeksi di luar negeri dikenal dengan nama GrabTaxi.

Lalu, GrabTaxi melakukan ekspansi ke Singapura dan Thailand pada Oktober di tahun yang sama. Satu tahun setelahnya, GrabTaxi meluncur di Ho Chi Ming City, Vietnam, pada Februari 2014.

Layanan GrabCar memulai debutnya di Malaysia dan Singapura pada Mei 2014. Pada tahun yang sama, GrabTaxi melebarkan sayapnya ke sejumlah negara lain, yaitu Jakarta, Indonesia pada Juni dan Cebu, Filipina pada bulan berikutnya.

Kemudian, juga mendarat di Pattaya, Thailand, dan Davao City, Filipina. Ekspansi ke pasar-pasar baru pun terus dilakukan sampai saat ini.

GrabTaxi mengalami perubahan merek menjadi "Grab" pada Januari 2016 sampai saat ini. Semua produk berada di bawah satu atap tersebut, termasuk Car, Bike, Food, dan Delivery.

Suntikan Dana

Liputan 6 default 2
Ilustraasi foto Liputan6

Selama enam tahun terakhir, Grab telah menerima sejumlah suntikan dana yang membantu perusahaan menjadi Decacorn. Pada April 2014, perusahaan meraih pendanaan seri A senilai lebih dari USD 10 juta yang berasal dari Vertex Ventures.

Lalu pada Mei tahun yang sama, juga mendapatkan suntikan dana USD 15 juta (pendanaan seri B) yang dipimpin oleh CGV Capital.

Kemudian pada Oktober 2014, Grab mendapatkan pendanaan seri C senilai USD 65 juta dari Tiger Global, Vertex Ventures, CGV, dan raksasa travel Tiongkok, Qunar.

Grab menutup 2014 dengan mendapatkan investasi USD 250 juta lewat pendanaan seri D dari SoftBank. Ini merupakan salah satu investasi terbesar di startup Asia Tenggara dalam sejarah. Sepanjang 2014 ini, perusahaan mendapatkan total suntikan dana US$ 340 juta.

Tak berhenti di sana, aliran investasi di Grab terus mengalir. Pada tahun lalu, misalnya, Microsoft menjadi salah satu investor di Grab. Investasi ini sekaligus mencakup kesepakatan strategi, yang salah satunya adalah penggunaan layanan cloud Microsoft, Azure, di dalam sistem Grab.

Grab pada akhir tahun lalu juga mengumumkan rencana kerja sama strategi dengan Yamaha Motor Co Ltd. Melalui kerja sama tersebut, Yamaha menyuntikkan modal senilai USD 150 juta.

Sejauh ini, pihak Grab belum mengumumkan rincian nilai investasi yang didapatkannya. Namun jika merujuk pada gelar Decacorn yang telah diklaimnya, maka perusahaan telah bernilai lebih dari USD 10 miliar.

Pada Desember 2018, Grab mengumumkan rencana untuk menggelar pendanaan seri H dengan ekspektasi dana mencapai USD 5 miliar.

Adapun pencapaian Grab sebagai decacorn diumumkan secara resmi melalui layanan web perusahaan.

"Grab, everyday SuperApp kamu, adalah Decacorn pertama di Asia Tenggara. Pencapaian ini tak terlepas karena kamu semua para pengguna setia Grab, mitra pengemudi, serta rekan merchant Grab," tulis Grab di situs resminya.

Grab saat ini sedang mempersiapkan untuk menggelar Initial Public Offering (IPO). Perusahaan dilaporkan telah merekrut bankir Lehman Brothers, John Chua, memimpin keuangan perusahaan sebagai langkah untuk persiapan IPO.

(Din/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya