Industri 4.0 Butuh Lebih Banyak SDM yang Menguasai Teknologi

Kemenperin sudah membuat sebuah peta jalan yang diterapkan untuk mencapai tujuan Indonesia menjadi negara 10 besar ekonomi dunia pada 2030 yang diberi nama Making Indonesia 4.0.

oleh Jeko I. R. diperbarui 22 Apr 2019, 15:00 WIB
Diterbitkan 22 Apr 2019, 15:00 WIB
Revolusi Industri 4.0
Revolusi Industri 4.0. Dok: engineersjournal.ie

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto mengklaim kalau revolusi industri 4.0 dengan berbagai teknologi pendukungnya--seperti Internet of Things (IoT), cloud computing, advance robotic, dan lainnya--berpotensi meningkatkan nilai tambah dan kontribusi industri terhadap PDB nasional sebesar USD 120 miliar (Rp 1.688 triliun) hingga USD 150 miliar (Rp 2.110 triliun) pada 2025.

Menurut studi McKinsey, hal tersebut berpeluang meningkatkan nilai tambah terhadap PDB nasional sebesar USD 120-USD 150 miliar pada 2025.

"Selain itu, meningkatkan pertumbuhan ekonomi sekitar 1-2 persen," kata Airlangga Hartarto dalam acara Indonesia Industrial Summit (IIS) 2019 di Jakarta pekan ini.

Menurutnya, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) sudah membuat sebuah peta jalan yang diterapkan untuk mencapai tujuan Indonesia menjadi negara 10 besar ekonomi dunia pada 2030 yang diberi nama Making Indonesia 4.0.

Sejak peluncurannya oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) satu tahun lalu, Kemenperin melakukan berbagai langkah untuk mempercepat penerapan Making Indonesia 4.0 sebagai game changer pertumbuhan ekonomi nasional.

Dalam penerapan peta jalan tersebut selama satu tahun terakhir, lanjut dia, pemerintah telah menjalankan langkah-langkah strategis untuk mendukung percepatan adopsi industri 4.0.

Pertama, peluncuran Indonesia Industry Readiness Index 4.0 (INDI 4.0), atau indikator penilaian tingkat kesiapan industri di Indonesia dalam menerapkan teknologi era industri 4.0.

Tahap awal assessment INDI 4.0 telah diikuti oleh 326 perusahaan industri dari sektor industri makanan dan minuman, tekstil, kimia, otomotif, elektronika, logam, aneka, dan sektor engineering, procurement, and construction (EPC).

Airlangga menambahkan, era revolusi industri 4.0 menuntut kesiapan sumber daya manusia (SDM) dalam penguasaan teknologi.

Era ini akan memberikan peluang lapangan kerja baru di Indonesia hingga 18 juta orang, dengan 4,5 tenaga kerja baru diserap sektor industri dan 12,5 juta lainnya oleh sektor jasa penunjang industri.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Lebih Berkualitas

Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution
Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution saat menjadi pembicara dalam acara Bincang Ekonomi di Liputan6.com di SCTV Tower, Jakarta, Kamis (2/3). (Liputan6.com/Fatkhur Rozaq)

Dalam kesempatan yang sama, Menko Perekonomian Darmin Nasution menjelaskan transformasi kebijakan ekonomi pemerintah menghadapi era revolusi industri 4.0 menjadi kata kunci pembangunan Indonesia ke depan.

"Transformasi kebijakan ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi lebih berkualitas dengan salah satu ukuran yakni menciptakan kesempatan kerja, menurunkan tingkat kemiskinan, serta mengupayakan pemerataan pembangunan," ujar Darmin.

Menurut Darmin, pemerintah telah berupaya keras untuk mendukung pertumbuhan industri nasional dengan membangun infrastruktur fisik seperti pelabuhan, bandara, jalan tol, jalan desa dan lainnya.

Pembangunan infrastruktur digital seperti Palapa Ring juga bertujuan untuk mendukung pengembangan era revolusi industri 4.0.

5 Faktor Pemimpin Perusahaan Bertransformasi Digital

Ilustrasi industri 4.0
Ilustrasi industri 4.0 (iStockPhoto)

Pada kesempatan yang sama, Agus F Abdillah, Chief of Product & Service Officer Telkomtelstra, menambahkan bahwa dari hasil survei Telkomtelstra, ada lima faktor yang menyebabkan pemimpin perusahaan memutuskan untuk melakukan transformasi digital menuju industri 4.0.

Pertama adalah lebih hemat biaya produksi, operasional yang lebih efisien, bisa mengembangkan ide inovatif untuk menghasilkan produk dan jasa baru, pengembangan pasar baru, dan meraih segmen pasar baru.

Perusahaan harus memulai inisiatif transformasi digital dan mensimplifikasikan proses dan memperbarui customer experience melalui inovasi teknologi digital seperti software defined network, cloud, dan security intelligent agar mampu memenangkan persaingan, sekaligus melayani dan mempertahankan customer secara cepat, seraya meningkatkan efisensi staf dan menurunkan biaya.

"Perusahaan saat ini sudah sangat aware dengan keharusan untuk bertransformasi digital agar mampu untuk bersaing dan tetap relevan dengan industri 4.0," jelasnya.

Sementara Alex Budiyanto, Ketua Asosiasi Cloud Computing Indonesia (ACCI), menerangkan dalam era revolusi industri 4.0 dengan berbagai teknologi pendukungnya seperti IoT, advance robotic, big data, dan virtual reality, teknologi cloud computing merupakan fundamental utama.

"Semua teknologi pendukung dari era revolusi industry 4.0 bermuara dalam cloud computing," papar Alex.

Alex menjelaskan saat ini telah hadir 13 provider cloud computing lokal yang ikut mendukung pengembangan era revolusi industry 4.0 di Indonesia. Ini membuktikan bahwa Indonesia juga mampu berkiprah dalam era revolusi industri 4.0.

"Ke depan bagaimana sinergi pemerintah, swasta, dan pihak pendidikan yang perlu didorong agar Indonesia tidak hanya menjadi pasar, tapi juga berperan aktif untuk memajukan perusahaan lokal," pungkasnya.

(Jek/Isk)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya