Liputan6.com, Jakarta - Bulan lalu, NASA mengumumkan sedang membuka pendaftaran boarding pass ke Mars bagi siapa saja yang berminat.
Kendati demikian, bukan berarti kamu akan langsung pergi ke Mars, melainkan hanya namamu saja yang meroket ke planet merah tersebut.
Meski tidak benar-benar pergi ke Mars, animo orang yang mendaftarkan diri terbilang besar, termasuk dari Indonesia. Berdasarkan pantauan Tekno Liputan6.com, Minggu (9/6/2019), pendaftar asal Indonesia menyentuh angka 90 ribuan, tepatnya 92.027.
Advertisement
Angka ini membuat Indonesia berada di urutan 12 dari seluruh negara di dunia. Adapun tiga besar pendaftar berasal dari Turki, India, lalu disusul oleh tuan rumah Amerika Serikat.
Baca Juga
Untuk diketahui, program ini merupakan bagian dari misi NASA untuk menjelajah Mars pada 2020. Melalui program ini, NASA memungkinkan kamu menitip nama dalam misi bernama Mars Exploration Program tersebut.
Nantinya, nama-nama pemilik boarding pass akan disatukan dalam satu chip yang mampu menampung hingga satu juta nama. Bagi kamu yang tertarik, tinggal mendaftarkan nama, email, kode pos, dan asal negara.
"Ketika kami bersiap meluncurkan misi Mars yang bersejarah ini, kami ingin semua orang berbagi dalam perjalanan eksplorasi," tutur Associate Administrator Science Mission Directorate (SMD) NASA, Thomas Zurbuchen.
NASA pun memastikan bahwa program ini memang ditujukan untuk mendapatkan partisipasi manusia Bumi dalam misi ke Mars. Karenanya, badan antariksa Amerika Serikat itu tidak memiliki maksud menyalahgunakan data yang sudah diberikan.
Begini Jadinya Kalau Manusia Pindah Ke Mars
Terlepas dari misi tersebut, profesor dari Rice University di Houston, Amerika Serikat, Scott Solomon, sempat memperkirakan mengenai kondisi manusia yang hidup di Mars.
Dilansir dari Inverse, Jumat (24/5/2019), ahli biologi evolusioner itu menyatakan kalau manusia pindah ke Mars, generasi manusia selanjutnya bakal punya fisik yang lebih kuat.
Tulang lebih kokoh, pandangan lebih terbatas, dan manusia Mars tidak bakal melakukan hubungan seksual dengan manusia Bumi.
Perbedaan itu tentu saja disebabkan situasi planet yang berbeda. Mars punya gravitasi yang lebih rendah dan tingkat radiasi yang sangat tinggi. Jika normalnya manusia lahir dengan 20-120 mutasi genetik, maka di Mars angka ini bisa lebih tinggi.
Solomon menyarankan, pemindahan manusia ke Mars harus bisa mewakili seluruh ras dan etnik penduduk Bumi. Kalau mau, manusia bisa mengirim 100 ribu orang yang mayoritas berasal dari Afrika, karena memiliki etnik yang paling beragam.
Advertisement
Ternyata Mars Pernah Jadi Planet Subur
Mars dikenal tandus dan kering. Namun siapa sangka, dulunya planet ini kaya akan air.
Penemuan terbaru menunjukkan adanya jejak siklus air di musim panas planet Mars oleh Geophysical Research Letters, seperti dikutip dari Forbes, Sabtu (18/5/2019).
Miliaran tahun yang lalu, Mars dikaruniai air yang melimpah. Sungai dan laut ada di mana-mana. Namun, 80 persen air di Mars terkuras habis lantaran radiasi sinar ultraviolet dari matahari yang membelah molekul air di atmosfer menjadi radikal hidrogen dan hidroksil, sementara hidrogennya menguap.
Namun, misteri terbesar dari penemuan ini adalah dari mana datangnya air tersebut. Seperti halnya tropopaus bumi, Mars juga memiliki lapisan atmosfer tengah yang seharusnya menahan naiknya gas, menyebabkannya berubah menjadi es dan jatuh kembali ke permukaan planet.
Mengapa Mars bisa kehilangan air namun bumi bisa tetap menjaganya? Inilah yang sedang dipikirkan oleh para ilmuwan.
(Dam/Isk)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: