Liputan6.com, Jakarta - Gerhana matahari total baru saja terjadi hari ini, Selasa (2/7/2019). Masyarakat dunia berkesempatan melihat fenomena alam ini, meskipun lokasinya terbatas.
Peristiwa ini menyebabkan cahaya matahari hilang sejenak, sehingga langit menjadi gelap seperti malam hari. Apa saja fakta gerhana matahari total lainnya? Berikut Tekno Liputan6.com rangkum untuk kamu.
Advertisement
Baca Juga
1. Berlangsung 4 menit
Gerhana matahari total pada hari ini muncul dini hari, tepatnya pukul 03.00 WIB. Fenomena ini berlangsung selama 4 menit 33 detik, lebih lama 2 menit 40 detik dibandingkan gerhana matahari total yang terjadi bulan Agustus 2017 lalu.
NASA menyatakan bahwa totalitas gerhana diperkirakan dimulai pada Selasa (2/7/2019) pukul 20.38 GMT atau sekitar pukul 16.38 waktu Chile. Di Junin, Argentina, gerhana diperkirakan dimulai pukul 20.42 GMT atau sekitar pukul 17.55 waktu Argentina.
2. Hanya bisa dilihat di beberapa lokasi
Masyarakat yang bisa melihat gerhana matahari total secara langsung terbatas hanya di lokasi tertentu, yaitu di area Samudera Pasifik, Argentina dan Chili. Sedangkan Indonesia tidak berkesempatan.
Meski begitu, diperkirakan penduduk Indonesia bisa melihat gerhana matahari cincin 26 Desember 2019 mendatang.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
3. Ada Live Streaming
Museum Exploratorium San Fransisco menyiarkan secara langsung fenomena gerhana matahari total dari National Science Foundation's Cerro Tololo Observatory di Chili. Live streaming tersebut ditujukan bagi masyarakat yang ingin melihat gerhana namun terbatas lokasi.
Live streaming dimulai pukul 12.23 pm waktu Pasifik dilanjutkan dengan paparan informasi dari ahli dan ilmuwan NASA pada pukul 01.00 pm waktu Pasifik. Di Indonesia, kamu bisa melihat live streaming pada 3 Juli pukul 02.00 hingga 03.00 WIB.
Observatorium lainnya juga bakal menayangkan fenomena alam ini, yakni The European Southern Observatory (ESO), yang melakukan live streaming di La Silla Observatory, dekat gurun Atacama di Chili.
4. Dampak gerhana matahari total
Gerhana matahari total bisa mengganggu gravitasi Bumi, dengan cara menghambat pemanasan dan proses ionisasi di lapisan ionosfer atmosfer Bumi.
Selain itu, gerhana matahari total juga bisa menyebabkan kerusakan mata oleh sinar ultraviolet, sehingga saat fenomena ini terjadi disarankan untuk menggunakan pelindung mata saat bepergian ke luar.
Advertisement
5. Sempat ditakuti masyarakat
Gerhana matahari total sempat dianggap bencana oleh masyarakat dunia, termasuk Indonesia. Ketika gerhana matahari total terjadi pada 11 Juni 1983, masyarakat menganggap itu ulah Batara Kala, putra dewa yang berwujud raksasa akibat terkena kutukan.
Dalam mitologi Jawa, Batara Kala menaruh dendam terhadap Batara Surya (Dewa Matahari) dan Batara Soma (Dewa Bulan) dan terus mengejar mereka. Saat tertangkap, Batara Kala akan menelan dewa-dewa itu sehingga langit jadi gelap gulita.
Maka, ketika gerhana terjadi, masyarakat akan ramai-ramai bersembunyi dan memukul lesung, membuat kebisingan agar Kala memuntahkan matahari atau bulan yang ditelannya.
Bahkan, pemerintahan Soeharto sempat geger menghadapi gerhana matahari total hingga membentuk Panitia Nasional Gerhana Matahari. Seluruh masyarakat tidak boleh keluar rumah saat gerhana matahari total berlangsung. Jika nekat, siap-siap saja mata jadi buta.
(Tik/Isk)