Liputan6.com, Jakarta - Huawei dengan tegas membantah bahwa karyawannya terlibat dalam pembobolan grup WhatsApp politikus di dua negara Afrika.
Dalam keterangan resmi Huawei kepada Tekno Liputan6.com, Jumat (16/8/2019), pihak Huawei menyebut, pemberitaan yang awalnya dimuat di laporan Wall Street Journal adalah keliru.
Advertisement
Baca Juga
"Huawei secara tegas menolak tuduhan keliru dan tidak berdasar dari Wall Street Journal terkait kegiatan bisnis kami di Aljazair, Uganda, dan Zambia," kata Huawei dalam keterangannya.
Perusahaan teknologi asal Tiongkok ini juga menyebut, kode bisnis Huawei melarang setiap karyawan untuk melakukan perbuatan melawan hukum yang berkaitan dengan membahayakan data atau privasi pelanggan ataupun end-user.
Perusahaan juga menekankan, "Huawei tunduk pada tiap aturan dan hukum di mana perusahaan melakukan kegiatan bisnisnya dan akan melindungi reputasi perusahaan ketika menghadapi tuduhan tak berdasar seperti itu."
Sebelumnya, Wall Street Journal melaporkan, karyawan Huawei yang bekerja di Uganda dan Zambia, disebut-sebut telah membantu pemerintah kedua negara tersebut untuk memata-matai lawan politiknya.
Karena hal ini, lawan politik pemerintah kedua negara ditangkap oleh pihak berwenang.
Bobol Grup WhatsApp
Dalam laporan media tersebut, disebutkan bahwa karyawan Huawei telah membantu unit pengawasan siber Uganda untuk membobol masuk ke grup WhatsApp milik Bobi Wine, lawan politik presiden Uganda Yoweri Museveni.
Disebutkan, para karyawan ini memakai software mata-mata (spyware) besutan perusahaan Israel untuk membobol grup WhatsApp tersebut. Karena obrolan dalam grup bocor ke pemerintah, Wine pun ditangkap, begitu pula dengan puluhan pendukungnya.
Sementara itu, di Zambia, teknisi Huawei dilaporkan telah membantu pemerintah mengakses ponsel dan page Facebook milik blogger yang menentang rezim Presiden Zambia Edgar Lungu.
Hal tersebut membuat unit pengawasan siber Zambia mampu mengetahui lokasi tersangka dan menangkapnya.
Advertisement
Tak Ada Bukti
Bantuan karyawan Huawei di kedua negara untuk memata-matai lawan politiknya dibenarkan oleh pejabat keamanan senior. Sayang, Wall Street Journal tak menyebutkan siapa pejabat keamanan senior yang dikutipnya.Â
Dilaporkan juga, karyawan Huawei tersebut memakai teknologi Huawei dan teknologi lainnya untuk membantu pemerintah Uganda dan Zambia memata-matai dan menangkap lawan politik mereka.
Meski begitu, tidak ada bukti bahwa para karyawan itu membantu memata-matai para politikus atas sepengetahuan pihak Huawei atau pun pemerintah Tiongkok.
Selain itu, tidak ada teknologi ekslusif milik Huawei yang digunakan. Hal ini membuktikan teknologi serupa dari perusahaan manapun dapat digunakan untuk efek yang sama.
(Tin/Isk)