NASA dan ESA Bekerja Sama untuk Selamatkan Bumi dari Hantaman Asteroid

Sejumlah astronom dari berbagai lembaga di dunia tengah bekerja sama mengembangkan misi pertahanan Bumi dari bahaya tabrakan asteroid.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 04 Sep 2019, 11:00 WIB
Diterbitkan 04 Sep 2019, 11:00 WIB
Asteroid yang Dekat Bumi
Asteroid Apophis yang lintasannya amat dekat dengan Bumi (kuning) akan melewati planet ini pada tahun 2029 dalam jarak yang setara dengan beberapa satelit (biru). Garis ungu mewakili orbit Stasiun Angkasa Luar Internasional. (NASA)

Liputan6.com, Jakarta - Belakangan ini, NASA kerap mengumumkan sejumlah asteroid dengan berbagai ukuran tengah berada dekat dan siap melintas di samping Bumi. Bahkan, sejumlah astronom menyebut, dari banyaknya asteroid yang melintas, salah satunya akan menghampiri Bumi.

Untuk itu, sejumlah astronom dari berbagai lembaga di dunia tengah bekerja sama mengembangkan misi pertahanan Bumi dari bahaya tabrakan asteroid.

Di antara yang berkolaborasi adalah lembaga antariksa Amerika Serikat (NASA) dan lembaga antariksa Eropa (ESA). Mengutip laman Express, Rabu (4/9/2019), para peneliti asteroid dan insinyur antariksa dari Amerika Serikat, Eropa, dan seluruh dunia akan berkumpul di Roma, Italia, untuk mendiskusikan misi itu.

Brian May

Astrofisikawan sekaligus gitaris legendaris Brian May menjelaskan bagaimana misi tersebut akan dijalankan oleh NASA, ESA, dan sejumlah ahli asteroid lainnya.

"HERA (Human Exploration Research Analog) akan menunjukkan kepada kita, apa yang sebelumnya tak pernah dilihat. Misi ESA ini akan menjadi wahana antariksa kemanusiaan pertama yang mengunjungi asteroid ganda Didymos," kata Brian May.

May mengatakan, asteroid Didymos ini sangat khas dibandingkan ribuan asteroid lain dan bisa menimbulkan dampak atau risiko pada Bumi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Asteroid Didymos

Didymos
Ilustrasi asteroid Didymos (ESA–Science Office)

Didymos, kata May, berukuran sebesar gunung dengan batuan-batuan sebesar piramida besar yang melayang di sekitarnya.

Selain itu, bulan yang berukuran kecil pun bakal jadi sangat besar, jika bertabrakan dengan Bumi pada kecepatan sangat tinggi.

"Namun, kami akan mencari cara semaksimal mungkin untuk mengalahkannya," tutur May.

May bercerita, HERA dipimpin oleh tim ilmuwan dan insinyur antariksa dari berbagai negara.

"Saat ini yang kita miliki hanyalah bertahun-tahun dan teori. Namun, HERA akan merevolusi pemahaman kita tentang asteroid dan bagaimana membelokkan asteroid ini," tutur May.


Demi Membelokkan Asteroid

Elon Musk
Elon Musk, founder Tesla dan SpaceX. Sumber: Business Insider

Selanjutnya, kata May, ESA dan HERA akan memetakan dampak tabrakan yang ditimbulkan oleh double asteroid redirection test (DART) pada 2021 dan mengukur besarnya asteroid," ujar May.

May mengatakan, dengan mengetahui massa asteroid tersebut, para ahli bisa menentukan apa yang ada di dalamnya dan mengetahui apakah asteroid itu bisa dibelokkan.

Sebelumnya, CEO SpaceX Elon Musk mengakui, Bumi tidak memiliki pertahanan terhadap asteroid yang mungkin mengancam keberlangsungan hidup manusia.

Miliarder tersebut juga berkata, "Sebuah batu (luar angkasa) akan menabrak Bumi dan saat ini kita tidak memiliki pertahanan."

(Tin/Why)

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya