Ada Risiko di Balik Teknologi Pengenalan Wajah di Aplikasi FaceApp

Perusahaan yang memiliki aplikasi semacam itu berpotensi memfasilitasi atau menjual gambar-gambar tersebut kepada pihak yang menggunakan kecerdasan buatan untuk membuat modifikasi pengenalan wajah

oleh M Hidayat diperbarui 22 Jun 2020, 12:00 WIB
Diterbitkan 22 Jun 2020, 12:00 WIB
Ilustrasi facial recognition, pengenalan wajah
Ilustrasi facial recognition, pengenalan wajah. Kredit: Teguhjatipras via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Aplikasi FaceApp kembali menjadi tren dan telah menghasilkan tagar "#faceappchallenge" yang banyak dibagikan antara lain di Facebook dan Instagram. Namun di balik tren itu, ada kekhawatiran mengenai teknologi pengenalan wajah (facial recognition) di aplikasi itu dan risiko berbagi informasi yang dikaitkan dengan privasi pengguna.

Yeo Siang Tiong, General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky menyebut masa isolasi di rumah selama pandemi Covid-19 telah menjadi pemicu orang untuk menghabiskan lebih banyak waktu di media sosial dibandingkan sebelum pandemi.

"Untuk selalu mendapatkan berita terbaru dan terhubung dengan teman dan keluarga adalah beberapa alasan utama. Namun, orang-orang juga telah beralih ke media sosial untuk mengatasi stres dan kecemasan. Berbagi foto dan video menggunakan aplikasi dengan tambahan filter berupa wajah lebih tua dan menukar gender sekarang kembali menjadi populer," kata Yeo lewat keterangan tertulis, Senin (22/6/2020).

Terkait hal ini, Yeo menyatakan memang tidak ada salahnya menggunakan aplikasi tersebut, tetapi dia dan timnya di Kaspersky juga "mendesak pengguna media sosial untuk selalu memperhatikan dengan seksama seberapa besar informasi pribadi mereka akan digunakan dan dibagikan oleh aplikasi tersebut demi menghindari berbagai risiko."

Fabio Assolini, analis senior di Kaspersky, memastikan aplikasi itu tidak memuat elemen berbahaya, tetapi pengenalan wajah adalah teknologi yang digunakan terutama untuk autentikasi kata sandi, sehingga pengguna harus sangat berhati-hati dalam berbagi gambar dengan pihak ketiga.

"Kami harus memperlakukan bentuk-bentuk autentikasi baru ini layaknya kata sandi karena setiap sistem pengenalan wajah yang tersedia secara luas pada akhirnya dapat digunakan baik untuk hal bagus dan buruk," ujar Fabio memperingatkan.

Data di server pihak ketiga

Assolini mengatakan, perusahaan yang memiliki aplikasi semacam itu berpotensi memfasilitasi atau menjual gambar-gambar tersebut kepada pihak yang menggunakan kecerdasan buatan untuk membuat modifikasi pengenalan wajah.

"Selain itu, harus diperhitungkan bahwa data ini disimpan di server pihak ketiga, dan juga berpotensi untuk dicuri oleh para pelaku kejahatan siber dan digunakan sebagai identitas samaran" tutur Fabio menambahkan.

Dia dan timnya di Kaspersky, oleh sebab itu, menyarankan pengguna untuk mengetahui dan memahami tingkat keamanan aplikasi dan mengunduhnya hanya dari toko resmi sebelum pengguna mengikuti tren tersebut.

Selain itu, Assolini juga menyoroti pentingnya membaca persyaratan privasi untuk memahami hak dan jenis akses yang diminta oleh aplikasi tersebut.

Saran Kaspersky

Jika seseorang hendak mengunduh aplikasi seperti semacam itu, Kaspersky menyarankan untuk mengambil tindakan pencegahan sebagai berikut:

  • Pastikan aplikasi andal dan terpercaya, serta diunduh dari situs web resmi.
  • Baca ketentuan privasi untuk memahami informasi apa saja yang diminta.
  • Perlakukan pengenalan wajah layaknya kata sandi--jangan menggunakannya secara bebas.
  • Selalu periksa izin yang diminta, seperti login terkait dengan akun yang ada di jejaring sosial tertentu.
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya