Menakar Peluang Pembelajaran Jarak Jauh di Era New Normal

Sejumlah pembicara membahas mengenai potensi dan permasalahan dari metode pembelajaran jarak jauh yang mungkin akan berlanjut di era new normal.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 25 Jun 2020, 18:17 WIB
Diterbitkan 25 Jun 2020, 18:15 WIB
Ilustrasi e-learning, belajar online, belajar daring
Ilustrasi e-learning, belajar online, belajar daring. Kredit: Geralt via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 tak dimungkiri turut berpengaruh pada kegiatan belajar mengajar siswa di Indonesia. Seperti diketahui, kegiatan belajar mengajar yang sebelumnya dilakukan tatap muka, kini dilakukan melalui pembelajaran jarak jauh. 

Menyambut adaptasi kehidupan baru ini pula, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Surat Keputusan Bersama 4 Menteri juga telah mengeluarkan panduan pembelajaran tahun ajaran baru di masa pandemi Covid-19.

Salah satu poin dalam Surat Keputusan Bersama itu adalah larangan melakukan Kegiatan Belajar Mengajar tatap muka di 94 persen wilayah Indonesia yang berada di zona merah, oranye, dan kuning.

Dengan kondisi tersebut, proses pembelajaran jarak jauh pun masih menjadi pilihan untuk saat ini. Namun sejauh apa pembelajaran jarak jauh efektif bagi siswa, hal itu yang lantas dibahas dalam talkshow 'Sistem Pendidikan Ideal di Era New Normal'.

Hadir dalam talkshow tersebut adalah Staf Ahli Bidang Keuangan dan SDM Pemerintah Kota Bekasi Dwie Anyarini Dini Arga, Kepala Bidang SD dan PLKK Provinsi DKI Jakarta Momon Sulaeman, serta Kepala Sekolah SMPI Al Azhar 8 Kanya Muawanah.

Selain ketiganya, ada pula Pendiri Kelas Pintar Fernando Uffie, perwakilan orang tua siswa Febriati Nadira, dan GM Mass Market Segment Product and Proposition Telkomsel Danang Andrianto.

Dalam talkshow tersebut, diungkap bahwa sejumlah daerah seperti Bekasi dan DKI Jakarta memang tengah menyiapkan sebuah standar untuk menyambut sistem pembelajaran jarak jauh yang mungkin masih dimanfaatkan.

"Kota Bekasi sudah membuat instruksi Walikota tentang kebijakan optimalisasi pembelajaran dalam jaringan atau jarak jauh dengan menggunakan aplikasi e-learning berbasis jaringan," tutur Dwie Anyarini.

Serupa dengan Kota Bekasi, DKI Jakarta juga sudah menyiapkan beberapa skema menyambut Tahun Ajaran Baru 2020/2021 yang dimulai pada 13 Juli 2020. Menurut Momon, skema itu berupa pemberian konten pada guru atau dimungkinkan siswa masuk sekolah secara bertahap.

"Jikapun sekolah itu dibuka, itu dilakukan bertahap dan tetap menerapkan protokol kesehatan, dengan berbagai kriterianya. Mulai dari waktu belajarnya dikurangi, dan hal lainnya," tutur Momon.

Potensi Pembelajaran Jarak Jauh

Ilustrasi e-learning, belajar online, belajar daring
Ilustrasi e-learning, belajar online, belajar daring. Kredit: Kreatikar via Pixabay

Sementara dari sisi penyedia platform, Fernando mengatakan Kelas Pintar sudah memiliki fitur yang dapat membawa proses belajar mengajar layaknya dilakukan di sekolah. Meskipun tidak sampai seratus persen, nuansa itu dapat dialami oleh siswa.

"Kami memiliki fitur yang dipanggil SEKOLAH dan KELAS, yang mana keduanya memungkinkan guru dan siswa tetap berinteraksi agar dapat saling mengetahui perkembangan masing-masing," tutur Fernando.

Menurut Fernando, solusi pembelajaran jarak jauh ini memang bukan lagi sekadar pilihan, mengingat kondisi yang ada saat ini. Namun, tetap diperlukan platform yang bisa mengintegrasikan semua pemangku kepentingan, mulai dari orang tua, guru, murid, dan sekolah.

Selain kemudahan yang ditawarkan, pembelajaran jarak jauh memang masih terus dikembangan dan disempurnakan. Hal itu diungkapkan oleh Kepala Sekolah SMPI Al Azhar 8 Kanya Muawanah.

Dia mengatakan saat awal penerapan pembelajaran jarak jauh, mereka masih mencari pola untuk memberikan pembelajaran yang terbaik. Namun Kanya mengatakan saat ini SMPI Al Azhar 8 sudah melakukan sejumlah assessment untuk mendukung kegiatan ini.

"Kami juga siapkan bagaimana pola pembelajaran, di samping juga melakukan pemetaan materi. Jadi, materi yang memang esensial dan harus diajarkan, dan materi mana yang cukup diberikan penugasan," tutur Kanya. 

Persoalan dari Proses Pembelajaran Jarak Jauh

Ilustrasi e-Learning
Ilustrasi e-Learning

Meski pembelajaran jarak jauh memang menawarkan kemudahan, bukan berarti metode ini serta merta dapat diadopsi seluruh siswa. Alasannya, ada perbedaan dukungan infrastruktur yang dimiliki oleh tiap-tiap siswa.

Momon mencontohkan, tidak seluruh siswa di DKI Jakarta ternyata memiliki gadget untuk mendukung kegiatan ini. Karenanya, perlu disiapkan alternatif lain agar para siswa tetap dapat sekolah.

Tidak hanya itu, kebutuhan pratikum untuk beberapa sekolah juga menjadi perhatian. Momon mengatakan saat ini memang sedang ada pembahasan untuk melakukan pratikum secara virtual, khususnya untuk siswa kejuruan.

Di samping hal yang bersifat teknis, perhatian juga diberikan pada transfer karakter antara guru dan murid. Seperti diketahui, dengan pembelajaran tatap muka, guru dapat memberikan pelajaran karakter seperti kedisplinan pada murid.

Hal yang mungkin sulit dilakukan dengan metode pembelajaran jarak jauh. Di samping itu, layanan internet yang memadai juga perlu menjadi perhatian untuk mendukung proses pembelajaran online.

"Telkomsel sendiri proaktif melalui sejumlah langkah taktis untuk mendukung kegiatan belajar online ini, mulai dari bekerja sama dengan 10 aplikasi e-learning, menyediakan akses bebas data untuk 180 e-learning kampus," tutur Danang.

Terlepas dari seluruh potensi dan persoalan mengenai metode pembelajaran jarak jauh, para pembicara memang sepakat diperlukan pembicaraan di antara pemangku kepentingan dunia pendidikan untuk merumuskan metode pembelajaran efektif menyambut adaptasi kehidupan baru ini.

(Dam/Why)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya