Adopsi Pembayaran Digital Tembus 56 Persen di Indonesia Saat Pandemi

Selama pandemi Covid-19, perubahan kebiasaan masyarakat juga terjadi di pola berbelanja dan bagaimana melakukan pembayaran.

oleh Iskandar diperbarui 14 Sep 2020, 14:30 WIB
Diterbitkan 14 Sep 2020, 14:30 WIB
Pembayaran Digital
Ilustrasi Pembayaran Digital (Photo by Blake Wisz on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Aino Indonesia, perusahaan pembayaran elektronik terintegrasi, mengamati terjadi perubahan kebiasaan dan perilaku masyarakat yang cukup signifikan dalam enam bulan terakhir sejak pandemi Covid-19 menerpa Indonesia.

Survei menunjukkan pergeseran pola bekerja dan belajar akan tetap terjadi selama beberapa waktu ke depan meskipun pandemi berakhir, yang mana 77 persen karyawan tetap ingin bekerja dari rumah karena merasa sama produktifnya dengan bekerja di kantor.

Revolusi kebiasaan masyarakat juga terjadi di pola berbelanja dan bagaimana melakukan pembayaran.

Berdasarkan analisis dari Aino Indonesia terhadap pola pembayaran yang dilakukan masyarakat, mereka saat ini lebih memilih untuk melakukan pembayaran nontunai, yang mana penggunaan pembayaran digital tembus 56 persen di Indonesia.

Terkait perubahan perilaku masyarakat ini, CEO Aino Indonesia Hastono Bayu mengatakan, perusahaan menyambut baik dengan kian banyaknya masyarakat yang menggunakan berbagai teknologi digital.

"Pandemi mengubah banyak kebiasaan masyarakat, sehingga mengubah preferensi masyarakat terhadap sesuatu. Percepatan adopsi digital ini merevolusi lanskap bisnis, sehingga menuntut banyak pelaku usaha untuk secepatnya beradaptasi memenuhi preferensi konsumen yang berevolusi," kata Bayu melalui keterangannya, Senin (14/9/2020).

Berdasarkan prediksi Boston Consultant Group, meski pandemi usai, pembayaran digital akan semakin diminati masyarakat dari 47 persen saat ini hingga 84 persen pada 2025 di Asia Tenggara.

 

Pembayaran Digital Dianggap Lebih Aman

Bayu menuturkan pembayaran digital dirasakan masyarakat lebih aman dan nyaman di tengah pandemi karena tidak ada sentuhan fisik dengan uang tunai.

"Pembayaran juga dirasa lebih cepat hanya menggunakan perangkat telepon pintar atau PC yang dapat diakses langsung oleh masyarakat," ucapnya menambahkan.

Meningkatnya pembayaran digital ini juga seiring dengan semakin meroketnya minat belanja online oleh masyarakat.

Berdasarkan data dari MarkPlus.inc tercatat peningkatan belanja online dari 4,7 persen sebelum pandemi menjadi 28,9 persen di masa pandemi.

Sementara data dari Redseer mencatat terdapat 51 persen masyarakat yang baru pertama kali berbelanja online di masa pandemi ini. 

Tren Wisata Alami Perubahan

Di sisi lain, tren berwisata juga mengalami perubahan, yang mana 56 persen masyarakat lebih nyaman untuk berwisata di dalam kota.

Lalu, 41 persen memilih tempat wisata alternatif yang tidak terlalu ramai untuk menghindari berkerumun dan untuk menjaga penerapan physical distancing yang dianjurkan pemerintah.

Hal ini sejalan dengan inisiatif pemerintah untuk lebih menggalakkan wisata kota atau urban tourism dalam satu tahun ke depan.

Preferensi masyarakat dalam berwisata pun sekarang berubah, di mana menurut survei yang Google lakukan kini masyarakat lebih menitikberatkan pada aspek kesehatan, kebersihan, dan keamanan sebagai faktor utama yang membuat mereka tergerak untuk berwisata.

Hal ini menunjukkan adanya permintaan yang tinggi dari masyarakat agar tempat tujuan wisata dapat memenuhi standard kebersihan dan kesehatan untuk menjamin kenyamanan berwisata masyarakat.

(Isk/Ysl)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya