Diprediksi Makin Online, Pendidikan pada 2021 Rawan Serangan Siber

Kaspersky memprediksi pendidikan akan kian menuju arah digital pada 2021 nanti. Penggunaan video, media sosial, hingga gaming untuk mendukung belajar diyakini bisa menciptakan risiko keamanan tersendiri.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 29 Des 2020, 16:30 WIB
Diterbitkan 29 Des 2020, 16:30 WIB
Sekolah Online
Ilustrasi Belajar Secara Online Credit: pexels.com/pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Memasuki 2021, Kaspersky memprediksi pendidikan akan makin ke arah digital. Penggunaan metode video, media sosial, hingga gaming pun diyakini akan jadi hal yang tidak terelakkan untuk mendukung proses pendidikan.

Salah satu faktor pendorongnya adalah pandemi Covid-19 yang membuat siswa tidak bisa bersekolah secara fisik. Pengajar juga menggunakan platform baru untuk menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar, misalnya Zoom.

Meski platform-platform baru ini baik untuk mendukung berkembangnya proses pendidikan, Kaspersky memprediksi akan ada ancaman baru. Berikut adalah potensi risiko yang mungkin terjadi di sektor pendidikan pada 2021:

1. Pengembangan Learning Management System (LMS)

LMS memungkinkan pengajar untuk melacak proses pembelajaran siswa, menunjukkan proses perkembangan siswa dan aspek yang membutuhkan perhatian dari pengajar. Pasar LMS yang baru diperkirakan masih akan terus berkembang.

Popularitas LMS membuat jumlah situs phishing terkait layanan pendidikan dan konferensi video juga akan bertambah. Tujuan penyerang adalah mencuri data pribadi atau menyebarkan spam di komunitas pendidikan.

Pada pertengahan 2020, Kaspersky mendata ada sebanyak 168 ribu pengguna unik menghadapi berbagai ancaman dengan kedok platform belajar online. Angka ini meningkat 20,4 persen dibandingkan 2019.

LMS membuka kemungkinan jenis serangan baru, misalnya ancaman Zoombombing. Apalagi jika sekolah terus melakukan pembelajaran jarak jauh.

2. Banyak Perhatian untuk Layanan Video

Buat Suasana Kegiatan Belajar Kondusif Bagi Anak
Ilustrasi Sekolah Secara Online Credit: pexels.com/pixabay

Akan lebih banyak konten video bertema edukasi. Jika sekarang ada YouTube, SchoolTube, hingga KhanAcademy, ke depan akan muncul banyak layanan video yang dipakai untuk alat peraga belajar.

Meski video bisa jadi alat pendidikan yang efektif, ada juga konten yang tak sesuai usia yang ditemukan di layanan video populer. Pembuat konten tersebut bisa saja memakai topik pendidikan hanya sebagai kedok.

3. Penggunaan Medsos dalam Pendidikan

Media sosial seperti Twitter, Instagram dan lain-lain bisa menjadi cara yang baik untuk mendorong keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Namun ada sejumlah ancaman terkait regulasi konten.

Moderasi konten video secara manual yang dilakukan guru menjadi tugas yang besar. Begitu juga moderasi konten di grup obrolan pembelajaran.

Penggunaan medsos selain baik untuk mendorong keterlibatan siswa juga membuka kesempatan untuk konten yang tidak sesuai, komentar menyinggung, perundungan siber, hingga privasi.

Aplikasi yang tidak diatur dengan benar justru bisa mengeksploitasi data pribadi penggunanya.

4. Gamifikasi Proses Pendidikan

Minecraft
Minecraft. (Doc: Mojang Studios)

Kegiatan belajar secara digital sangat bisa didukung oleh penggunaan platform gaming. Misalnya dengan Minecraft, Classcraft, Roblox, dan lain-lain.

Namun, ketika memasukkan gim ke dalam kelas, hal ini akan berisiko yang sama ketika siswa main gim dari rumah. Potensi bahayanya mulai dari penipuan, trolling, file berbahaya yang disamarkan jadi add-on, dan lain-lain.

Kaspersky melihat, kekhawatiran paling nyata adalah mengenai privasi. Untuk itu, mengelola privasi di layanan apapun adalah hal yang penting.

Para pelajar dan pengajar perlu dibekali dengan kesadaran untuk melindungi informasi pribadi mereka, juga data siswa.

(Tin/Ysl)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya