Liputan6.com, Jakarta - Penggunaan internet dan media sosial yang semakin intens selama pandemi mendorong beberapa penyedia layanan meningkatkan kebijakan keamanannya. Begitu juga dengan Facebook yang meyakinkan penggunanya agar merasa aman menggunakan platformnya.
Facebook telah bekerja sama dengan lembaga-lembaga terkait di Indonesia untuk mengembangkan jaminan keamanan. Mereka adalah Ecpat, Project Karma, Into The Light, LBH APIK, Ycab, Siber Kreasi, Riliv, dan Sudahdong.
Advertisement
Baca Juga
Head of Safety Facebook Asia-Pasific, Amber Hawkes mengatakan ingin menciptakan dunia online yang aman dan nyaman. Caranya adalah dengan menghadirkan edukasi kepada pengguna terkait persoalan yang dihadapi dan kepada siapa pengguna dapat melaporkan kendalanya. Hal yang dilaporkan dapat berupa profil, komentar, halaman, status dan lain sebagainya.
Salah satu yang menjadi perhatian Amber adalah kesehatan mental. Dia berharap dengan fasilitas yang dihadirkan oleh Facebook di platformnya, pengguna tak lagi tabu untuk menceritakan kondisinya.
"Kami ingin membuat persoalan ini agar tidak menjadi tabu, bahwa hal ini adalah normal," kata Amber dalam konferensi pers, Jumat (8/1/2021).
Dia menambahkan bahwa di media sosial, perihal pengguna menerima orang dengan kendala kesehatan mental, merupakan sesuatu yang penting. Di Indonesia sendiri, Facebook bermitra dengan Into The Light menghadapi masalah ini.
Tindak Laporan
Mengenai banyaknya kasus yang melanggar aturan standarr komunitas, pihaknya kembali meyakinkan pengguna bahwa setiap laporan akan ditindak.
Banyak pengguna mengira bahwa laporan pelanggaran akan ditindak oleh Facebook setelah secara kuantitas telah banyak yang melaporkan.
"Tidak, tidak tergantung pada jumlah yang melaporkan. Semua laporan yang masuk mengenai konten yang tidak terpantau oleh tim kami, semuanya akan diproses, mengacu pada kebijakan yang sudah dibuat," kata Amber.
Advertisement
Siapkan sumber daya ahli dan teknologi
Dia menegaskan segala konten di Facebook yang memuat tindakan kekerasan akan ditindak. Perusahaan memastikan semua laporan akan ditindaklanjuti maksimal 24 jam pascapelaporan.
Pihaknya juga didukung oleh 35 ribu orang di bagian keamanan dalam lingkup seluruh dunia dan 15 ribu orang yang fokus mengulas konten.
"Kami juga memadukan orang yang sudah ahli dan kecanggihan teknologi dalam merespons hal ini," tutur Amber menutup pernyataannya.