Vaksin Covid-19 Palsu Dijual di Darknet, Penjual Menyamar dari Johnson & Johnson Dkk

Penjahat dunia maya mulai memperdagangkan vaksin Covid-19 dan sertifikat palsu di darknet.

oleh Iskandar diperbarui 31 Mar 2021, 07:30 WIB
Diterbitkan 31 Mar 2021, 07:30 WIB
FOTO: 6 Jenis Vaksin COVID-19 yang Ditetapkan Pemerintah Indonesia
Vaksin COVID-19 Pfizer Inc and BioNTech dipotret di Rumah Sakit Anak Rady, San Diego, California, Amerika Serikat, 15 Desember 2020. Vaksin COVID-19 buatan Pfizer telah mendapat otorisasi darurat di beberapa negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Singapura, dan Meksiko. (ARIANA DREHSLER/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Penjahat dunia maya mulai memperdagangkan vaksin Covid-19 dan sertifikat palsu di darknet, pasar gelap yang tidak terlihat oleh mesin telusur dan memerlukan browser khusus untuk mengaksesnya.

Menurut perusahaan keamanan IT, Check Point Research (CPR), terlihat lonjakan 300 persen dalam iklan vaksin palsu selama tiga bulan terakhir. Penjual menyamar sebagai merek Johnson & Johnson, AstraZeneca, Sputnik, dan SinoPharm.

"Jelas bagi kami bahwa target audiens untuk vendor vaksin darknet sebenarnya adalah dealer, bukan cuma masyarakat luas," ujar Ekram Ahmed, juru bicara di Check Point, mengatakan kepada Fox News.

Vendor tampaknya tertarik untuk menjalin hubungan jangka panjang, di mana mereka mengirimkan vaksin berjumlah besar dalam jangka waktu lama. Harga vaksin berkisar antara US$ 500 atau Rp 7,2 jutaan dan US$ 600 atau Rp 8,7 jutaan.

"Vendor ingin karyawan di lapangan, di berbagai wilayah, untuk mendistribusikan spektrum penuh layanan virus corona: vaksin, sertifikasi vaksinasi, dan tes Covid-19 negatif," kata Ahmed.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Pembayaran dengan Bitcoin

Melihat Petugas Medis di Korea Selatan Latihan Suntik Vaksin COVID-19
Botol kosong vaksin COVID-19 AstraZeneca terlihat selama sesi pelatihan cara memberikan suntikan vaksin COVID-19 di Asosiasi Perawat Korea di Seoul, Korea Selatan (17/2/2021). Korsel berencana memulai inokulasi virus COVID-19 dengan vaksin AstraZeneca pada 26 Februari. (AP Photo/Ahn Young-joon)

Check Point mencoba membeli vaksin. Vendor pertama kali bersikeras menggunakan layanan terenkripsi end-to-end. Kemudian Check Point mulai mengobrol dengan vendor, yang meyakinkan bahwa mereka akan mendapatkan vaksin dan suhu akan diatur selama pengiriman.

Kemudian vendor tersebut meminta pembayaran melalui Bitcoin. Demikian sebagaimana dilansir New York Post, Rabu (31/3/2021).

"Kami membayar dan mereka memberi kami nomor pelacakan FedEx. Transaksi dilakukan minggu lalu dan kami belum mendapatkan vaksin yang kami pesan," ungkap Ahmed.

Aktivitas di darknet bahkan berkembang ke transaksi kartu vaksinasi palsu dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit seharga US$ 200 atau Rp 2,9 jutaan per kartu.

 


Tes Covid-19 Negatif Palsu

Ilustrasi vaksin corona, vaksin covid-19
Ilustrasi vaksin corona, vaksin covid-19. Kredit: fernando zhiminaicela via Pixabay

Aktivitas darknet lainnya termasuk tes Covid-19 negatif palsu yang dijual sebagai penawaran "beli dua dapatkan yang ketiga gratis" dan versi uji Covid-19 negatif yang dapat dibuat sendiri dalam waktu kurang dari 30 menit seharga US$ 25 atau Rp 360 ribuan.

Salah satu forum penjahat dunia maya meyakinkan bahwa pihaknya bisa melakukan tes Covid-19 negatif untuk pelancong di luar negeri dan untuk mendapatkan pekerjaan, bisa selesai dalam 24 jam.

Awal tahun ini, Komisi Perdagangan Federal (Federal Trade Commission/FTC) mengeluarkan peringatan tentang penipuan vaksin Covid-19.

"Jangan membayar untuk mendaftar vaksin. Siapa pun yang meminta pembayaran untuk memasukkan kamu ke dalam daftar, membuat janji, atau memesan tempat adalah penipu," kata FTC.


Vaksin Covid-19 Dijual Ilegal di Darknet

Ilustrasi Vaksin Virus Corona COVID-19. (File foto: AFP / John Cairns)
Ilustrasi Vaksin Virus Corona COVID-19. (File foto: AFP / John Cairns)

Sebelumnya, peneliti Kaspersky memeriksa 15 pasar berbeda di darknet dan menemukan iklan untuk tiga vaksin Covid-19 utama, yakni Pfizer/BioNTech, AstraZaneca, dan Moderna.

Selain itu, ada juga penjual yang mengiklankan vaksin Covid-19 yang tidak terverifikasi.

Mayoritas penjual berasal dari Prancis, Jerman, Inggris, dan Amerika Serikat. Harga yang ditawarkan berkisar antara USD 250 (sekitar Rp 3,5 juta) hingga USD 1.200 (setara Rp 17 juta). Sementara, harga rata-rata sebesar USD 500 atau sekitar Rp 7,1 juta.

Mengutip keterangan resmi Kaspersky, Senin (8/3/2021), komunikasi antara penjual dilakukan melalui aplikasi pesan terenkripsi seperti Wickr dan Telegram. Sementara, pembayaran untuk vaksin yang dijual di darknet diminta dalam bentuk aset kripto, terutama Bitcoin.

Berdasarkan laporan, mayoritas penjual sudah melakukan antara 100-500 transaksi yang memperlihatkan bahwa mereka telah melakukan penjualan. Sementara, kejelasan vaksin masiih belum diketahui efektivitasnya.


Catatan Vaksinasi Juga Dijual di Darknet

Dapat Giliran Vaksinasi Covid-19, Terapkan Hal Ini Sebelum dan Sesudah Divaksin
Ilustrasi Vaksinasi.

Dengan informasi yang tersedia, sangat sulit untuk mengetahui berapa banyak dosis vaksin yang diiklankan secara online dan berapa iklan yang merupakan penipuan.

Kemungkin besar informasi yang diterima pun bukan merupakan dosis efektif dan valid. Selain itu transaksi tersebut juga ilegal.

Pakar Keamanan di Kaspersky Dmitry Galov mengatakan, pengguna bisa menemukan apa saja di darknet. Makanya, tidak mengherankan jika penjual di sana mencoba memanfaatkan momen vaksinasi Covid-19.

"Selama setahun terakhir, ada banyak penipuan yang mengeksploitasi topik Covid-19 dan banyak di antaranya berhasil. Saat ini tidak hanya orang menjual dosis vaksin, tetapi juga menjual 'catatan vaksinasi'," kata Galov.

Catatan vaksinasi adalah potongan kertas yang dapat membantu seseorang bepergian dengan bebas.

"Penting bagi pengguna untuk terus berhati-hati terhadap setiap kesepakatan yang terkait dengan pandemi. Tentu saja, membeli vaksin dari forum darknet bukanlah ide yang baik," katanya.


Rekomendasi Ahli Agar Tak Terhindar dari Scammer

Hacker
Hacker asal Rusia kabarnya mencuri data rahasia milik NSA. (Doc: Lifehacker)

Berikut adalah sejumlah rekomendasi ahli Kaspersky agar tetap aman dari ancaman scammer terkait Covid-19:

- Jangan pernah membeli produk, termasuk vaksin di darknet

- Jika pengguna internet melihat iklan tentang sesuatu yang terkait Covid-19, perhatikan baik-baik URL situs yang dikunjungi.

Jika ada satu huruf yang tidak pada tempatnya atau .com diganti dengan .com.tk dan lain-lain, kemungkinan itu adalah phishing. Jangan pernah memasukkan informasi pribadi ke situs semacam itu.

- Perhatikan tata bahasa dan tata letak situs yang dikunjungi dengan email yang diterima. Jika mencurigakan, jangan melanjutkan.

(Isk/Why)

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya