Liputan6.com, Jakarta - Facebook diketahui sedang mencoba fitur baru yang memberikan peringatan pop-up pada pengguna sebelum membagikan link berita. Fitur ini mirip seperti yang telah diterapkan Twitter di platform-nya untuk aksi serupa.
Cara kerjanya, pengguna akan melihat sebuah pesan yang mengingatkan untuk membuka terlebih dulu link artikel tersebut atau melanjutkan membagikannnya.
Baca Juga
Uji coba ini akan menjangkau sekitar 6 persen pengguna Facebook di Android secara global dalam peluncuran bertahap.
Advertisement
Dengan adanya tambahan fitur ini, diharapkan pengguna akan memikirkan kembali tujuan asli mereka untuk membagikan jenis konten yang kemungkinan menghasut.
Pasalnya, banyak konten menghasut yang kini mendominasi di platform Facebook.
Dikutip dari Tech Crunch, Selasa (11/5/2021), Twitter memperkenalkan fitur ini pada Juni 2020 lalu, meminta pengguna untuk membaca tautan sebelum me-retweet-nya, kemudian memperluasnya ke lebih banyak pengguna.
Sebelumnya, Facebook juga mulai mencoba fitur yang mirip seperti ini tahun lalu. Juni 2020, perusahaan meluncurkan pesan pop-up untuk memperingatkan pengguna sebelum mereka membagikan konten yang 'berusia' lebih dari 90 hari dalam upaya untuk mengurangi cerita menyesatkan yang diambil dari konteks aslinya.
Beberapa bulan kemudian, Facebook meluncurkan pesan pop-up serupa yang mencatat tanggal dan sumber tautan apa pun yang mereka bagikan terkait dengan COVID-19.
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Strategi Facebook
Langkah ini disebut sebagai strategi yang menunjukkan preferensi Facebook untuk mendorong penggunanya menghindar dari informasi yang salah.
Selanjutnya, mereka akan mencari sumber berita yang telah terverifikasi, layaknya berita mengenai Covid-19 dan Pemilu Amerika Serikat 2020.
Sementara itu, juri masih belum mengetahui seberapa besar dampak dari pemberlakuan fitur ini terhadap epidemi informasi yang salah.
Â
Advertisement
Pesan Pop-Up
Baik Twitter dan Facebook juga masih menyelidiki permintaan yang membuat pengguna enggan mengunggah komentar yang menyinggung.
Pesan pop-up yang memberi pengguna perasaan bahwa perilaku buruk mereka sedang diamati mungkin menjadi tujuan moderasi otomatis di platform sosial.
Kendati demikian, setelah diluncurkan fitur ini, pengguna mungkin akan lebih merasa dilayani oleh perusahaan media sosial. Karena, telah menghapus informasi yang salah dan menghindari platform disalahgunakan.