Liputan6.com, Jakarta - Huawei dikabarkan akan segera merilis sistem operasi smartphone-nya, yakni Harmony OS, pada 2 Juni 2021.
Perilisan sistem operasi Harmony ini menjadi langkah besar Huawei untuk menyelamatkan bisnis smartphone-nya setelah sempat terpukul akibat sanksi dari Amerika Serikat.
Baca Juga
Mengutip Reuters, Selasa (25/5/2021), penggunaan sistem operasi Harmony berarti Huawei tidak perlu lagi bergantung pada Android.
Advertisement
Sekadar informasi, sanksi AS melarang Google memberikan dukungan teknis untuk smartphone Huawei model baru, termasuk akses atas Google Mobile Services.
Google Mobile Services sendiri merupakan paket layanan pengembang yang menjadi dasar dari sebagian besar aplikasi Android.
Absennya GMS di smartphone Huawei membuat perangkat ini kehilangan ekslusivitasnya atas aplikasi-aplikasi Google, seperti YouTube, Google Drive, Gmail, dan lain-lain.
Sayangnya terkait peluncuran Harmony OS, masih belum ada kepastian apakah peluncuran publik Harmony OS bakal sejalan dengan kehadirannya di sejumlah perangkat Huawei. Belum jelas juga mengenai bagaimana update Harmony OS digulirkan ke smartphone pengguna.
Upaya Mitigasi Huawei atas Sanksi AS
Harmony OS sendiri lahir sebagai upaya mitigasi Huawei setelah pemerintah AS memberlakukan sanksi yang melarang perusahaan-perusahaan teknologi AS bermitra dengan Huawei.
Selain software, sebenarnya Huawei juga tidak bisa lagi menggunakan teknologi chipset milik perusahaan AS, karena sanksi yang sama.
Huawei pun praktis tidak bisa merancang chip-nya karena masih membutuhkan lisensi teknologi milik perusahaan semikonduktor AS.
Huawei sempat hampir menguasai pasar ponsel global. Sanksi ini pula yang membuat bisnis smartphone Huawei terpukul, kini Huawei menempati peringkat ke-6 di global dengan pangsa pasar 4 persen di kuartal pertama 2021.
Advertisement
Kata CEO Huawei
Pemerintahan Trump sempat memberi cap Huawei sebagai perusahaan yang mengancam keamanan nasional. Tudingan ini dibantah oleh Huawei.
Dalam memo internalnya kepada karyawan, CEO Huawei Ren Zhengfei meminta staf-stafnya untuk "berani memimpin dunia dalam hal software dalam upaya beralih ke area bisnis yang tidak dapat terpengaruh oleh sanksi AS."
Zhengfei mengungkap, perusahaan perlu mengambil pendekatan yang lebih open source dalam hal pengembangan.
Ia juga mengajak seluruh karyawan Huawei untuk mencoba menarik lebih banyak ahli software dari berbagai negara agar ekosistemnya lebih berkembang.
(Tin/Isk)