Liputan6.com, Jakarta - Penggunaan internet membuat pengguna banyak menginstal aplikasi baru, memberi geotag pada foto, unggah dokumen ke cloud, dan berbagai hal lain terkait pengelolaan data pribadi.
Seringkali tidak jelas data apa yang sudah dibagikan, terpenting, siapa penerima akhir dari data yang membuat pengguna rentan.
Baca Juga
Salah satu ancaman yang dihadapi pengguna online dari segala usia, profesi, dan latar belakang adalah doxing.
Advertisement
Kaspersky menyebut, doxing merupakan praktik mengumpulkan informasi pribadi dengan tujuan mempublikasikan atau menggunakannya dengan cara lain untuk merugikan seseorang.
Penelitian Kaspersky menunjukkan, menjaga data pribadi kini jadi perhatian utama. Di mana, 50 persen konsumen mengklaim mereka tidak akan lagi menunjukkan penyedia layanan online setelah pelanggaran data.
Sementara 57 persen mengungkap kekhawatiran mengenai keamanan dan privasi mereka yang terpengaruh oleh perangkat yang terhubung ke intrenet.
Kekhawatiran ini dianggap cukup beralasan, pasalnya pengguna online menghadapi risiko data tiap harinya.
Semua pengguna internet saat ini masih membangun hubungan yang tepat dengan teknologi, sehingga kita dapat mempercayainya dalam berbagi data pribadi. Misalnya foto KTP dari remaja yang baru mendapatkan kartu identitasnya mungkin berakhir di tangan penipu keuangan.
Foto pengguna di pesta terbaru mungkin muncul di internet tanpa persetujuan. Atau juga, jam tangan pintar anak mungkin menyiarkan lokasi mereka live seharian penuh.
Kendati beberapa risiko kebocoran data dan serangan ransomware di luar kendati pengguna, ancaman seperti doxing dapat ditangani sendiri oleh pengguna.
Cegah Ancaman Doxing
Doxing bisa terjadi karena banyaknya saluran publik, baik itu forum, medsos, dan catatan aplikasi tempat data pengguna terekspos. Ancaman doxing dapat dicegah.
Risiko digital tak berarti pengguna harus setop mengekspresikan diri mereka di internet. Namun, masyarakat digital perlu belajar bagaimana memperlakukan data pribadi online secara bertanggung jawab.
Dengan bantuan pakar eksternal, pakar privasi Kaspersky membuat panduan singkat yang bisa mengurangi risiko dan tekanan mental dari kehilangan data serta mengurangi potensi doxing bagi para pengguna.
Dengan memberikan pengetahuan dan alat yang tepat kepada pengguna untuk membantu menavigasi internet dengan aman, mereka dapat memahami dan mengalami lebih sedikit tekanan digital untuk menikmati teknologi tanpa rasa khawatir.
Pakar Keamanan Senior Kaspersky Anna Larkina mengatakan, dengan kehidupan manusia yang begitu erat dengan dunia digital, tidak heran jika pengguna menghadapi ancaman online secara signifikan.
"Alat untuk mengekspresikan diri juga dapat menjadi bumerang, doxing jadi hal populer yang dilakukan sebagai cara untuk menghukum dan merugikan orang," kata Larkina dalam keterangan Kaspersky, Senin (31/5/2021).
Advertisement
Sejumlah Langkah Cegah Doxing
Sayangnya menurut Larkina, tidak mungkin mengontrol semua yang ada secara online. Untuk itu perlu sejumlah langkah pencegahan.
Larkina menyebut, untuk menjaga keamanan seseorang dan mengurangi risikonya, seseorang perlu berhati-hati tentang dengan siapa mereka membagikan data, mengambil tindakan pencegahan tertentu, dan tetap menjaga data berharga dalam kendali.
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah menginstal dan mengelola alat privasi yang tepat, misalnya dengan pengelola kata sandi atau ekstensi browser yang menerapkan privasi.
"Meskipun doxing mungkin tidak ada dalam radar semua orang, sebaiknya hal tersebut menjadi perhatian utama, terutama bagi orangtua," kata CEO Endtab.org Adam Dodge.
Ia mengatakan, siapa pun dapat menjadi target doxing dan berisiko atas bentuk berbagai penindasan dan pelecehan maya.
Kaspersky dan Endtab.org pun meluncurkan kursus online gratis yang menjelaskan apa itu doxing dan apa yang harus dilakukan untuk menghindarinya.
(Tin/Ysl)