Google Kunci Akun Email Pemerintah Afghanistan. Kenapa?

Google melakukan penguncian terhadap akun email Google pemerintah Afghanistan yang disokong AS dan telah runtuh, demi mencegah Taliban melakukan aksi balas dendam

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 05 Sep 2021, 10:00 WIB
Diterbitkan 05 Sep 2021, 10:00 WIB
FOTO: Taliban Kuasai Bandara Kabul Usai AS Tarik Pasukan dari Afghanistan
Pasukan Taliban berdiri dalam pesawat Angkatan Udara Afghanistan di Bandara Internasional Hamid Karzai, Kabul, Afghanistan, 31 Agustus 2021. Taliban menguasai Bandara Kabul setelah Amerika Serikat menarik semua pasukannya dari Afghanistan. (WAKIL KOHSAR/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Google mengunci sementara beberapa akun email (surel) pemerintah Afghanistan demi mencegah pihak Taliban memburu identitas mantan pejabat yang bekerja dengan pemerintah yang disokong Amerika Serikat (AS).

Juru bicara Google mengatakan, mereka terus berkonsultasi dengan para ahli dan selalu menganalisa situasi yang terjadi di Afghanistan usai diambil alihnya kekuasaan oleh Taliban.

"Kami mengambil tindakan sementara untuk mengamankan akun yang relevan, karena informasi terus masuk," kata juru bicara Google seperti dilansir dari New York Post, Minggu (5/9/2021).

Reuters melaporkan, belum diketahui dengan jelas berapa akun surel yang terpengaruh oleh langkah dari raksasa teknologi asal Amerika Serikat tersebut.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Kekhawatiran Aksi Balas Dendam

FOTO: Taliban Duduki Istana Kepresidenan Afghanistan
Pejuang Taliban menguasai Istana Kepresidenan Afghanistan di Kabul, Afghanistan, Minggu (15/8/2021). Taliban menduduki Istana Kepresidenan Afghanistan setelah Presiden Afghanistan Ashraf Ghani melarikan diri dari negara itu. (AP Photo/Zabi Karimi)

Di bulan Agustus lalu, pemerintah Afghanistan yang didukung oleh AS dan beberapa negara lain akhirnya tunduk di tangan Taliban.

Situasi ini dikabarkan menimbulkan kekhawatiran pemanfaatan akses data-data resmi untuk mengidentifikasi, dan melakukan balas dendam pada mereka yang pernah bekerja untuk pemerintahan Kabul dan lembaga-lembaga lain yang didukung Barat.

Reuters menyebut, seorang mantan pegawai pemerintah Afghanistan mengatakan Taliban memintanya untuk menyimpan data yang disimpan di server milik kementerian tempatnya bekerja dulu.

"Jika saya melakukannya, maka mereka akan mendapatkan akses ke data dan komunikasi resmi dari kepemimpinan kementerian sebelumnya," kata pria yang mengklaim dirinya tidak mematuhinya dan memilih bersembunyi saat ini.

 

Beberapa Kementerian Gunakan Email Google

Google.   Pawel Czerwinski/Unsplash
Google. Pawel Czerwinski/Unsplash

Dikabarkan, sekitar dua lusin departemen di pemerintahan Afghanistan menggunakan Google untuk menangani korespondensi email resmi.

Beberapa kementerian tersebut seperti Kementerian Keuangan dan Industri dan Kantor Protokol Kepresidenan. Sementara, Kementerian Luar Negeri dan Kantor Kepresidenan dilaporkan menggunakan email Microsoft.

Belum diketahui apa langkah Microsoft terkait ini karena belum ada komentar dari mereka.

Beberapa hari usai kemenangan Taliban, YouTube milik Google juga dikabarkan akan menghapus semua akun yang diyakini dioperasikan oleh kelompok tersebut.

Sementara Twitter, masih mengizinkan akun-akun milik Taliban, selama mereka patuh terhadap aturannya melawan "glorifikasi kekerasan, manipulasi platform, dan spam."

Meski Taliban sudah berusaha untuk menunjukkan wajah yang lebih moderat kepada dunia, yang tengah melakukan konsolidasi kendali atas Afghanistan, namun beberapa pihak memang menyangsikan hal tersebut.

(Gio/Ysl)

Infografis Taliban Belum Usai, Bom ISIS-K Guncang Kabul

Infografis Taliban Belum Usai, Bom ISIS-K Guncang Kabul
Infografis Taliban Belum Usai, Bom ISIS-K Guncang Kabul (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya