Liputan6.com, Jakarta - Pelapor bernama Frances Haugen, yang merupakan mantan karyawan Facebook, menyerahkan lebih dari sepuluh ribu halaman dokumen internal Facebook sebagai pengungkapan kepada Komisi Sekuritas dan Bursa.
Melalui penasihat hukumnya, Haugen juga memberikan dokumen itu kepada Kongres dalam bentuk yang telah disunting. Demikian sebagaimana dilansir CNN, Senin (25/10/2021).
Advertisement
Baca Juga
Versi yang disunting ditinjau oleh konsorsium 17 organisasi berita AS, termasuk CNN. Pada Jumat, (22/10/2021), konsorsium mulai menerbitkan serangkaian cerita--secara kolektif disebut "The Facebook Papers"--berdasarkan dokumen internal perusahaan.
Mereka memberikan wawasan mendalam tentang budaya internal Facebook, pendekatannya terhadap informasi yang salah dan moderasi ujaran kebencian, penelitian internal tentang algoritma newsfeed, komunikasi internal yang terkait dengan tragedi 6 Januari, masih dan banyak lagi.
The Wall Street Journal sebelumnya menerbitkan serangkaian cerita berdasarkan puluhan ribu halaman dokumen internal Facebook yang dibocorkan oleh Haugen.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Facebook Dituding Berbahaya dan Memicu Perpecahan
Dalam kesaksiannya di Kongres awal bulan ini, Haugen mengatakan "Produk Facebook membahayakan anak-anak, memicu perpecahan, dan melemahkan demokrasi kita."
"Kepemimpinan perusahaan tahu bagaimana membuat Facebook dan Instagram lebih aman tetapi tidak akan membuat perubahan yang diperlukan karena mereka lebih mengutamakan keuntungan astronomis. Tindakan kongres diperlukan. Mereka tidak akan menyelesaikan krisis ini tanpa bantuan Anda," tambahnya, mendesak anggota parlemen untuk mengambil tindakan.
Haugen memberanikan diri untuk bersaksi karena dirinya percaya, "Kita masih punya waktu untuk bertindak. Tapi kita harus bertindak sekarang."
Selama sesi jajak dengar pendapat subkomite Senat Commerce, Haugen menyerukan transparansi tentang bagaimana Facebook membujuk pengguna untuk terus menggulir, menciptakan banyak peluang bagi pengiklan untuk menjangkau mereka.
"Selama Facebook beroperasi dalam bayang-bayang dan menyembunyikan penelitiannya dari pengawasan publik, itu adalah tindakan yang tidak bertanggung jawab," kata Haugen, mantan manajer produk di tim misinformasi sipil Facebook.
Â
Advertisement
Bantahan Mark Zuckerberg
Mark Zuckerberg melalui posting-an di Facebook menepis tuduhan tersebut dan mengatakan bahwa tuduhan itu bertentangan dengan tujuan perusahaan.
"Argumen bahwa kami sengaja mendorong konten yang membuat orang marah demi keuntungan sangat tidak masuk akal," tulisnya.
"Kami menghasilkan uang dari iklan, dan pengiklan secara konsisten memberi tahu kami bahwa mereka tidak ingin iklan mereka berada di samping konten berbahaya atau memicu kemarahan. Dan saya rasa tidak ada perusahaan teknologi mana pun yang menciptakan produk untuk membuat orang marah atau tertekan," pungkasnya.