Facebook Mau Habiskan Rp 141,6 Triliun untuk Divisi Metaverse

Facebook berencana menghabiskan USD 10 miliar (setara Rp 141,6 triliun) untuk sebuah divisi metaverse yang bertugas membuat hardware AR dan VR, software, dan konten.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 26 Okt 2021, 09:30 WIB
Diterbitkan 26 Okt 2021, 09:30 WIB
Facebook
Ilustrasi Facebook (Foto: New Mobility)

Liputan6.com, Jakarta - Facebook berencana menghabiskan USD 10 miliar (setara Rp 141,6 triliun) untuk Facebook Reality Labs, sebuah divisi metaverse yang bertugas membuat hardware AR dan VR, software, dan konten.

"Kami berkomitmen mewujudkan visi jangka panjang ini dan berharap dapat meningkatkan investasi untuk beberapa tahun ke depan," kata perusahaan dalam rilis pengumuman pendapatan kuartal ketiganya, dikutip dari The Verge, Selasa (26/10/2021).

Facebook melihat AR dan VR sebagai generasi berikutnya dari pengalaman sosial di dunia maya.

Sekadar informasi, divisi metaverse Facebook sebelumnya telah membuat Oculus Quest dan jajaran perangkat panggilan Portal yang diposisikan sebagai produk besar dari Facebook.

CEO Facebook Mark Zuckerberg juga kerap berbicara mengenai metaverse selama beberapa bulan terakhir. Kini, Facebook mengatakan akan mulai melaporkan pendapatan khusus untuk segmen Reality Labs.

Dalam laporan pendapatan, bisnis iklan utama Facebook mendapatkan USD 28 miliar akan dilaporkan di bawah pos lainnya.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Metaverse Jadi Bisnis Penting Buat Facebook

Mark Zuckerberg
Mark Zuckerberg, Founder sekaligus CEO Facebook, banyak disalahkan sebagian pihak karena membiarkan penggunanya membagikan tautan berita hoax di Facebook. (Doc: Wired)

Informasi ini sekaligus merupakan tanda bagi investor, bisnis Reality Labs adalah bisnis penting Facebook dan perlu dinilai secara terpisah dari Facebook saat ini.

Fokus Facebook di divisi metaverse juga kemungkinan untuk mengalihkan perhatian dalam laporan pendapatan Facebook kali ini. Pasalnya, perusahaan tidak memenuhi ekspektasi pendapatan yang ditargetkan.

Facebook berasalan, hal ini terjadi karena sejumlah faktor, seperti Covid-19, ekonomi, dan perubahan pelacakan iklan Apple.

Sekadar informasi, Apple memperbarui iOS pada April lalu dengan menambahkan fitur privasi baru. Fitur ini mengharuskan pengguna secara aktif memilih untuk mengizinkan aplikasi melacaknya di aplikasi atau situs web lain.

Awalnya Facebook mengatakan, mereka tidak yakin seberapa besar pengaruh fitur pelacakan tersebut ke bisnis iklan yang mengandalkan pelacakan untuk mengukur performa iklannya.


Waktu yang Sulit Buat Facebook

Facebook. Souvik Banerjee/Unsplash
Facebook. Souvik Banerjee/Unsplash

Bagi Facebook, minggu ini mungkin jadi waktu yang sulit. Pasalnya, serangkaian laporan di The Wall Street Journal merinci kesalahan langkah yang signifikan oleh Facebook. Termasuk di antaranya masalah moderasi konten dan kekhawatiran tentang kesehatan mental pengguna remaja.

Whistleblower yang merupakan mantan karyawan Facebook membocorkan dokumen-dokumen internal perusahaan dan bersaksi di depan parlemen AS.

Belum lagi, berbagai berita diterbitkan oleh konsorsium yang terdiri dari 17 media AS, mengenai banyaknya masalah di Facebook.

Salah satu yang dibahas tentang kekhawatiran penurunan penggunaan Facebook di kalangan remaja. Di tengah itu semua, masalah lain juga terjadi pada Facebook, yakni layanannya down selama 6 jam pada awal Oktober 2021.

(Tin/Ysl)


Infografis Tentang Facebook

Infografis skandal kebocoran data Facebook
Infografis skandal kebocoran data Facebook
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya