Liputan6.com, Jakarta - Masih ingat dengan pembunuhan jurnalis The Washington Post bernama Jamal Khashoggi? Kini terkuak fakta baru dari kasus ini.
Analisis forensik mengindikasikan, ada perwakilan dari pemerintah Uni Emirat Arab yang menginstal spyware Pegasus besutan NSO di smartphone istri Jamal Khashoggi, beberapa bulan sebelum suaminya terbunuh.
Baca Juga
Top 3 Islami: Doa dan Amalan Istri supaya Suami Banjir Rezeki, Dosakah Suami yang Nafkahnya Selalu Kurang?
Hasil Liga Inggris Manchester United vs Bournemouth: Petir Menyambar 2 Kali di Old Trafford, Setan Merah Kembali Malu
Rekrutan Mahal Manchester United Bakal Diselamatkan Napoli, Berharap Sesukses McTominay
Analisis tersebut dilakukan oleh laboratorium privasi dan keamanan Citizen Lab atas permintaan dari The Washington Post. Demikian dikutip dari The Verge, Kamis (23/12/2021).
Advertisement
Menurut laporan The Washington Post, investigasi forensik terhadap dua smartphone Android milik istri Khashoggi, Hanan Elatr, mengungkap ada orang tak dikenal memakai salah satu smartphone itu untuk mengunjungi website yang mengunggah spyware Pegasus di ponsel sang istri.
Hal ini bisa terjadi setelah agen keamanan bandara Dubai menyita ponsel milik Hanan Elatr. Citizen Lab juga menemukan, situs web tersebut dikendalikan oleh NSO Group atas nama pelanggannya di Uni Emirat Arab.
Pihak NSO membantah spyware Pegasus dipakai untuk menargetkan Khashoggi atau rekan-rekan, termasuk istrinya. Namun, analisis Citizen Lab membuat pernyataan NSO Group tersebut sulit dipercayai.
Tidak hanya itu, nomor telepon milik Hanan Elatr dan tunangan Khashoggi di Turki, Hatice Cengiz, juga ditemukan di dalam daftar 50.000 nomor telepon bocor yang menjadi target potensial spyware Pegasus. Meski begitu, temuan ini tidak mengkonfirmasi nomor telepon keduanya sudah disusupi Pegasus.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Banyak Tokoh dan Jurnalis Jadi Target Pegasus
Kebocoran tersebut merupakan bagian dari penyelidikan yang lebih besar oleh koalisi outlet berita di seluruh dunia. Investigasi yang diberi nama Project Pegasus itu mengungkap, penargetan yang meluas terhadap jurnalis, aktivis, politisi, hingga kepala negara.
Daftar nomor yang jadi target potensial Pegasus itu juga berisi ratusan nomor telepon dan 180 nomor telepon jurnalis. Misalnya jurnalis dari CNN, The New York Times, Bloomberg, Le Monde, hingga El Pais.
Tidak hanya itu, nomor telepon Presiden Prancis Emmanuel Macron, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, dan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan ada di daftar tersebut.
Belum lama ini, unggahan dari grup riset keamanan Google Project Zero mengungkap kecanggihan teknis dari eksploitasi spyware yang dikembangkan NSO tersebut.
Unggahan itu memberi rincian eksploitasi zero-click untuk iMessage, di mana smartphone pengguna bisa dibobol hanya dengan mengirimi pesan SMS berisi link, tanpa si pemilik ponsel membaca SMS atau mengklik link.
Advertisement
NSO Group Masuk Daftar Hitam Perdagangan AS
Saking berbahayanya NSO Group, Departemen Perdagangan AS memasukkan perusahaan ini ke daftar hitam, untuk mencegah perusahaan-perusahaan AS menyediakan barang atau jasa kepada NSO.
Tidak hanya itu, anggota parlemen AS juga menyerukan pengenaan sanksi ketat terhadap NSO dan perusahaan spyware lainnya, misalnya dengan membekukan rekening bank dan melarang karyawan bepergian ke AS.
Direktur Advokasi di Freedom of the Press Foundation Parker Higgins mengungkap, "Organisasi seperti NSO Group telah mengancam keselamatan reporter dan narasumber."
(Tin/Ysl)