NASA: 2021 Masuk Rekor sebagai Salah Satu Tahun Terpanas

NASA mengungkap, 2021 merupakan salah satu tahun terpanas dalam sejarah.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 14 Jan 2022, 14:00 WIB
Diterbitkan 14 Jan 2022, 14:00 WIB
ilustrasi bumi.
ilustrasi bumi. (NASA)

Liputan6.com, Jakarta - NASA dan National Oceanic Administration (NOAA) mengkonfirmasi, 2021 masuk dalam rekor salah satu dari 8 tahun terpanas yang pernah dialami di Bumi.

2021 menjadi tahun paling panas keenam dari 8 tahun terpanas yang dimaksud NASA. Menurut agensi antariksa Amerika Serikat itu, keputusan ini berdasarkan data bahwa rata-rata suhu Bumi cenderung mengalami peningkatan.

Ada banyak tanda bahaya sepanjang tahun 2021 yang menunjukkan betapa terjadi suhu ekstrim membuat 2021 sebagai tahun terpanas.

"Faktanya, kita sekarang telah berpindah ke rezim baru. Ini mungkin dekade terpanas, dalam banyak, ratusan, mungkin 1000-an tahun," kata Direktur Institut Studi Luar Angkasa Goddard NASA, Gavin Schmidt, seperti dikutip dari The Verge, Jumat (14/1/2022).

Lebih lanjut, Schmidt mengungkap, ada banyak perubahan pada tahun 2021 yang berdampak secara lokal.

Misalnya, di Amerika Utara dampak lokal yang dimaksud adalah panas ekstrim saat musim panas, bahkan untuk daerah yang biasanya dingin.

Pada akhir Juni dan awal Juli, Pasifik Barat Laut AS dan Kanada Barat bahkan harus menghadapi suhu panas yang memecahkan rekor, hingga disebut-sebut membuat jalan terlihat melengkung dan kabel listrik sampai meleleh.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Panas Ekstrim di California Valley

Ribuan Penggemar Mad Max Bespesta di Gurun California
Para peserta melakukan konvoi mobil saat mengikuti Wasteland Weekend di Gurun Mojave, North Edwards, California, AS, Sabtu (28/9/2019). (Agustin Paullier/AFP)

Tidak hanya itu, di gurun Death Valley California suhunya mencapai 130 derajat Farenheit atau setara 54,4 derajat Celcius pada Juli lalu. Suhu panas ekstrim ini bahkan berpotensi memecahkan rekor dunia untuk suhu terpanas yang pernah tercatat di Bumi, selama dua tahun berturut-turut.

Sementara, di seberang Atlantik, Eropa juga mengalami panas terik. Berdasarkan informasi, suhu di Sisilia, Italia, disebut-sebut memecahkan suhu terpanas Eropa. Berdasarkan pembacaan suhu, temperatur di sana pernah mencapai 119,8 derajat Farenheit atau setara 48,8 derajat Celcius.

Saat ini, Organisasi Meteorologi Dunia juga masih memeriksa catatan-catatan suhu tersebut. Namun, menurut NOAA, semua sepakat menyebut Juli 2021 adalah bulan terpanas yang pernah dicatat manusia.

Selain menyebabkan ketidaknyamanan, cuaca panas juga merugikan masyarakat. Berdasarkan informasi, kunjungan departemen darurat melonjak di Pasific Northwest sebagai akibat dari gelombang panas ekstrik.

Masih soal suhu terpanas, kota kecil Lytton, British Columbia, juga mencatatkan rekor suhu tertinggi di Kanada hingga disebutkan neraka seolah menghampiri kota tersebut.


Gelombang Panas di Laut

Surga-surga Bawah Laut di Indonesia ini Jarang Dieskpos, Lho
Ilustrasi: Laut

Bukan hanya di daratan, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan baru-baru ini panas yang terperangkap di lautan dunia juga mencapai rekornya pada 2021.

Gelombang panas laut diperkirakan akan dua kali lebih banyak dibandingkan saat ini. Hal ini serupa dengan kondisi di awal 1980-an, di mana gelombang laut ini diperkirakan bisa mengganggu kehidupan laut dan masyarakat pesisir.

Gelombang laut ini disebut-sebut bisa membunuh karang, merugikan industri perikanan dan kepiting, hingga memperburuk kekeringan di darat.

Tidak hanya NASA dan NOAA yang mencatat tahun 2021 adalah salah satu tahun yang terpanas. Data Copernicus Climate Change Service yang dirilis Uni Eropa menyebutkan, 2021 adalah tahun terpanas kelima dalam catatan mereka.

Hal ini menegaskan, dunia memang telah menghangat lebih dari satu derajat Celcius sejak era pra-industri. Hal ini kemungkinan besar diakibatkan gas rumah kaca yang dilepaskan oleh pembakaran bahan bakar fosil.

Pada sisi lain, para ahli pun mendesak transisi ke energi bersih karena pemanasan global harus berada di bawah dua derajat Celcius untuk mencegah bencana perubahan iklim. "Sayangnya, kita menuai apa yang telah kita tabur," kata Schmidt.

(Tin/Isk)


Infografis Tentang Suhu panas di Indonesia

Infografis Suhu Panas Menerjang Indonesia
Infografis Suhu Panas Menerjang Indonesia. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya