Diserang Ransomware, Kemenkominfo Apresiasi Bank Indonesia Sudah Koordinasi dengan BSSN

Kemenkominfo mendorong para Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) yang mengalami gangguan keamanan seperti Bank Indonesia, pada sistem elektroniknya, untuk melakukan koordinasi dengan BSSN

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 21 Jan 2022, 09:18 WIB
Diterbitkan 21 Jan 2022, 09:18 WIB
Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia Gratis, Ini Syaratnya
Karyawan menghitung uang kertas rupiah yang rusak di tempat penukaran uang rusak di Gedung Bank Indonessia, Jakarta (4/4). Selain itu BI juga meminta masyarakat agar menukarkan uang yang sudah tidak layar edar. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) merespon adanya laporan upaya serangan siber terhadap Bank Indonesia (BI)

Juru Bicara Kemenkominfo Dedy Permadi melalui siaran persnya, dikutip Jumat (21/1/2022), mengungkapkan BI telah berkoordinasi dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN).

"Kementerian Kominfo mengapresiasi langkah Bank Indonesia yang telah berkoordinasi dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) untuk melakukan upaya verifikasi, pemulihan, audit, dan mitigasi sistem elektronik BI," kata Dedy Permadi.

Lebih lanjut, Kemenkominfo mendorong para Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) yang mengalami gangguan keamanan pada sistem elektroniknya, untuk dapat melakukan koordinasi dengan BSSN.

Dedy mengatakan, BSSN merupakan lembaga yang berwenang untuk merekomendasikan implementasi teknik keamanan siber, menerapkan ketentuan teknis siber, serta kewenangan lain terkait yang diatur oleh perundang-undangan.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

BI Diserang Ransomware

Cek Jadwal Kegiatan Operasional dan Layanan Publik BI Selama Mitigasi COVID-19
Ilustrasi Bank Indonesia.

Kemenkominfo mengatakan akan terus mengawasi komitmen dan keseriusan PSE dalam melindungi data pribadi yang dikelolanya dengan memperhatikan kelayakan dan keandalan sistem pemrosesan data pribadi.

"Baik dari aspek teknologi, tata kelola, dan sumber daya manusia," imbuh Dedy.

Sebelumnya, BI diduga telah menjadi korban serangan ransomware yang dilancarkan oleh sebuah geng bernama Conti. Hal ini diungkap pertama kali oleh platform intelijen dark web Dark Tracer.

"[Alert] Conti ransomware gang has announced "BANK OF INDONESIA" on the victim list," tulis Dark Tracer di akun Twitter-nya, Kamis (20/1/2022).

Dari tangkapan layar yang dibagikan, file ini sudah dilihat oleh 14 user, dengan jumlah file sekitar 838 atau berukuran 487.09 MB. Akan tetapi, Dark Tracer tidak memberikan informasi lebih rinci tentang data-data apa saja yang diambil oleh pelaku.

Sudah Dilaporkan Sejak 17 Desember

Antisipasi Kebocoran Data Pribadi, Ini Saran dari Pakar Siber
Pakar siber ungkap tips mencegah dan mengatasi kebocoran data pribadi. (unsplash/nelsonah hegu).

BI dan BSSN pun telah membenarkan kabar tersebut. Juru Bicara BSSN Anton Setiawan menyebut, ransomware tersebut sudah dilaporkan oleh BI ke pihaknya pada 17 Desember 2021 lalu.

"Tim BSSN dan BI melakukan verifikasi terhadap konten dari data yang tersimpan," kata Anton kepada media, Kamis (20/1/2022).

Anton mengatakan, berdasarkan penelusuran, data tersebut merupakan data milik Bank Indonesia cabang Bengkulu. Disebutkan ada 16 PC milik kantor cabang Bank Indonesia yang terkena dampak dari serangan ransomware tersebut.

Soal data yang dicuri, BSSN dan BI memastikan file-file tersebut merupakan data pekerjaan personal di PC pada kantor BI cabang Bengkulu. "Data-data yang bocor tidak terkait dengan sistem kritikal di BI," ujarnya.

(Dio/Ysl)

Infografis Dampak Dugaan Kebocoran Data Aplikasi eHAC dan Antisipasinya

Infografis Dampak Dugaan Kebocoran Data Aplikasi eHAC dan Antisipasinya. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Dampak Dugaan Kebocoran Data Aplikasi eHAC dan Antisipasinya. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya