Pemerintah AS Ramalkan Kelangkaan Chip Global Berlanjut hingga Akhir 2022

Pemerintah AS memprediksi kelangkaan chip global akan terus berlanjut dan tidak selesai hingga akhir 2022.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 29 Jan 2022, 12:00 WIB
Diterbitkan 29 Jan 2022, 12:00 WIB
Ilustrasi prosesor, chip, chipset Intel
Ilustrasi prosesor, chip, chipset Intel. Kredit: Bruno/Germany via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Kelangkaan chip global yang tengah berlangsung berdampak besar pada hardware komputer dan ponsel. Banyak dari kita yang menantikan kondisi industri bakal menjadi lebih baik.

Namun, menurut pemerintah Amerika Serkat, situasi kelangkaan chip akan tetap sama sepanjang tahun 2022. Dikutip dari Digital Trends, Sabtu (29/1/2022), kelangkaan chip global diprediksi masih akan terjadi hingga akhir 2022.

Berdasarkan survei global yang dilakukan Departemen Perdagangan AS terhadap lebih dari 150 perusahaan rantai pasokan industri semikonduktor, hasilnya memperlihatkan pasokan masih terlalu sedikit untuk memenuhi permintaan pasar.

Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo, mengatakan perusahaan yang disurvei tidak bisa menjanjikan masalah kelangkaan chip akan selesai dalam waktu dekat.

Meskipun ada spekulasi yang saling bertentangan mengenai kemungkinan berakhirnya kekurangan chip global, pemerintahan Biden meyakini, masalah kelangkaan chip global ini masih akan terus berlangsung dan jauh dari akhir.

"Ada ketidaksesuaian yang signifikan dan terus menerus dalam pasokan dan permintaan chip global, dan responden tidak melihat masalah (kelangkaan chip) akan hilang dalam enam bulan ke depan," kata Raimondo, dikutip dari Reuters.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Permintaan Chip Bakal Makin Tinggi di 2022

Ilustrasi chip
Ilustrasi chip. Ilustrasi: Freepik

Survei ini bersifat sukarela dan banyak perusahaan yang mengambil bagian dalam survei yang dilakukan selama musim gugur 2021.

Menurut Raimondo, perusahaan yang disurvei menjangkau seluruh rantai pasokan. Beberapa perusahaan dan pemerintah ada yang ragu untuk mengikuti survei ini. Namun, Departemen Perdagangan AS memiliki kekuatan untuk tetap mendapatkan informasi yang diperlukan dari bisnis yang beroperasi di AS.

Hasil survei juga mengungkap, permintaan meningkat signifikan dalam dua tahun terakhir. Namun pasokan chip tidak bisa memenuhinya. Hasil survei memperkirakan, permintaan chip pada 2022 akan naik 20 persen dibanding 2019.


Upaya AS Akhiri Kelangkaan Chip Global

Ilustrasi Chip
Ilustrasi Chip (Brian Kostiuk/Unsplash).

Untuk memenuhi kenaikan permintaan, proses pemenuhan chip ditingkatkan dari yang sebelumnya 40 hari pada 2019 menjadi kurang dari lima hari di 2021.

Menurut Raimondo, pemenuhan dalam waktu singkat ini menyisakan sedikit ruang untuk kesalahan. Karena adanya masalah kecil bisa menyebabkan penundaan besar dan ini akan sangat menganggu pemenuhan permintaan chip.

Menurut Reuters, Partai Demokrat mengusulkan untuk mengucurkan USD 52 miliar untuk produksi dan penelitian semikonduktor.

Pendanaan tersebut sudah disetujui pada Juni lalu. Dengan rencana ini, pemerintah berupaya memerangi kelangkaan chip yang tengah berlangsung dan memberikan pengaruh ke industri komputasi, mobil, hingga ponsel.

(Tin/Isk)

 


Infografis Tentang 5G

Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia
Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya