Liputan6.com, Jakarta - Ketegangan Rusia-Ukraina semakin memanas dengan kabar tumbangnya sejumlah situs web pemerintahan dan bank akibat dari serangan DDos (Distributed Denial-of-Service).
Adapun situs web yang tumbang itu, antara lain Kementerian Pertahanan dan Angkatan Bersenjata Ukraina, dan dua bank milik negara, Privatbank dan Oschadbank.
Baca Juga
Mengutip dari Bleeping Computer, Rabu (16/2/2022), sejumlah nasabah bank menerima pesan teks yang mengklaim ATM bank di negara tersebut mati.
Advertisement
Polisi siber Ukraina melaporkan, informasi pesan teks tersebut merupakan bagian dari serangan informasi dan tidak sesuai dengan kenyataan.
Sementara itu, Kementerian Pertahanan Ukraina yang situsnya dihapus setelah serangan tersebut, mengatakan "situs web kami mungkin diserang oleh DDoS. Tercatat, terjadi peningkatan jumlah akses per detik dari biasanya."
"Mulai dari sore hari 15 Februari 2022, serangan DDOS terhadap sejumlah sumber informasi Ukraina semakin gencar," tambah Layanan Negara untuk Komunikasi Khusus dan Perlindungan Informasi Ukraina.
"Karena hal tersebut, sejumlah layanan web Privatbank dan Oschadbank pun terganggu. Situs web Kementerian Pertahanan dan Angkatan Bersenjata Ukraina juga diserang."
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Serangan dari Kelompok Terkait Rusia
Lebih lanjut, Dinas Keamanan Ukraina (SSU) mengatakan telah menangkal upaya serupa terkait dengan agen intelijen dan membongkar peternakan bot yang menargetkan warga Ukraina dengan berbagai informasi hoaks.
Tim Tanggap Darurat Komputer negara itu memperingatkan serangan terhadap otoritas Ukraina, dikoordinasi oleh kelompok hacker Gamaredon (terkait dengan Layanan Keamanan Federal (FSB) Rusia).
Microsoft juga mengatakan awal bulan ini, Gamaredon telah mengoordinasikan gelombang email spear-phishing dengan target entitas dan organisasi Ukraina sejak Oktober 2021.
Â
Advertisement
Pakar Keamanan Siber Ajak Masyarakat Waspadai Ransomware
Di sisi lain, pakar keamanan siber, Pratama Persadha, mengajak masyarakat untuk lebih waspada terhadap ancaman kebocoran data baik dari pencurian data maupun ulah ransomware di 2022.
Hal ini bukan tanpa alasan, menjelang tahun 2022, amukan Covid-19 masih masif di Eropa dan belahan dunia lain. Salah satunya karena ganasnya virus corona varian Omicron. Dengan ganasnya pandemi, otomatis perusahaan kembali menerapkan WFH.
Sayangnya hal ini juga berdampak bagi keamanan siber, dengan banyaknya orang yang bekerja online, angka peretasan dan kebocoran data pun bisa makin tinggi.
(Ysl/Tin)