Taliban Larang PUBG Mobile dan TikTok di Afghanistan, Diklaim Menyesatkan Generasi Muda

Pelarangan itu dilakukan karena Taliban mengklaim, PUBG Mobile dan TikTok "menyesatkan generasi muda"

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 28 Apr 2022, 17:00 WIB
Diterbitkan 28 Apr 2022, 17:00 WIB
Ilustrasi Game Mobile, PUBG
Ilustrasi Game Mobile, PUBG

Liputan6.com, Jakarta - Taliban dikabarkan telah melarang dua aplikasi yang populer di dunia saat ini yaitu platform berbagi video TikTok, serta game seluler PUBG Mobile, di Afghanistan.

Dalam pernyataannya pekan lalu, seperti mengutip NDTV, Kamis (28/4/2022), Taliban mengatakan pelarangan ini dilakukan karena kedua aplikasi ini "menyesatkan generasi muda."

Dibertakan kantor berita ANI, Taliban sudah meminta kementerian telekomunikasinya untuk melakukan pemblokiran pada TikTok dan PUBG Mobile.

Mereka juga dilaporkan sudah meminta kementerian untuk berhenti menyiarkan "materi tidak bermoral" di saluran televisi, meski menurut ANI, sudah tidak ada lagi acara lain di TV selain berita dan program keagamaan.

Diketahui, sejak kembali berkuasa pada bulan Agustus tahun lalu, Taliban sudah melarang musik, film, dan sinetron. Aplikasi seluler menjadi populer di kalangan warga Afganistan, mengingat semakin sedikitnya hiburan.

Mengutip NME, Bloomberg melaporkan keputusan Taliban untuk melarang PUBG Mobile dan TikTok ditetapkan dalam pertemuan kabinet tanggal 20 April 2022 lalu.

Deputi Juru Bicara Afganistan, Inamullah Samangani, juga telah mengonfirmasi soal pelarangan kedua aplikasi tersebut dalam sebuah cuitan di Twitter.

Samangani mengatakan, PUBG Mobile dan TikTok telah diblokir di negara itu karena dianggap "menyesatkan generasi muda" dan "mempublikasikan materi dan program yang tidak bermoral."

Samangani dalam sebuah wawancara via telepon juga menambahkan, konten TikTok "tidak konsisten dengan hukum Islam."

Selain itu menurutnya, Taliban juga mengklaim telah menerima banyak keluhan tentang "bagaimana aplikasi TikTok dan gim PUBG Mobile membuang-buang waktu seseorang."

"Kementerian komunikasi dan teknologi informasi diperintahkan untuk menghapus aplikasi dari server internet dan membuatnya tidak dapat diakses oleh semua orang di Afghanistan," kata Samangani.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

DK PBB Sampaikan Keprihatinan

Dilaporkan Bloomberg, laporan DataReportal 2022 tentang Afganistan menyebutkan, tingkat penetrasi internet di negara itu mencapai 22,9 persen pada awal tahun ini.

Ini berarti, ada 9,23 juta pengguna internet di Afghanistan, per Januari 2022.

BBC melaporkan, sejak berkuasa tahun lalu, kelompok ultrakonservatif telah menghentikan rencana untuk membiarkan anak perempuan bersekolah di sekolah dasar, dan melarang perempuan tampil di drama televisi.

Dewan Keamanan PBB telah menyatakan keprihatinan mendalam terkait keputusan penguasa Taliban di Afghanistan yang tidak memberi akses pendidikan sekolah menengah bagi anak perempuan.

Mereka juga meminta kelompok itu agar membuka kembali sekolah bagi siswa perempuan tanpa menunda-nundanya.

“Para anggota Dewan Keamanan … mengukuhkan kembali hak pendidikan bagi semua orang Afghanistan, termasuk anak-anak perempuan,” kata pernyataan dari PBB pada Minggu, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Selasa (29/3/2022).

Maret lalu, Taliban menarik pernyataan bahwa sekolah menengah akan buka bagi anak-anak perempuan, dengan mengatakan sekolah itu akan tetap ditutup hingga ada rencana yang disusun sesuai hukum Islam bagi mereka untuk membuka kembali sekolah-sekolah tersebut.

 

 

Tutup Sekolah Bagi Perempuan

Beberapa Jam Dibuka, Taliban Tutup Lagi Sekolah Perempuan Afghanistan
Anak perempuan meninggalkan sekolah mereka setelah perintah penutupan hanya beberapa jam setelah dibuka kembali di Kabul (23/3/2022). Taliban memerintahkan sekolah menengah perempuan di Afghanistan ditutup pada 23 Maret hanya beberapa jam setelah dibuka kembali. (AFP/Ahmad Sahel Arman)

Taliban sendiri memutuskan tidak membuka sekolah untuk anak perempuan Afghanistan di atas kelas enam sekolah dasar (SD). Keputusan ini, mengutip New York Post, Kamis, 24 Maret 2022, mengingkari janji sebelumnya.

Keputusan yang dikonfirmasi seorang pejabat Taliban Rabu, 23 Maret 2022 datang saat awal tahun ajaran baru di Afghanistan. Di sisi lain, komunitas internasional telah mendesak para pemimpin Taliban untuk membuka sekolah dan memberi perempuan hak atas ruang publik.

Keputusan menunda kembalinya anak perempuan Afghanistan ke sekolah di tingkat yang lebih tinggi tampaknya merupakan konsesi untuk pedesaan dan komunitas di mana akar gerakan Taliban tertanam.

Disebutkan "banyak bagian pedesaan enggan menyekolahkan anak perempuan mereka."

Kebijakan membatalkan kembalinya anak perempuan ke sekolah secara resmi disebutkan Waheedullah Hashmi, perwakilan pemerintahan yang dipimpin Taliban, pada Associated Press.

"Tadi malam kami menerima kabar dari pimpinan kami bahwa sekolah akan tetap ditutup untuk anak perempuan," kata Hashmi. "Kami tidak mengatakan sekolah akan ditutup selamanya."

Beda Kondisi

Keputusan mengejutkan itu juga muncul saat kepemimpinan gerakan telah dipanggil ke Kandahar selatan oleh pemimpin tertutup Taliban, Haibatullah Akhunzada.

Juga, menyeruak di tengah laporan perombakan Kabinet, menurut seorang pemimpin Afghanistan yang juga anggota dewan kepemimpinan.

Ia berbicara dengan syarat anonim, karena tidak berwenang untuk memberi keterangan pada media. Sumber ini mengatakan ada kemungkinan beberapa posisi senior Kabinet interim diubah.

Ada laporan terus-menerus sejak Taliban merebut kekuasaan pada Agustus tahun lalu tentang perbedaan di antara para pemimpin senior, yang mana bertentangan dengan pragmatis di antara mereka.

Para pragmatis dilaporkan ingin melihat keterlibatan yang lebih besar dengan dunia. Namun demikian, anak perempuan telah dilarang bersekolah di atas kelas enam di sebagian besar wilayah negara itu sejak kembalinya Taliban.

Universitas dibuka awal tahun ini di sebagian besar wilayah, tapi dekrit Taliban acap kali tidak menentu dan sementara beberapa provinsi memberikan pendidikan untuk semua, sebagian besar provinsi menutup lembaga pendidikan untuk perempuan.

Di ibu kota Kabul, sekolah swasta dan universitas telah beroperasi tanpa gangguan. Kekhawatiran pemerintahan Taliban, yakni mendaftarkan gadis-gadis di atas kelas enam berarti dapat mengasingkan basis pedesaan mereka, kata Hashmi.

(Dio/Ysl)

Infografis Penangkapan Terduga Teroris dan Waspada Euforia Kemenangan Taliban. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Penangkapan Terduga Teroris dan Waspada Euforia Kemenangan Taliban. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya