Liputan6.com, Jakarta - Malware Joker ditemukan di tiga aplikasi Style Message, Blood Pressure App, dan Camera PDF Scanner. Aplikasi itu secara diam-diam mendaftar langganan berbayar setelah pengguna membukanya, padahal pengguna baru melihat loading bar.
Berita ini menjadi sorotan para pembaca di kanal Tekno Liputan6.com, Jumat (20/5/2022) kemarin.
Baca Juga
Informasi lain yang juga populer datang dari Indonesia yang tumbang oleh Filipina di Grand Final Mobile Legends SEA Games 2021.
Advertisement
Lebih lengkapnya, simak tiga berita terpopuler di kanal Tekno Liputan6.com berikut ini.
1. Google Blokir 3 Aplikasi Android Berbahaya yang Kuras Uang Pengguna, Apa Saja?
Google terus memblokir aplikasi Android berbahaya yang menipu pengguna, namun sejumlah ahli memperingatkan bahwa aplikasi semacam itu terus berdatangan di toko aplikasi.
Banyak yang meniru aplikasi asli untuk mengelabui orang. Bahayanya, aplikasi tiruan kerap dipenuhi dengan trojan yang diam-diam mendaftar langganan berbayar.
Malware Joker mampu menyelinap melewati deteksi keamanan Google, dan baru-baru ini ditemukan di tiga aplikasi: Style Message, Blood Pressure App, dan Camera PDF Scanner.
Aplikasi terkait nama brand dan aplikasi populer juga ditiru oleh penipu untuk mendapatkan kepercayaan dari pengguna. Aplikasi itu termasuk GameBeyond, Tubemate, Minecraft, GTA5, dan Vidmate.
"Sementara aplikasi yang mengandung malware dihapus dari toko aplikasi setiap hari, aplikasi semacam itu terus-menerus muncul di toko aplikasi untuk menggantikan aplikasi yang telah diblokir," kata Igor Golovin dari Kaspersky, sebagaimana dilansir The Sun, Jumat (20/5/2022).
Ia memaparkan, aplikasi jahat itu secara diam-diam mendaftar langganan berbayar setelah pengguna membukanya, padahal pengguna baru melihat loading bar.
"Mereka biasanya membayar layanan yang sah atas nama pengguna dan penipu mengambil keuntungan dari uang yang ditagih. Jenis biaya berlangganan ini cenderung diambil dari pulsa telepon," ungkap Golovin.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
2. Filipina Tumbangkan Indonesia di Grand Final Mobile Legends SEA Games 2021
Pertarungan timnas Indonesia vs Filipina di babak Grand Final Mobile Legends SEA Games 2021 berakhir dramatis.
Mengusung format Best of five (Bo5), timnas Indonesia harus mengakui keunggulan dari negara berjulukan Lumbung Padi Asia Tenggara ini.
Pada babak pertama, Albert "Alberttt" Neilsen Iskandar, Gilang "Sanz", Calvin "CW" Winata, Calvin "Vyn", dan Rivaldi "R7" Fatah terlihat keteteran berhadapan dengan pemain dari Filipina.
Lewat gaya permainan yang bertempo cepat dan super agresif, tim Filipina mampu memberikan "shock therapy" bagi para pemain Tanah Air.
Selain itu, tim yang digawangin oleh Soto, Gonzales, Villaluna, Del Rosario, dan Imam ini berhasil mengunci pergerakan Alberttt.
Karena hal tersebut, Alberttt pun mengalami kesulitan untuk bergerak, menginisiasi pertarungan, follow up serangan, hingga menginvasi area jungle lawan.
Dengan permainan yang lebih solid, Imam dkk pun berhasil mencuri poin pertama untuk tim Filipina di babak Grand Final Mobile Legends SEA Games 2021.
Advertisement
3. Presiden Kosta Rika Deklarasikan Perang Terhadap Grup Ransomware Conti
Presiden Kosta Rika yang baru saja dilantik, Rodrigo Chaves, mendeklarasikan perang terhadap kelompok ransomware Conti, pada Senin awal pekan ini.
Chaves mengatakan, negara itu "berperang" dengan kelompok kriminal siber Conti yang serangan ransomware-nya telah melumpuhkan lembaga-lembaga pemerintahan di negara itu sejak April lalu.
Dalam pernyataannya ke awak media, Chaves juga mengatakan Conti telah menerima bantuan dari kolaboratornya di dalam negeri. Pemerintah pun meminta bantuan dari sekutu internasionalnya.
"Kami sedang berperang dan ini tidak melebih-lebihkan," kata Chaves ke awak media lokal, seperti mengutip The Verge, Jumat (20/5/2022).
"Perang melawan kelompok teroris internasional, yang tampaknya memiliki operasi di Kosta Rika. Ada indikasi jelas orang-orang di dalam negeri bekerja sama dengan Conti," Chaves berujar.
Deklarasi perang dengan Conti sendiri dinyatakan usai adanya retorika yang agresif dari kelompok ransomware tersebut, yang menyatakan ingin "menggulingkan pemerintah melalui serangan siber."
Dalam sebuah pesan yang diunggah di situs web mereka, Conti meminta warga untuk mendesak pemerintah Kosta Rika membayar uang tebusan, yang telah dilipat gandakan dari USD 10 juta menjadi USD 20 juta.
Infografis 4 Cara Atasi Error Aplikasi PeduliLindungi
Advertisement