AS Setujui Internet Starlink SpaceX Dipakai untuk Kapal hingga Pesawat

Otoritas komunikasi Amerika Serikat (AS) menyetujui satelit internet Starlink milik SpaceX untuk dipakai di kapal hingga pesawat.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 04 Jul 2022, 13:00 WIB
Diterbitkan 04 Jul 2022, 13:00 WIB
SpaceX Luncurkan 60 Satelit Starlink ke Orbit
Roket Falcon 9 lepas landas dari Space Launch Complex 40 di Florida's Cape Canaveral Air Force Station, Amerika Serikat, Kamis (23/5/2019). Misi ini merupakan langkah SpaceX untuk menghadirkan koneksi internet dari luar angkasa. (AP Foto John Raoux)

Liputan6.com, Jakarta - Otoritas komunikasi AS (FCC) memberi wewenang kepada SpaceX untuk menggunakan jaringan internet Starlink dipakai di kendaraan bergerak.

Dengan begitu, nantinya SpaceX bisa memperluas penawaran internet cepat dari Starlink ke maskapai komersial, kapal pengiriman, hingga truk.

Mengutip Reuters, Senin (4/7/2022), internet satelit Starlink memang berupaya untuk menumbuhkan basis pelanggannya, dari pengguna broadband individu di pedesaan hingga perusahaan di sektor otomotif, pengiriman, dan penerbangan. Dengan begitu, investasi mahal Elon Musk di bidang ini bisa berpotensi menguntungkan.

"Mengizinkan terminal kelas baru untuk sistem satelit SpaceX akan memperluas jangkauan kemampuan broadband untuk memenuhi permintaan pengguna yang terus meningkat, yang kini memerlukan konektivitas saat dalam perjalanan," kata FCC dalam otorisasi kepada Starlink yang diterbitkan Kamis lalu.

Sebelumnya, SpaceX mengajukan permintaan persetujuan dari FCC sejak awal tahun lalu.

Sekadar informasi, SpaceX terus meluncurkan sekitar ribuan satelit Starlink ke orbit rendah Bumi sejak 2019. Saat ini internet satelit Starlink telah digunakan oleh ratusan ribu pelanggan.

Banyak di antara pelanggan-pelanggan ini yang membayar USD 110 per bulan untuk mendapatkan internet cepat menggunakan terminal mandiri senilai USD 599.

SpaceX memang dalam beberapa tahun ini aktif merayu maskapai penerbangan untuk menggunakan layanan Starlink, guna menghadirkan konektivitas WiFi di dalam penerbangan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informsasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Hawaiian Airlines Tandatangani Kontrak dengan Starlink

SpaceX Luncurkan 60 Satelit Starlink ke Orbit
Roket Falcon 9 lepas landas dari Space Launch Complex 40 di Florida's Cape Canaveral Air Force Station, Amerika Serikat, Kamis (23/5/2019). CEO SpaceX, Elon Musk, juga menyebut proyek ini merupakan salah satu yang tersulit. (AP Foto John Raoux)

SpaceX telah menandatangani kesepakatan pertamanya dalam beberapa bulan terakhir dengan Hawaiian Airlines dan layanan jet semi pribadi BEJ.

"Kami terobsesi dengan pengalaman (berinternet) penumpang," kata Kepala Penjualan Komersial Starlink Jonathan Hofeller.

Ia mengatakan, layanan Starlink akan segera bisa dinikmati di pesawat. "Semoga penumpang kagum dengan pengalaman ini," tuturnya.

Di bawah lisensi FCC, SpaceX sebelumnya telah melakukan uji coba, dalam hal ini menguji terminal Starlink yang dirancang khusus untuk pesawat pada jet Gulfstream dan pesawat militer AS.

Sebelumnya, pendiri sekaligus CEO SpaceX Elon Musk mengatakan, jenis kendaraan yang akan dialiri internet SpaceX, sesuai perizinan FCC adalah pesawat, kapal, truk besar, dan RV.

Elon Musk yang juga pembesut mobil listrik Tesla ini menyebut, dia tidak berencana menghubungkan Tesla dengan internet Starlink lantaran terminal Starlink yang terlalu besar ukurannya.

Perlu diketahui, Starlink dari SpaceX bukan satu-satunya perusahaan yang menghadirkan layanan internet satelit. Persaingan internet satelit yang mengorbit Bumi cukup sengit. Selain Starlink, operator satelit OneWeb dan Kuiper project milik Amazon berencana meluncurkan propotipe pertama internet satelit sendiri pada akhir 2022 ini.

 

Starlink di Indonesia

Peroleh Hak Labuh Starlink, Telkomsat Siap Dukung Pemerataan Akses Internet di Indonesia
(Dok. Telkomsat)

Di Indonesia, SpaceX berkerja sama dengan Telkom untuk menghadirkan layanan internet cepat Starlink. Sebelumnya, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) memberikan Hak Labuh Satelit Khusus Non Geostationer (NGSO) Starlink kepada PT Telkom Satelit Indonesia (Telkomsat).

Ditekankan oleh Juru Bicara Kemkominfo, Dedy Permadi, hak labuh satelit tersebut, hanya berlaku untuk layanan backhaul dalam penyelenggaraan jaringan tertutup PT Telkom Satelit Indonesia/ Telkomsat, dan bukan untuk layanan retail pelanggan akses internet secara langsung oleh Space Exploration Technologies Corp (Starlink).

 Itu artinya, layanan internet dari Starlink bukan dikhususkan bagi pelanggan langsung, melainkan dipakai untuk penyelenggaraan jaringan tertutup Telkomsat. 

Sekadar informasi, backhaul adalah teknologi yang memfasilitasi perpindahan data dari satu infrastruktur telekomunikasi ke telekomunikasi lainnya.

Teknologi backhaul bisa digunakan untuk mendukung penyediaan layanan broadband internet selular 4G, tertutama di daerah rural yang belum tersambung secara langsung dengan kabel serat optik.

 

Pemanfaatan Starlink di Indonesia di Bawah Telkomsat

Telkomsat
Telkomsat.

Disebutkan pula, layanan satelit internet Starlink hanya bisa beroperasi jika pembangunan Gateway Station - Terestrial Component untuk menerima layanan kapasitas Satelit Starlink serta pengurusan Izin Stasiun Radio (ISR) Satelit Starlink telah rampung oleh Telkomsat.

Telkomsat, dalam hal ini adalah pemegang ekslusif atas Hak Labuh Satelit Starlink, maka Telkomsat berhak mendapatkan layanan backhaul satelit.

"Operasional pemanfaatan layanan Starlink oleh Telkomsat wajib tunduk pada regulasi yang berlaku, termasuk pemenuhan kewajiban hak labuh," kata Dedy.

Sekadar informasi, layanan yang diberikan bukan akses internet pelanggan secara langsung oleh Starlink, melainkan layanan backhaul untuk keperluan Telkom Group, menurut Menkominfo (Menteri Komunikasi dan Informatika) Johnny G. Plate saat dihubungi Tekno Liputan6.com, Jumat (10/6/2022).

"Hak Labuh Khusus NGSO tersebut harus memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan oleh UU termasuk Hak Resiprokal dan akan dievaluasi setiap tahun. Starlink baru bisa beroperasi jika gateway station telah dibangun oleh Telkomsat," Johnny menjelaskan.

Gateway station tersebut juga akan sepenuhnya merupakan investasi dan milik Telkomsat. Karenanya, Johnny menuturkan, tanpa gateway station Telkomsat, Starlink tidak bisa berfungsi untuk melayani backhaul Telkomsat.

"Hak Labuh tersebut juga bersifat ekslusif, hanya untuk Telkomsat bagi layanan kebutuhan backhaul Telkom Group," tutur Menkominfo menutup pernyataannya. 

(Tin/Isk)

Infografis: 26 Satelit Milik Indonesia (Liputan6.com / Abdillah)
Infografis: 26 Satelit Milik Indonesia (Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya