Liputan6.com, Jakarta - Perseteruan antara Elon Musk dan Twitter semakin memanas. Setelah menuduh perusahaan platform media sosial itu melakukan penipuan, Bos Tesla tersebut menantang CEO Twitter untuk debat terbuka.
Disebutkan, Elon Musk menantang Parag Agrawal untuk debat terbuka terkait persentase bot di platform media sosial tersebut.
Baca Juga
"Biarkan dia membuktikan kepada publik, jumlah pengguna harian palsu atau spam di Twitter kurang dari 5 persen," kata Musk sebagaimana dikutip dari akun Twitter-nya, Minggu (7/8/2022).
Advertisement
I hereby challenge @paraga to a public debate about the Twitter bot percentage. Let him prove to the public that Twitter has <5% fake or spam daily users!
— Elon Musk (@elonmusk) August 6, 2022
Adapun tantangan debat kepada Parag Agrawal ini merupakan tanggapan Bos Tesla dan SpaceX tersebut terhadap thread dukungan kasus hukum terhadap Twitter.
Elon Musk pun kemudian melakukan polling, dengan bertanya apakah mereka percaya akun palsu di Twitter kurang dari 5 persen pengguna harian media sosial itu.
Dua opsi adalah "Ya" dan "Lmaooo tidak," dimana hingga berita ini di-publish ada sekitar 66,1 persen suara mengatakan tidak.
Diketahui, pengadilan Delaware telah mengabulkan permintaan Twitter untuk mempercepat sidang gugatan terhadap Elon Musk setelah bos SpaceX itu menyatakan pembatalan akuisisi perusahaan.
Dalam sidang pendahuluan atau hearing di hari Selasa, waktu setempat, Hakim Kathaleen McCormick mengatakan persidangan akan digelar selama lima hari pada bulan Oktober 2022 mendatang.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Argumen Bot Adalah Itikad Buruk Elon Musk
Mengutip The Verge, Rabu (20/7/2022), dalam argumen lisan di hadapan hakim, Twitter mengklaim argumen bot Musk adalah itikad buruk untuk mundur dari kesepakatan, karena kasus penyesalan pembeli akut.
Twitter awalnya menginginkan tanggal sidang gugatan tersebut di bulan September mendatang, sementara Musk mengajukan tanggal pada bulan Februari 2023.
Namun akhirnya, sidang Twitter vs Elon Musk bakal digelar selama lima hari pada bulan Oktober mendatang, atau lebih panjang dari yang diajukan perusahaan. Tanggal pastinya belum dijadwalkan.
Pengacara Twitter William Savitt mengatakan, ketidakpastian yang sedang berlangsung di sekitar kesepakatan itu, merugikan perusahaan "setiap jam, setiap hari."
"Tuan Musk telah dan tetap terikat kontrak untuk menggunakan upaya terbaiknya demi menutup kesepakatan ini," kata pihak Twitter. "Apa yang dia lakukan adalah kebalikan dari upaya terbaik. Itu sabotase."
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Twitter Salahkan Elon Musk karena Bikin Perusahaan Kehilangan Cuan
Twitter menyalahkan Elon Musk atas penghasilannya yang lebih kecil ketimbang perkiraan. Menurut Twitter, jika Elon Musk tidak hadir dan berencana membeli Twitter, pendapatan Twitter bakal sedikit lebih besar.
Hal ini dikatakan Twitter dalam rilis pendapatan kuartal keduanya. Mengutip The Verge, Minggu (24/7/2022), Twitter menuding Elon Musk jadi faktor yang membuat pendapatannya turun dari USD 1,19 miliar (Rp 17,8 triliun) menjadi USD 1,18 miliar (Rp 17,6 triliun).
Meski begitu, masuknya Elon Musk bukan satu-satunya alasan Twitter menghadapi masalah pendapatan. Perusahaan juga menyebut, masalah pada industri periklanan dan kondisi ekonomi secara umum.
"Ketidakpastian terkait akuisisi Twitter yang tertunda oleh afiliasi Elon Musk menjadi masalah paling spesifik bagi Twitter," kata The Verge.
Sebelumnya pada April 2022 lalu, Elon Musk beli Twitter. Beberapa minggu setelahnya, Elon Musk mundur dari perjanjian tersebut.
Twitter Sulit Jual Iklan Gara-Gara Elon Musk
Sayangnya, keputusan akuisisi itu tampaknya justru membuat Twitter kesulitan menjual iklan. Sebelumnya Bloomberg melaporkan, Twitter mencoba yang terbaik untuk menenangkan kekhawatiran pengiklan, mengenai bagaimana Elon Musk bisa mengubah platform microblogging tersebut.
Firma periklanan Ad Age belum lama ini melaporkan, drama tentang akuisisi Twitter ini telah membuat penjualan iklan perusahaan menjadi "berantakan."
Dikatakan, penjualan iklan Twitter naik 2 persen dari tahun ke tahun, bahkan jika pendapatan keseluruhannya mengalami penurunan. Meski begitu, Twitter tetap perlu meningkatkan pendapatan dari penjualan iklannya.
Apalagi, Twitter melaporkan kerugian bersihnya sebesar USD 270 juta, turun dari laba USD 66 juta pada kuartal yang sama tahun lalu.
Tahun lalu, pendapatan Twitter tumbuh 74 persen dibanding tahun sebelumnya. Sementara, tahun ini justru menyusut.
(Ysl/Tin)
Advertisement