Teknologi Deep Learning Dell Dipakai Bantu Lindungi Terumbu Karang Besar

Model teknologi deep learning Dell Technologies baru akan memungkinkan ilmuwan warga global untuk menganalisa foto-foto yang dikumpulkan dari Great Barrier Reef dengan lebih cepat dan akurat

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 31 Agu 2022, 09:30 WIB
Diterbitkan 31 Agu 2022, 09:30 WIB
Ilustrasi Great Barrier Reef, Australia
Ilustrasi Great Barrier Reef, Australia. (dok. Pixabay.com/alicia3690)

Liputan6.com, Jakarta Teknologi Deep Learning dari Dell Technologies digunakan untuk membantu relawan dalam melindungi Great Barrier Reef atau seklumpulan terumbu karang besar di Australia.

Hal ini diungkap dalam pengumuman kerja sama antara Dell Technologies dengan organisasi konservasi Citizens of The Great Barrier Reef di Australia.

"Dell Technologies bekerja sama dengan organisasi-organisasi yang memiliki misi yang sama untuk mewujudkan dampak sosial iklim yang positif," kata Amit Midha, President, Asia Pasifik dan Jepang (APJ) dan Global Digital Cities.

Amit dalam siaran persnya, ditulis Rabu (31/8/2022) mengatakan, bersama Citizens of the Great Barrier Reef, teknologi Dell untuk mendukung penelitian sudah jauh modern sejak Great Reef Census pertama hingga hari ini.

"Dengan kemampuan deep learning bisa meningkatkan upaya konservasi yang dilakukan tim untuk bisa mengakses data berkualitas dengan cepat dan mendukung kesuksesan kolaborasi antara semua pihak yang terlibat," ujarnya.

Model teknologi deep learning baru akan memungkinkan ilmuwan warga global, untuk menganalisis foto-foto yang dikumpulkan dari Great Barrier Reef dengan lebih cepat dan akurat dalam fase Great Reef Census (GRC) berikutnya.

Model deep learning dari Dell akan menghadirkan informasi yang lebih baik dalam upaya konservasi Great Barrier Reef, sebagai salah satu keajaiban alam terbesar di dunia.


Mempercepat Analisa Foto

Great Barrier Reef, Australia (Dok. Dell Technologies)
Great Barrier Reef, Australia (Dok. Dell Technologies)

Solusi edge dari Dell yang sebelumnya dipasang di perahu, akan secara otomatis mengunggah data langsung ke model deep learning melalui jaringan seluler, untuk memastikan foto disimpan secara real-time.

Teknologi ini akan membantu GRC mempercepat analisa foto yang sebelumnya sangat bergantung pada sukarelawan manusia.

Sehingga, para ilmuwan warga bisa mengalihkan fokus, demi mendukung upaya pemulihan cepat di area yang paling membutuhkan perhatian dan selama periode penting tahunan, seperti musim ikan bertelur.

Analisis deep learning tersebut membutuhkan waktu kurang dari satu menit per foto, dibandingkan dengan tujuh atau delapan menit pada fase sensus sebelumnya.

Dalam GRC pertama, perlu 1.516 jam untuk mempelajari 13 ribu gambar. Sementara, model deep learning baru ini dapat menganalisa data dalam jumlah yang sama dalam waktu kurang dari 200 jam.

 

 


Sejalan dengan Ambisi ESG

Wisata Australia
Susunan terumbu karang di Great Barrier Reef, Australia. (dok. unsplash @hoelk)

Menurut Dell Technologies, inisiatif ini sejalan dengan ambisi environmental, social, dan governance (ESG) perusahaan.

Hal ini untuk memajukan keberlanjutan dengan menciptakan teknologi yang mendorong kemajuan dan bekerja bersama para pelanggan, mitra, pemasok, dan komunitas untuk memastikan terjadinya penanganan perubahan iklim.

Menurut Dell, proyek GRC ini terwujud berkat kerja sama di seluruh wilayah Asia Pasifik dan Jepang.

Proyek ini menggabungkan keahlian tim Citizens of the Great Barrier Reef, Dell, peneliti dari Universitas Queensland dan Universitas James Cook (JCU), Sahaj Software Solutions dan ilmuwan warga.

 


Mengembangkan GRC

Great Barrier Reef, Australia
Great Barrier Reef, Australia (Wikipedia)

Tim data science Dell di Singapura juga terus menyempurnakan dan melakukan berbagai pengujian model deep learning terpilih di tingkat komunitas untuk memastikan standar perbandingan terpenuhi.

Pendiri Citizens of the Great Barrier Reef, Andy Ridley berharap bisa mengembangkan GRC yang didukung solusi edge berulang dan bisa disesuaikan dan model deep learning dari Dell, ke wilayah karang laut lainnya di dunia.

Andy dalam pernyataannya juga menambahkan, uji coba pertama di luar Australia akan dimulai di Indonesia.

"Kami yakin inovasi seperti ini dapat membantu para mitra Dell bisa lebih baik mewujudkan ambisi keberlanjutan mereka, dan upaya-upaya konservasi seperti ini juga dapat diterapkan di APJ dan di seluruh global," imbuh Amit.

(Dio/Isk)

Infografis Indonesia Sumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat
Infografis Indonesia Sumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya