Pejabat PBB Ingatkan AI Bisa Berisiko bagi HAM

Pejabat HAM PBB mengingatkan pihak bisnis dan pemerintah untuk membuat pagar pengaman efektif dengan cepat, mengingat perkembangan AI yang sangat pesat

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 21 Feb 2023, 07:44 WIB
Diterbitkan 21 Feb 2023, 06:30 WIB
Ilustrasi Artificial Intelligence (AI), Machine Learning (ML)
Ilustrasi Artificial Intelligence (AI), Machine Learning (ML). Kredit: Gerd Altmann from Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa/ PBB untuk Hak Asasi Manusia (HAM), mengingatkan bahwa kecerdasan buatan atau artifical intelligence (AI), juga bisa memunculkan risiko terhadap HAM.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Komisaris Tinggi PBB untuk Urusan HAM Volker Turk.

"Saya sangat terganggu oleh potensi bahaya dari kemajuan terbaru dalam kecerdasan buatan. Agensi manusia, martabat manusia, dan semua hak asasi manusia dalam risiko serius," ujarnya.

Mengutip Twitter UN Human Rights, Selasa (21/2/2023), Turk menyebut sekarang ada panggilan yang mendesak kepada bisnis dan pemerintah, untuk mengembangkan pagar pengaman efektif dengan cepat yang sangat dibutuhkan.

"Kami akan mengikuti ini dengan cermat, memberikan keahlian khusus kami dan memastikan dimensi hak asasi manusia tetap menjadi inti dari bagaimana hal ini berjalan," imbuh Turk.

Beberapa waktu lalu lebih dari 60 negara termasuk Amerika Serikat dan Tiongkok, menyerukan regulasi AI dalam pertahanan, untuk memastikannya "tidak merusak keamanan, stabilitas, dan akuntabilitas internasional."

Dikutip dari News24, ada kekhawatiran yang meningkat terhadap hal-hal seperti drone yang digerakkan AI, "slaughterbots" yang bisa membunuh tanpa campur tangan manusia, dan risiko AI dapat meningkatkan konflik militer.

Pernyataan yang hampir mirip juga sebelumnya dilontarkan oleh Elon Musk. Berkaca dari perkembangan ChatGPT, bos Twitter itu khawatir perkembangan AI yang tak terkendali bisa mengancam umat manusia.

 

Elon Musk Sebut AI Perlu Diatur

Elon Musk. (AP Photo/Susan Walsh, File)
Elon Musk. (AP Photo/Susan Walsh, File)

Bos Tesla dan SpaceX itu pun juga meminta agar pemerintah dapat segera mengembangkan safety net atau pagar pengaman sehubungan dengan populeritas ChatGPT dan lainnya.

Pernyataan ini diungkap oleh bos Twitter, Tesla, dan SpaceX saat menghadiri World Goverment Summit di Dubai secara virtual.

"Salah satu risiko terbesar bagi masa depan peradaban adalah AI. Tapi AI itu ada dampak positif dan negatif--teknologi ini memiliki potensi besar, kemampuan besar, tetapi juga memiliki bahaya besar," kata Elon Musk.

Kekhawatiran Elon Musk Terhadap AI

Elon Musk (kanan) bersama Mendikbudristekdikti Nadiem Makarim dalam dialog Intergenerational Dialogue for Our Emerging Future di Bali, Senin (14/11/2022) (Dok. Kemendikbudristek)
Elon Musk (kanan) bersama Mendikbudristekdikti Nadiem Makarim dalam dialog Intergenerational Dialogue for Our Emerging Future di Bali, Senin (14/11/2022) (Dok. Kemendikbudristek)

Ucapan Elon Musk ini terbilang cukup menarik, mengingat dirinya ikut andil mendirikan perusahaan OpenAI di balik pengembangan ChatGPT.

"Sebagai contoh, penemuan fisika nuklir berujung pada pengembangan pembangkit listrik tenaga nuklir tetapi juga bom nuklir," katanya.

Menurut Musk, seperti dikutip dari Business Insider, memang perlu diatur tentang keamanan AI. Meski peraturan mungkin sedikit memperlambat kecerdasan buatan, tapi baginya, hal itu juga mungkin merupakan sesuatu yang baik.

 

 

Takut AI Merusak Dunia

ChatGPT OpenAI
Cara daftar ChatGPT OpenAI. (Liputan6/com/ Yuslianson)

Pada November 2022 lalu, di acara dialog Intergenerational Dialogue for Our Emerging Future di Bali, secara virtual, Musk juga sempat mengungkapkan kekhawatirannya terhadap teknologi AI.

Hal itu diungkapnya sebagai jawaban dari pertanyaan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim tentang teknologi yang paling dikhawatirkan oleh Musk.

"Saya rasa kita harus agak sedikit perhatian ke AI, karena kita tidak ingin kecerdasan super digital melakukan sesuatu yang salah dan merusak manusia," kata Musk.

Selain itu, biologi sintetis juga menurutnya "berpotensi membahayakan" karena bukan tidak mungkin hal ini menciptakan virus yang lebih berbahaya dan merusak daripada yang ada di alam.

"Alat-alat teknologi ini jelas pedang bermata dua. Semakin kuat teknologi, harus semakin berhati-hati kita dalam menggunakannya," kata Musk.

Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia
Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya