Liputan6.com, Jakarta - Mulai seretnya tenaga kerja di Jepang membuat sebuah kota di negeri Sakura itu mulai memanfaatkan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), untuk membantu pekerjaan administratif.
Kota Yokosuka di Prefektur Kanagawa, beberapa waktu lalu memulai uji coba satu bulan penggunaan ChatGPT OpenAI oleh 4.000 pegawai instansi-instansi pemerintah kota, untuk tugas-tugas administratif.
Baca Juga
Dilaporkan The Japan Times, hal ini menjadi cara untuk meningkatkan operasional, membuat Yokosuka menjadi kota pertama di Jepang yang memanfaatkan teknologi baru ini.
Advertisement
"Dengan populasi yang menurun, jumlah karyawan terbatas. Namun, ada banyak tantangan administratif," kata Takayuki Samukawa, perwakilan hubungan masyarakat di departemen manajemen digital Yokosuka.
Maka dari itu, mengutip New York Post, Minggu (30/4/2023), mereka menggunakan Teknologi Komunikasi Informasi seperti ChatGPT, agar pekerja manusia bisa bebas melakukan tugas yang hanya bisa dilakukan oleh manusia.
Selama uji coba, Samukawa mengatakan mereka akan memakai ChatGPT untuk tugas-tugas seperti meringkas dan menyusun dokumen, serta mengembangkan salinan untuk pemasaran dan komunikasi.
Mengutip CNN, chatbot AI ini juga akan dipakai untuk meringkas kalimat, memeriksa kesalahan ejaan, serta membuat ide.
Belakangan, Jepang memang dilanda krisis populasi. Yokosuka pun terdampak, dengan populasi hanya sebesar 376.171 dan diperkirakan akan terus menyusut, juga diperburuk perginya manufaktur besar dan kurangnya pariwisata.
Pengumuman penggunaan AI ini terjadi tak lama usai Sam Altman, CEO OpenAI, pembuat chatbot ChatGPT menemui Perdana Menteri (PM) Jepang Fumio Kishida di Tokyo.
OpenAI Ingin Buka Kantor di Jepang
Usai pertemuan tersebut, Altman mengatakan bahwa mereka punya keinginan untuk membuka kantor di Jepang suatu saat nanti, serta memperluas bisnisnya di negara itu.
"Kami berharap untuk menghabiskan banyak waktu di sini dan ingin terlibat dengan talenta yang luar biasa dan membuat sesuatu yang hebat untuk orang-orang Jepang serta membuat model lebih baik," kata Altman.
Mengutip Japan Times, Altman tidak memberikan informasi tambahan mengenai kapan OpenAI bakal membuka kantor cabang di Jepang. Hanya saja, perusahaan mungkin akan menawarkan perincian lebih lanjut dalam beberapa bulan.
Altman juga mengklaim sudah ada lebih dari satu juta pengguna harian chatbot AI ChatGPT di Jepang. Ia pun menambahkan, perusahaan punya tujuan untuk meningkatkan kualitas layanan di Jepang.
Ini merupakan perjalanan luar negeri pertama Sam Altman sejak peluncuran ChatGPT pada bulan November 2022. Altman dan Kishida pun berdiskusi tentang keuntungan dan risiko dari teknologi AI ini.
Selain itu, dikutip dari Nikkei Asia, Jumat (14/4/2023), Altman dan Kishida juga berjanji untuk bekerja sama melindungi privasi dan keamanan pengguna.
Advertisement
OpenAI dan Jepang Sepakat Lindungi Pengguna
Lebih lanjut, Altman pun menyatakan kesediaan OpenAI untuk bekerja sama dengan pemerintah Jepang untuk melindungi pengguna.
"Kami berbicara tentang sisi positif dari teknologi ini, dan bagaimana mengurangi sisi negatifnya," kata Sam Altman kepada awak media setelah menemui Fumio Kishida.
Altman menambahkan, pemerintah memiliki peran dalam melindungi warganya ketika teknologi baru muncul. Dia juga mengatakan perusahaannya bersedia bekerja sama dengan Jepang dan negara lain untuk melakukan ini.
Sore harinya, Altman menghadiri pertemuan anggota parlemen Partai Demokrat Liberal untuk diskusi. "Perkembangan AI akan menjadi salah satu revolusi teknologi terpenting yang pernah ada," kata Altman dalam awal pertemuannya.
Setelah pertemuan, mantan Menteri Transformasi Digital Takuya Hirai juga menekankan perlunya pemanfaatan teknologi secara aktif, seperti ChatGPT.
Pertimbangkan Pakai AI di Kementerian
Namun Takuya juga menekankan: "Tidak diragukan lagi ada risiko jika kita menggunakan teknologi ini sebagaimana adanya."
Terkait ChatGPT, juru bicara pemerintah juga menyatakan bahwa penggunaan AI di kementerian dan lembaga pemerintah akan dipertimbangkan.
"Kami akan membuat semua pertimbangan yang diperlukan tentang cara menangani informasi rahasia dan kekhawatiran tentang kebocoran informasi," kata Kepala Sekretaris Kabinet Hirokazu Matsuno.
"Setelah kekhawatiran itu teratasi, kami akan mempertimbangkan penggunaan AI untuk mengurangi beban kerja pegawai negeri nasional," imbuhnya.
(Dio/Isk)
Advertisement