Liputan6.com, Belitung - Adapundi bersama dua platform P2P lending Kredifazz dan AdaKami menggelar program edukasi seputar financial technology (fintech) di Belitung.
Seminar bertajuk ‘Kiat Paham Penggunaan Inovasi Teknologi Keuangan Masa Kini’ tesebut bertujuan memberi pengetahuan tentang fintech, pengenalan produk, dan layanan hingga cara mengelola keuangan dengan bijak.
Baca Juga
Adapundi optimistis edukasi kepada komunitas mahasiswa Politeknik Belitung ini bisa berperan sebagai agen perubahan, di mana merupakan media sosialisasi yang efektif untuk meningkatkan pengetahuan tentang fintech.
Advertisement
Internal Media and Public Relations AdaPundi, Jacelyn Angelia, berharap generasi muda bisa mengenal lebih jauh tentang fintech, menggunakannya dengan bijak, serta memberikan dampak positif yang membantu masyarakat Belitung.
“Sebagai generasi muda yang cerdas, sangat penting untuk memahami dengan baik risiko dan manfaat dari fintech lending, sehingga kita dapat menggunakan layanan tersebut secara bijaksana,” kata Jacelyn melalui keterangannya, Jumat (7/7/2023).
Untuk diketahui, tingkat literasi keuangan di Provinsi Bangka Belitung masih tergolong rendah, hanya 30,39 persen berdasar Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2022.
Fintech P2P Lending diklaim dapat menjangkau masyarakat yang tidak dapat dijangkau oleh perbankan konvensional. Selain itu, fintech juga dapat meningkatkan ekonomi secara makro.
Kontribusi Fintech di Indonesia
Pertumbuhan sektor perbankan ini dapat mendatangkan manfaat kedua yaitu peningkatan taraf hidup masyarakat dan turut membantu perluasan lapangan kerja serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Dari data OJK, saat ini terdapat 102 penyelenggara fintech lending yang telah berizin OJK dan merupakan anggota AFPI (Asosiasi FinTech Pendanaan Bersama Indonesia).
Industri fintech lending dinilai telah berkontribusi menyalurkan pinjaman kepada pengguna dengan dana mencapai Rp 546.802 triliun per Januari 2023.
OJK mencanangkan dapat menyentuh target indeks inklusi keuangan di Indonesia menjadi 90 persen di tahun 2024.
“Ini adalah saat yang tepat bagi kita untuk belajar lebih banyak tentang keuangan digital yang legal dan dijamin oleh OJK,” Jacelyn memungkaskan.
Advertisement