OpenAI Luncurkan GPTs, Model AI yang Bisa Disesuaikan untuk Membuat Chatbot Sesuai Kebutuhan

OpenAI mengumumkan versi khusus ChatGPT yang bisa disesuaikan untuk membuat chatbot. Artikel ini menjelaskan cara, keuntungan, dan ketersediaan GPTs.

oleh Yuslianson diperbarui 07 Nov 2023, 13:00 WIB
Diterbitkan 07 Nov 2023, 13:00 WIB
Sam Altman
Sam Altman, miliarder yang ingin mengunggah pikiran otaknya ke dalam komputer. Foto: Gizmodo

Liputan6.com, Jakarta - OpenAI baru saja mengumumkan untuk meluncurkan versi khusus ChatGPT, di mana pengguna dapat membuat chatbot sesuai dengan tujuan dan kebutuhan mereka tanpa perlu menguasai pemrograman.

OpenAI menyebutnya GPT. Perusahaan mengklaim, chatbot ini akan menjadi cara baru bagi pengguna membuat ChatGPT untuk keperluan sehari-hari, tugas tertentu, di tempat kerja, atau di rumah.

Setelah itu, ChatGPT buatan pengguna bisa berbagi chatbot tersebut dengan orang lain dan mem-publish-nya di toko khusus bernama GPT Store.

Hal ini diungkap oleh CEO OpenAI, Sam Altman dalam sesi keynote OpenAI DevDay pada Senin, 6 November 2023. Dia mengatakan, "akhir bulan ini pengguna bisa mencari dan mengakses agen AI ini dari GPT Store."

Sam Altman menambahkan, "hanya kreator terverifikasi bisa men-submit chatbot buatan mereka untuk memastikan pengalaman tepercaya dan aman bagi semua orang."

Dengan kehadiran GPT Store ini, Altman berharap para pembuat chatbot terverifikasi ini bisa mendapatkan uang dari karya mereka.

Untuk saat ini, hanya pengguna ChatGPT Plus dan pelanggan Enterprise yang bisa mengakses GPTs. Mereka bisa membuat GPTs internal untuk tim mereka.

Namun, OpenAI berencana untuk menawarkan GPTs kepada lebih banyak pengguna dalam waktu dekat.

Terkait kelola data obrolan, perusahaan memastikan pengguna memiliki kendali penuh atas data mereka masing-masing. "Obrolan Anda tetap bersifat pribadi dan tidak dibagikan kepada pembuat GPT," kata OpenAI.

Sedangkan bila GPT pakai API pihak ketiga, Anda dapat memilih data apa yang akan dikirim. Sebelum diluncurkan, OpenAI akan memperkenalkan sistem peninjau untuk mencegah GPT berbahaya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Pertumbuhan Pendapatan ChatGPT Melambat

<p>Cara Daftar dan Cara Pakai ChatGPT OpenAI. (Liputan6.com/Raden Trimutia Hatta)</p>

Di tengah maraknya penggunaan ChatGPT OpenAI, teknologi ini dikabarkan terus mengalami peningkatan jumlah pemasangan aplikasi dan pendapatannya.

Pada September 2023, ChatGPT mencetak rekor baru, yakni 15,6 juta unduhan dan pendapatan kotor hampir mencapai USD 4,6 juta atau Rp 72,3 miliar di seluruh aplikasi iOS dan Android. 

Kendati demikian, Tech Crunch melaporkan, Rabu (11/10/2023), sebuah data baru dari firma intelijen pasar Appfigures mencatat, pertumbuhan pendapatan ChatGPT kini mulai melambat. 

Meskipun selama beberapa bulan terakhir, pertumbuhan pendapatan mencapai 30 - 31 persen pada Juli dan 39 persen pada Agustus, tetapi pencapaian ini mengalami penurunan hingga angka 20 persen pada September.

Melambatnya pertumbuhan pendapatan ini menjadi indikasi bahwa chatbot AI besutan OpenAI ini mulai mengalami kejenuhan terkait berapa banyak pengguna seluler yang bersedia membayar untuk layanan berlangganan ChatGPT+.

Untuk diketahui, versi berbayar ChatGPT+ dihargai USD 19,99 atau Rp 314.202 per bulan. ChatGPT+ menawarkan waktu respons lebih cepat, akses prioritas di waktu puncak, dan akses awal ke fitur serta peningkatan baru. 

Sejauh ini, layanan berbayar ChatGPT+ telah banyak mendapatkan pelanggan. Mengutip dati Tech Crunch, berikut laporan pendapatan ChatGPT di perangkat seluler dalam empat bulan terakhir.

  • Juni: USD 2,1 juta atau Rp 33 miliar
  • Juli: USD 2,74 juta atau Rp 43 miliar
  • Agustus: USD 3,81 juta atau Rp 59,9 miliar
  • September: USD 4,58 juta atau Rp 72 miliar

Ask AI Disebut Punya Pendapatan Lebih Tinggi dari ChatGPT

<p>Apa itu ChatGPT buatan OpenAI, cek penjelasannya di sini. (Liputan6.com/ Yuslianson)</p>

Berdasarkan laporan tersebut, ternyata ChatGPT bukanlah aplikasi AI dengan pendapatan terbesar. Pesaing bernama Ask AI memperoleh penghasilan lebih besar dari ChatGPT. Chatbot ini meraup pendapatan dari USD 6,48 juta atau Rp 101,9 miliar pada Mei, ketika ChatGPT seluler diluncurkan.

Kemudian mencapai pendapatan tertinggi pada Agustus sebesar USD 6,55 juta atau Rp 103 miliar, menurut data Appfigures. 

Pada September, Ask AI mengalami penurunan pendapatan, yakni hanya sebesar USD 5,51 juta atau Rp 86,6 miliar. Kendati demikian, jumlah tersebut masih lebih besar dari ChatGPT. 

Namun, laporan di atas baru menunjukkan pendapatan kotor. Untuk pendapatan bersih, ChatGPT menghasilkan sekitar USD 3,2 juta atau Rp 50,3 miliar pada bulan September. Ini didapat setelah Apple dan Google mengambil bagian dari pendapatan pembelian dalam aplikasi.

Selain rekor pendapatannya, ChatGPT mencatat 15,6 juta penginstalan pada bulan September. Terdiri dari 9 juta pengunduhan aplikasi pada Google Play dan 6,6 juta pengunduhan di App Store.

Appfigures memperkirakan dengan jumlah tersebut menghasilkan total penginstalan sebanyak 52,2 juta.


Pembuat ChatGPT Pertimbangkan Bikin Chip AI Sendiri

<p>Bikin ucapan Hari Valentine lebih menarik dengan OpenAI ChatGPT. (Liputan6.com/ Yuslianson)</p>

Beralih dari laporan di atas, perusahaan di balik chatbot artificial intelligence (AI) ChatGPT, OpenAI, dikabarkan sedang mempertimbangkan untuk menggarap chip buatannya sendiri.

Kabarnya, perusahaan sedang menjajaki kemungkinan pembuatan chip mandiri ini, serta telah mengevaluasi potensi akuisisi.

CEO OpenAI Sam Altman, mengutip Engadget, Minggu (8/10/2023), sempat mengeluhkan kekurangan GPU karena kekhawatiran pengguna mengenai kecepatan dan keandalan API perusahaan.

Jadi, seperti dilaporkan Reuters, ia menjadikan upaya untuk mendapatkan lebih banyak chip AI sebagai prioritas.

Dikutip dari Tech Crunch, saat ini OpenAI, seperti pesaing-pesaingnya, mengandalkan perangkat keras berbasis GPU untuk mengembangkan model seperti ChatGPT, GPT-4, dan DALL-E 3.

Kemampuan GPU untuk melakukan banyak komputasi secara paralel menjadikannya cocok untuk pelatihan AI paling mutakhir saat ini.

Namun, tren AI generatif, yang jadi keuntungan besar pembuat GPU seperti Nvidia, juga memberikan tekanan besar pada rantai pasokannya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya