Google One Bakal Matikan Fitur VPN pada Akhir 2024

Google terungkap akan menghentikan fitur VPN di Google One secara bertahap hingga sekitar akhir 2024.

oleh Iskandar diperbarui 13 Apr 2024, 10:00 WIB
Diterbitkan 13 Apr 2024, 10:00 WIB
Google One
Google One. Credit: Google

Liputan6.com, Jakarta - Ada kabar buruk buat kamu pengguna layanan VPN yang disertakan dengan Google One. Dalam email yang dibagikan ke sejumlah pengguna, Google terungkap akan menghentikan fitur itu secara bertahap hingga sekitar akhir 2024.

Perusahaan meluncurkan fitur VPN Google One pada 2020, tetapi pengguna hanya dapat mengaksesnya jika membayar paket dengan penyimpanan minimal 2TB, yang biayanya setidaknya USD 10 atau sekitar Rp 160 ribu per bulan.

Tahun lalu, Google memperluas ketersediaannya di semua paket One, termasuk opsi basic USD 2 atau Rp 30 ribuan per bulan, sehingga lebih terjangkau dibandingkan sebelumnya.

Saat ini, kamu dapat mengakses layanan VPN One jika berada di salah satu dari 22 negara tempat layanan tersebut aktif, baik saat kamu menggunakan iOS atau Android.

Kamu juga dapat menggunakannya untuk menghilangkan jejak penggunaan internet di komputer Mac atau Windows. Demikian sebagaimana dikutip dari Engadget, Sabtu (13/4/2024).

Google tidak mengungkap kapan layanan VPN akan berhenti berfungsi sepenuhnya, tetapi perusahaan mengatakan kepada 9to5Google bahwa mereka mematikan fitur tersebut karena pengguna tidak menggunakannya.

Alih-alih mencoba membangkitkan minat pengguna, perusahaan malah mengalihkan sumber dayanya untuk mendukung fitur One lain yang lebih banyak diminati.

Namun, kamu masih dapat menggunakan VPN gratis yang disertakan dengan perangkat Pixel bahkan setelah One dimatikan melalui aplikasi Pengaturan pada perangkat Pixel 7 dan model yang lebih baru.

Google One Raih 100 Juta Pelanggan

Google One Raih 100 Juta Pelanggan, Hadirkan Paket AI Premium Baru Rp 296 Ribu!
Google One Raih 100 Juta Pelanggan, Hadirkan Paket AI Premium Baru Rp 296 Ribu!. (Liputan6.com/ Yuslianson)

Google One menjadi salah satu layanan penyimpanan Google, di mana pelanggan dapat menyimpan file, foto, dan video.

Google One berbeda dari Google Drive, yang hanya menawarkan penyimpanan data di satu cloud storage.

 Setelah 5 tahun diluncurkan hingga kini, sudah ada 100 juta pelanggan Google One di berbagai negara di dunia.

Informasi ini diumumkan secara langsung oleh CEO Google, Sundar Pichai, lewat akun pribadinya di media sosial (medsos) X.

Dalam cuitannya, Sundar menyinggung tentang fitur AI di Gemini Advanced, dan integrasi Gemini AI di Gmail, Docs dan lainnya akan segera dirilis.

"Kami baru saja mencapai 100 juta pelanggan Google One! Kami menantikan membangun momentum tersebut dengan Paket Premium AI kami yang baru (diluncurkan kemarin), menawarkan fitur AI seperti Gemini Advanced, ditambah Gemini di Gmail, Dokumen + lainnya segera hadir," tulis Sundar.

Informasi, biaya berlangganan layanan Google One AI Premium dipatok seharga Rp 309 ribu per bulan. Pelanggan akan mendapatkan, kapasitas storage hingga 2TB, Gemini Advanced, Gemini di Gmail, Docs, dan lainnya.

Di mana layanan Basic dan Premium seharga Rp 26,900 dan Rp 135 ribu setiap bulannya. Di Basic, pelanggan mendapatkan kapasitas penyimpanan hingga 100GB.

Tak hanya itu, pelanggan juga bisa mengakses Google Exp, berbagi akun dengan 5 orang lain, fitur edit di Google Photos, dan paling penting adalah fitur notifikasi bila data pengguna beredar di dark web.

Lalu bagaimana dengan pelanggan layanan Premium? Tidak jauh berbeda, hanya saja pengguna akan mendapatkan kapasitas penyimpanan hingga 2TB.

Perlu diingat, harga, fitur, dan ketersediaan layanan Google One ini akan bervariasi tergantung dari wilayah di mana pengguna berada.

Google Blokir Email Palsu untuk Berantas Serangan Phishing dan Spam

Google Japan
Logo Google di kantornya yang berlokasi di Roppongi Hills Mori Tower, Tokyo, Jepang. (Liputan6.com/ Yuslianson)

Di sisi lain, Google mulai memblokir email palsu secara otomatis untuk memperkuat pertahanan terhadap serangan spam dan phishing. Aturan ini salah satunya berlaku untuk pengirim email massal yang kerap dianggap mengganggu.

Seperti yang diumumkan pada Oktober 2023, Google mewajibkan pengguna yang ingin mengirimkan lebih dari 5.000 pesan setiap hari ke akun Gmail untuk menyiapkan autentikasi email SPF/DKIM dan DMARC untuk domain mereka.

Pedoman baru ini juga mengharuskan pengirim email massal untuk menghindari pengiriman pesan yang tidak diminta atau tidak diinginkan, memberikan opsi berhenti berlangganan sekali klik dan menanggapi permintaan berhenti berlangganan dalam dua hari.

Tingkat spam juga harus dipertahankan di bawah 0,3%, dan header "From" tidak boleh meniru identitas Gmail.

Ketidakpatuhan pedoman ini dapat mengakibatkan masalah pengiriman email, termasuk email yang ditolak atau email dikirim secara otomatis ke folder spam penerima.

“Pengirim massal yang tidak memenuhi persyaratan akan mulai mendapatkan teguran sementara dengan kode kesalahan pada sebagian kecil pesan yang tidak memenuhi persyaratan,” kata Google, sebagaimana dikutip dari BleepingComputer, Rabu (3/4/2024).

Kesalahan sementara ini, Google melanjutkan, membantu pengirim mengidentifikasi email yang tidak memenuhi pedoman kami sehingga pengirim dapat menyelesaikan masalah yang melanggar kepatuhan.

"Mulai April 2024, kami akan menolak trafik yang tidak mematuhi kebijakan. Penolakan akan dilakukan secara bertahap dan hanya akan berdampak pada trafik yang tidak mematuhi kebijakan," ucap Google memungkaskan.

Blokir 15 Miliar Email

Ilustrasi Email, Gmail. Kredit: gabrielle_cc via Pixabay
Ilustrasi Email, Gmail. Kredit: gabrielle_cc via Pixabay

Perusahaan juga berencana untuk menerapkan persyaratan ini mulai Juni 2024, dengan percepatan jadwal untuk domain yang digunakan oleh mengirim email massal yang terdaftar sejak 1 Januari 2024.

Seperti yang diklaim Google ketika pedoman baru ini pertama kali diumumkan, pertahanannya yang didukung AI berhasil memblokir hampir 15 miliar email yang tidak diinginkan setiap hari, mencegah lebih dari 99,9% spam, upaya phishing, dan malware menyusup ke kotak masuk pengguna.

“Kamu tidak perlu khawatir tentang seluk-beluk standar keamanan email, namun kamu harus bisa percaya diri mengandalkan sumber email,” kata Neil Kumaran, Manajer Produk Grup untuk Keamanan & Kepercayaan Gmail.

“Pada akhirnya, ini akan menutup celah yang dieksploitasi oleh penyerang yang mengancam semua orang yang menggunakan email,” tuturnya.

Infografis Google dan Facebook (Liputan6.com/Abdillah)

Infografis Google dan Facebook (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Google dan Facebook (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya