Telegram, Sarang Pembajakan Konten Lokal yang Menggoda dan Meresahkan!

Platform perpesanan populer Telegram menjadi sorotan karena maraknya pembajakan konten lokal, merugikan kreator dan menghambat industri kreatif.

oleh Yuslianson diperbarui 04 Jun 2024, 16:00 WIB
Diterbitkan 04 Jun 2024, 16:00 WIB
Telegram
Ilustrasi Telegram. (Doc: Newsweek)

Liputan6.com, Jakarta - Telegram, platform perpesanan populer kembali menjadi sorotan karena maraknya pembajakan konten lokal terjadi di platformnya.

Entah itu film, serial, musik, hingga buku elektronik dibajak dan dibagikan secara gratis, dan tentunya merugikan para kreator dan menggerogoti industri kreatif Indonesia.

Salah satu kasus pembajakan dan penyebaran konten ilegal terkini terjadi terhadap platform streaming Vidio.com, di mana dua pelaku atau admin penyebar konten telah diringkus polisi.

Disebutkan, pelaku mengeksploitasi fitur anonimitas dan enkripsi aplikasi Telegram untuk menghindari batasan hukum dan mengambil keuntungan dari distribusi ilegal materi berhak cipta.

Dampak Nyata yang Mengkhawatirkan

Pembajakan konten di Telegram bukan hanya masalah sepele. Dampaknya nyata dan mengkhawatirkan. Karena aksi ini, kreator kehilangan pendapatan dari hasil jerih payah mereka.

Bayangkan, jika karya dibuat dengan dedikasi tinggi mudah dibajak dan dinikmati gratis, siapa yang masih mau berinvestasi waktu, tenaga, dan biaya untuk terus berkarya?

Industri kreatif Indonesia, yang mulai menunjukkan geliat positif, terancam terhambat oleh praktik pembajakan ini.

Upaya Penanganan Terkesan Lamban

Meskipun banyak pihak telah menyuarakan keresahan mereka, upaya untuk menangani pembajakan konten di Telegram masih terkesan lamban.

Platform OTT ini dinilai kurang responsif dalam menindaklanjuti laporan pelanggaran hak cipta, dan memiliki sistem moderasi konten yang lemah.

Karenanya, para pembajak leluasa menyebarkan konten bajakan mereka, merugikan pemilik, pembuat, dan konsumen ingin menikmati konten secara legal.

 

Kasus Pembajakan Konten di Telegram

Admin Telegram pelaku pembajakan serial original Vidio diringkus polisi. Dok: Istimewa

Baru-baru ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bekerja sama dengan Telegram untuk memblokir kanal-kanal di Telegram yang menyiarkan pertandingan olahraga secara ilegal.

"Sebentar lagi kami memanggil Telegram," kata Sekretaris Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo, I Nyoman Adhiarna di sela pertemuan Sportel di Jimbaran, Kabupaten Badung, Bali, sebagaimana dikutip dari Antara, Selasa (4/6/2024).

Dia menambahkan, "mereka sudah sangat membantu tapi kami ingin bekerja lebih erat dengan Telegram untuk memblokir konten negatif dan ilegal."

Hal ini merupakan langkah positif dalam upaya memerangi pembajakan konten di platform tersebut.

Adhiarna mengatakan, aksi pemberantasa konten ilegal ini tidak dapat langsung dilakukan oleh Kominfo sendiri.

"Masing-masing media sosial itu memiliki kebijakan sendiri, dan perlu kerja sama dengan kementerian/lembaga dan asosiasi terkait," katanya.

 

Pembajak Sering Pakai Platform Medsos Populer Ini

Layanan Telegram Channel yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan beriklan. (Dok: Yandex)

Berdasarkan data organisasi Coalition Against Piracy (CAP) yang dipaparkan dalam acara tersebut, terungkap pembajakan konten olahraga di Indonesia mencapai 54 persen pada 2023.

Angka ini naik dua persen dibandingkan 2022 yang berada di angka 52 persen. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan kawasan lain di Asia Pasifik, seperti Malaysia, Filipina, dan Vietnam.

Disebutkan, tercatat Malaysia mencapai angka 60 persen. Sedangkan untuk Filipina dan Vietnam sama-sama sebesar 58 persen.

Untuk Hong Kong dan Taiwan mencapai 57 persen, dan Singapura hingga 39 persen.

Dirinci, pembajakan konten olahraga paling banyak terjadi melalui media sosial, termasuk di Indonesia dengan angka 37 persen.

Adapun platform media sosial yang populer digunakan untuk menyebarkan konten bajakan--khususnya olahraga, adalah Telegram (63 persen), Facebook (54 persen), Instagram (42 persen), WhatsApp (60 persen), dan TikTok (39 persen).

 

Kasus Pembajakan Konten di India

Tampilan Telegram Stories (Telegram)

Tak hanya di Indonesia, pembajakan konten di Telegram juga menjadi masalah yang serius di India.

Menurut sebuah artikel di Indian Television, Telegram telah menjadi platform utama untuk streaming film dan serial TV bajakan.

Hal ini telah menyebabkan kerugian yang signifikan bagi industri film dan televisi India.

Memerangi pembajakan konten di Telegram bukan hanya tugas satu pihak, melainkan tanggung jawab bersama.

Dengan kerja sama dan kesadaran kolektif dari semua pihak, kita dapat membangun ekosistem digital yang kondusif bagi industri kreatif dan menghargai karya-karya anak bangsa.

Infografis Kenaikan Jumlah Pengguna Media Sosial di Indonesia
Infografis Kenaikan Jumlah Pengguna Media Sosial di Indonesia. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya