Twitter telah mengumumkan rencana penjualan saham perdananya dalam sebuah tweet resmi perusahaan beberapa waktu lalu. Rencana Twitter untuk menjadi perusahaan publik ini memang sudah lama ditunggu, terutama ketika Facebook sudah melakukan langkah serupa tahun lalu.
Meski demikian, sejumlah investor yang pernah menanamkan sejumlah dana di layanan microblogging itu mengaku akan tetap mempertahankan investasinya. Salah satu investor itu adalah miliarder asal Arab Saudi, Pangeran AlWaleed bin Talal.
Dilansir dari laman Reuters, Senin (16/9/2013), keponakan Raja Abdullah ini sudah lebih dulu memiliki investasi di Twitter sebesar US$ 300 juta sejak akhir 2011. Alwaleed pun percaya IPO atau penjualan saham perdana itu akan dilakukan secepat mungkin.
"Jelas mereka bergerak cepat dengan memperlihatkan kalau IPO akan segera dilakukan. Saya percaya itu akan segera terjadi tahun ini atau di awal tahun depan," kata Alwaleed kepada Reuters.
Alwaleed pun mengungkap alasan mempertahankan investasinya di Twitter. Menurut pemilik perusahaan investasi Kingdom Holding ini, Twitter dinilai sebagai investasi strategis. "Kami percaya ini hanya awal sebelum muncul ke permukaan," ucapnya.
Tak hanya itu, Alwaleed juga melihat jutaan pengguna Twitter sebagai potensi besar. Selain itu, dia pun mempercayakan Twitter di bawah kepemimpinan Dick Costolo. "Dengan 300 juta konsumen dan setengah miliar tweet perhari yang mereka memiliki, potensi untuk tumbuh sangat luar biasa," kata dia.
"Kami sudah menginvestasi US$ 300 juta di perusahaan itu. Kami tak akan menjual sedikit pun, apapun di IPO," ucap Alwaleed. Sayangnya tak dijelaskan apakah dia akan menambah investasi dengan membeli saham lagi di Twitter.
Selama ini Kingdom Holding yang dimiliki Alwaleed merupakan perusahaan finansial yang berpengaruh di bursa saham. Sejumlah investasi sukses dilakukan, antara lain di Citigroup dan raksasa media News Corp yang dimiliki Rupert Murdoch.
Valuasi nilai Twitter di IPO diprediksi mencapai lebih dari US$ 10 miliar. Alwaleed sendiri melihat valuasinya bisa mencapai antara US$ 14 miliar hingga US$ 15 miliar.
Selain jumlah pengguna, Twitter juga disebut sebagai media baru yang berpengaruh. Tak heran jika sejumlah negara, termasuk Arab Saudi, menginginkan Twitter untuk membangun server di negaranya agar bisa melakukan sensor. Tapi sensor terhadap Twitter ditentang oleh Pangeran Saudi ini.
"Saya secara penuh melawan siapapun yang ingin mengendalikan atau sensor terhadap Twitter dan media sosial lain, termasuk pemerintah," lanjutnya. (gal)
Meski demikian, sejumlah investor yang pernah menanamkan sejumlah dana di layanan microblogging itu mengaku akan tetap mempertahankan investasinya. Salah satu investor itu adalah miliarder asal Arab Saudi, Pangeran AlWaleed bin Talal.
Dilansir dari laman Reuters, Senin (16/9/2013), keponakan Raja Abdullah ini sudah lebih dulu memiliki investasi di Twitter sebesar US$ 300 juta sejak akhir 2011. Alwaleed pun percaya IPO atau penjualan saham perdana itu akan dilakukan secepat mungkin.
"Jelas mereka bergerak cepat dengan memperlihatkan kalau IPO akan segera dilakukan. Saya percaya itu akan segera terjadi tahun ini atau di awal tahun depan," kata Alwaleed kepada Reuters.
Alwaleed pun mengungkap alasan mempertahankan investasinya di Twitter. Menurut pemilik perusahaan investasi Kingdom Holding ini, Twitter dinilai sebagai investasi strategis. "Kami percaya ini hanya awal sebelum muncul ke permukaan," ucapnya.
Tak hanya itu, Alwaleed juga melihat jutaan pengguna Twitter sebagai potensi besar. Selain itu, dia pun mempercayakan Twitter di bawah kepemimpinan Dick Costolo. "Dengan 300 juta konsumen dan setengah miliar tweet perhari yang mereka memiliki, potensi untuk tumbuh sangat luar biasa," kata dia.
"Kami sudah menginvestasi US$ 300 juta di perusahaan itu. Kami tak akan menjual sedikit pun, apapun di IPO," ucap Alwaleed. Sayangnya tak dijelaskan apakah dia akan menambah investasi dengan membeli saham lagi di Twitter.
Selama ini Kingdom Holding yang dimiliki Alwaleed merupakan perusahaan finansial yang berpengaruh di bursa saham. Sejumlah investasi sukses dilakukan, antara lain di Citigroup dan raksasa media News Corp yang dimiliki Rupert Murdoch.
Valuasi nilai Twitter di IPO diprediksi mencapai lebih dari US$ 10 miliar. Alwaleed sendiri melihat valuasinya bisa mencapai antara US$ 14 miliar hingga US$ 15 miliar.
Selain jumlah pengguna, Twitter juga disebut sebagai media baru yang berpengaruh. Tak heran jika sejumlah negara, termasuk Arab Saudi, menginginkan Twitter untuk membangun server di negaranya agar bisa melakukan sensor. Tapi sensor terhadap Twitter ditentang oleh Pangeran Saudi ini.
"Saya secara penuh melawan siapapun yang ingin mengendalikan atau sensor terhadap Twitter dan media sosial lain, termasuk pemerintah," lanjutnya. (gal)