Kemarau Panjang, Telaga Baran di Tulungagung Bak Padang Rumput

Sejauh mata memandang, telaga seluas puluhan hektare itu kini bak lapangan hijau.

oleh Liputan6 diperbarui 07 Agu 2015, 01:41 WIB
Diterbitkan 07 Agu 2015, 01:41 WIB
20150806-Musim Kemarau-Semarang
Sejauh mata memandang, telaga seluas puluhan hektare itu kini bak lapangan hijau.

Liputan6.com, Semarang - Bencana kekeringan akibat dilanda kemarau panjang memaksa warga bekerja keras mendapatkan air bersih. Para petani pun harus siap merugi, karena tanaman padi mereka tidak bisa dipanen.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Malam SCTV, Kamis /(6/8/2015), sudah hampir sebulan warga Desa Jatirunggo, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah terbiasa berjalan kaki 3 km menuju Kali Kopen. Lokasinya berada di tengah perladangan dan harus melewati jalan setepak dan turun naik bukit.

Di lokasi ini masih ada sumber air. Meski air yang mengalir berasal dari mata air tidak terlalu bersih, namun warga tidak punya pilihan.

Mereka harus bersabar karena air tidak bisa langsung diciduk. Perlu menunggu air mengalir dengan tenang agar tidak terbawa air kotor.

Ini terpaksa mereka dilakoni demi mendapatkan air bersih. Sebab sejak 2 bulan terakhir, sumur warga sudah tidak berair setelah dilanda musim kemarau.

Gagal Panen

Lain pula nasib sejumlah petani di Sragen, Jawa Tengah. Ratusan hektare tanaman padi di sejumlah desa mati akibat tidak mendapat pasokan air.

Harapan mereka untuk melaksanakan panen raya sepanjang bulan ini gagal total. Bahkan sejauh mata memandang, hampir tidak ditemukan ada tanaman padi yang siap panen.

Tanah sawah pun sudah kering kerontang setelah 2 bulan tidak mendapat pasokan air. Akibatnya para petani pun menanggung rugi yang tidak sedikit.

Di Tulungagung, Jawa Timur, Telaga Baran yang berada di Desa Banyu Urip juga mengering. Sejauh mata memandang, telaga seluas puluhan hektare itu kini bak lapangan hijau.

Warga malah memanfaatkan rumputnya untuk makanan ternak. Bahkan di salah satu sisi tanahnya juga sudah retak-retak.

Padahal, Telaga Baran tak hanya menjadi sumber air untuk kebutuhan sehari-hari. Warga juga sering memanfaatkannya sebagai wisata pemancingan.

Kini warga terpaksa membeli air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. (Nda/Rmn)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya