Anggota DPR: Pemerintah Sebaiknya Lakukan Reformasi Struktural

Penduduk miskin di Indonesia pada tahun lalu mencapai 28 juta jiwa dan ada tambahan di tahun ini sebanyak 1,9 juta jiwa.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 26 Mei 2015, 14:13 WIB
Diterbitkan 26 Mei 2015, 14:13 WIB
Potret Warga Miskin di Pemukiman Kumuh Bantaran Waduk Pluit
Kehidupan warga pemukiman kumuh di Bantaran Waduk Pluit ini merupakan sekelumit potret kemiskinan di Indonesia, Jakarta, (10/9/14). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Anggota DPR RI Fraksi Gerindra, Willgo Zainar menganggap pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) lalai dalam mengurangi angka kemiskinan dan menciptakan lapangan pekerjaan. Hal ini disebabkan karena masih tingginya angka kemiskinan di Indonesia serta ketimpangan antara penduduk kaya dan miskin. Namun pernyataan dari Wilgo tersebut berseberangan dengan apa yang diungkap oleh Presiden Bank Dunia.

Wilgo menjelaskan dalam Rapat Paripurna tentang Pokok-pokok Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2016, gini koefisien atau ketimpangan penduduk kaya dan miskin di Indonesia mencapai 0,43. "Tapi upaya itu masih kalah cepat dengan yang kaya. Itu terjadi karena sektor ekonomi yang tumbuh umumnya tidak menyerap banyak tenaga kerja, sedangkan sektor pertanian, Usaha Mikro Kecil dan Menengah serta sektor industri cenderung tumbuh stagnan," tegas dia di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (26/5/2015).

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), Willgo menambahkan, penduduk miskin di Indonesia pada tahun lalu mencapai 28 juta jiwa dan ada tambahan di tahun ini sebanyak 1,9 juta jiwa. Itu artinya, sambung dia, jumlah penduduk miskin menembus hampir 30 juta jiwa atau 12,25 persen dari jumlah penduduk miskin.

"Ini disebabkan karena kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang memberi efek domino bagi peningkatan harga pokok, sehingga mengurangi daya beli masyarakat," jelasnya.

Willgo pesimistis terhadap target pemerintah untuk menurunkan angka kemiskinan menjadi 9 persen dan angka pengangguran dikisaran 5,2 persen-5,5 persen. "Kami rasa enggak akan tercapai target itu apalagi jika pertumbuhan ekonominya disebut berkualitas tapi kenyataannya sekadar wacana belaka saja," paparnya. 

Bank Dunia Apresiasi Pemerintahan RI

Sementara, Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim justru mengaku kagum kepada keberhasilan pemerintah dalam mengurangi kemiskinan. "Saya belajar banyak hal yang mengagumkan dari Indonesia, antara lain keberhasilannya mengurangi kemiskinan ekstrim," kata dia.

Selama 15 tahun terakhir, lanjut dia, Indonesia telah berhasil memangkas separuh jumlah penduduk yang hidup dengan pendapatan kurang dari US$ 1,25 per hari menjadi 11,3 persen saja. Itu artinya Indonesia telah membantu 25 juta orang keluar dari jurang kemiskinan. Menurutnya, hal itu merupakan kemajuan yang luar biasa.

"Saya kagum secara profesional maupun pribadi. Saya sangat percaya akan upaya untuk memprioritaskan mereka yang lemah dan kurang berdaya. Mereka harus dibantu agar kondisi hidup dalam kekurangan tidak menghalangi kemampuan mereka meraih potensi maksimal," tuturnya.

Melalui prestasi Indonesia yang besar dalam pengentasan kemiskinan ekstrim, Bank Dunia telah belajar dari kesuksesan Indonesia tersebut. Khususnya, Indonesia telah mencapai pertumbuhan ekonomi yang sangat mengesankan dan membuat berbagai kebijakan yang membantu mendistribusikan kesejahteraan yang baru diperoleh itu.

Pada saat yang sama, Indonesia juga telah menjadi ahli dalam melindungi masyarakat dari bencana alam dan membantu pemulihan mereka sehingga mereka segera bangkit dan tidak jatuh miskin akibat mengalami bencana.

Ditambah selama 10 tahun terakhir, lanjut dia, pertumbuhan ekonomi di Indonesia telah mencapai rata-rata 6 persen per tahun. Ini pencapaian yang besar mengingat status Indonesia sebagai negara berpendapatan menengah dan berpenduduk nomor empat paling besar di dunia. (Fik/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya