Pesawat Kargo Perintis Terbang Perdana ke Papua

Penerbangan perintis ini disebut sebagai jembatan udara.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 31 Okt 2017, 15:22 WIB
Diterbitkan 31 Okt 2017, 15:22 WIB
N219,  Ilustrasi pesawat perintis
N-219, Ilustrasi pesawat perintis

Liputan6.com, Jakarta Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan mulai mengoperasikan penerbangan perintis kargo perdana di wilayah Papua. Penerbangan perintis ini disebut sebagai jembatan udara.

Penerbangan perdana ini menggunakan pesawat type Caravan C208 yang dioperasikan maskapai Dimonim Air. Penerbangan itu dilakukan pada pukul 09.39 WIT dengan rute penerbangan Bandara UPBU Nop Goliat-Dekai menuju Korupun pada Kamis, 26 Oktober 2017 lalu.

Adapun barang-barang yang diangkut adalah sembako, seperti beras, mi instan, dan minyak goreng.

"Alhamdulillah, akhirnya penerbangan perdana Jembatan Udara berhasil dilaksanakan dengan selamat dan sukses. Semoga hal ini bisa memperlancar aliran logistik ke daerah-daerah pedalaman Papua," ujar Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Agus Santoso, dalam keterangannya, Selasa (31/10/2017).

Hal ini juga sesuai dengan komitmen Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi untuk mengurangi disparitas harga serta mendukung kelancaran penyaluran logistik di pedalaman Papua.

Agus berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu sehingga penerbangan perdana Jembatan Udara tersebut berjalan dengan selamat dan lancar. Pihak-pihak yang telah membantu di antaranya adalah Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Dekai, Kementerian Perdagangan, Pemerintah Daerah setempat dan jajarannya, AirNav selaku pengelola navigasi penerbangan, serta Demonim selaku operator penerbangan dan beberapa pihak lain.

Agus juga berharap, lancarnya aliran logistik ini akan membuat harga-harga kebutuhan pokok di daerah perintis yang dituju menjadi turun, sama seperti daerah lain yang sudah terbuka. Dengan demikian, perekonomian akan meningkat dan taraf hidup masyarakat di daerah tertinggal dan terpencil tersebut juga ikut naik.

"Ditjen Perhubungan Udara akan memberikan pengawasan dan dukungan penuh dengan pemberian subsidi terhadap program kegiatan ini sehingga bisa terlaksana dengan kontinyu dan bisa dikembangkan di daerah-daerah lain. Setelah Papua, program jembatan udara akan dilanjutkan di beberapa daerah di Sulawesi dan Kalimantan," ia menambahkan.

Perlu diketahui, program Jembatan Udara merupakan perintah Presiden Joko Widodo melalui Menteri Perhubungan pada akhir tahun 2016. Jembatan Udara juga dapat dilakukan sebagai kelanjutan dari Tol Laut, di mana barang-barang yang telah diangkut oleh kapal dalam Tol Laut akan dilanjutkan ke daerah-daerah tujuan tertinggal dan terpencil menggunakan pesawat udara. (Yas)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya