Kisah Mulyadi si Penyelamat Korban Freeport

Alarm tanda bahaya berbunyi tepat pukul 07.30 WIT, Selasa14 Mei 2013, saat terowongan di area pelatihan Big Gossan milik Freeport runtuh. Sejak itu, Mulyadi dan timnya bekerja 24 jam demi menemukan 38 korban yang tertimbun.

oleh Nurseffi Dwi Wahyuni diperbarui 24 Mei 2013, 20:15 WIB
Diterbitkan 24 Mei 2013, 20:15 WIB
longsor-freeport-2-130522c.jpg
Alarm tanda bahaya berbunyi tepat pukul 07.30 WIT, Selasa 14 Mei 2013, saat sebagian terowongan di area pelatihan tambang bawah tanah Big Gossan yang dikelola PT Freeport Indonesia runtuh. Sebanyak 38 pekerja Freeport yang tengah mengikuti training tahunan tertimpa runtuhan batuan tersebut.

Mulyadi, koordinator Tim Tanggap Darurat Freeport Indonesia langsung meluncur ke lokasi kejadian. Sejak awal kejadian, dia dan timnya tidak berhenti mengupayakan proses evakuasi para korban dan tetap berada di lokasi kejadian bersama anggota timnya

“Sejak kejadian kecelakaan itu, saya beserta tim langsung menuju lokasi kejadian untuk membantu proses penyelamatan. Setiap hari 24 jam bergantian antar anggota, kami terus berusaha menyelamatkan para korban," ujar pria yang sudah 17 tahun bekerja di Freeport seperti dikutip dari situs resmi Kementerian ESDM, Jumat (24/5/2013).

Aksi evakuasi dan penyelamatan pekerja tambang, bukanlah hal baru bagi Mulyadi. Pria kelahiran Polewali Mandar pernah terlibat dalam berbagai kegiatan penyelamatan di berbagai wilayah seperti Jakarta, Padang dan Mentawai. Namun, aksi evakuasi tersebut merupakan yang tersulit dan sangat menguras tenaga.

Apalagi ruang kelas yang dipakai untuk ruang pelatihan tersebut berada di kedalaman 600 meter dan jarak kelas dari pintu masuk Big Gossan yaitu 500 meter. Dia mengakui kejadian kecelakaan berupa runtuhan batuan yang menimpa area training BigGossan di Mile 74, Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua merupakan yang terbesar.

"Tidak pernah kami pulang ke rumah sejak kejadian, kami tidur dan beristirahat di sekitar lokasi kecelakaan, bisa di ruang training, bisa di mushola, di mana saja, sampai selesai proses evakuasi seluruh korban dinyatakan selesai baru kami pulang ke rumah," ujar Mulyadi.

Ayah empat anak ini menjelaskan, pada tahap awal timnya masih menggunakan alat-alat sederhana untuk menghindari terjadi runtuhan susulan. Tak jarang mereka memindahkan tumpukan batu dengan menggunakan tangan.

"Setelah memungkinkan alat-alat berat lainnya baru digunakan," jelasnya.

Akhirnya upaya Mulyadi dan timnya tak sia-sia. Pada Selasa 22 Mei 2013 pukul 22.00 WIT, semua korban sudah ditemukan sebanyak 38 orang, 10 korban dalam keadaan cedera dan 28 orang meninggal dunia. Setelah seluruh korban ditemukan, pria paruh baya ini dapat kembali ke rumah dan berkumpul dengan keluarga. (Ndw)

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya