Liputan6.com, Jakarta - Kamis 27 Februari 2014 jadi hari yang tak akan terlupakan bagi TP (17). Hampir 5 tahun menimba ilmu di Sekolah Atlet Ragunan, Jakarta Selatan, dirinya tak pernah menerima tamparan sang guru olahraga.
Hari itu, dara asal Kuningan, Jawa Barat, tersebut berangkat dari asramanya di Stadion Madya, Senayan, menuju sekolahnya sekitar pukul 07.00 WIB. Sejam kemudian, dirinya sudah sampai di sekolah.
Atlet atletik ini sudah siap dengan materi ujian praktik mata pelajaran olahraga. Sang guru berinisial BR meminta siswa untuk lari mengelilingi lapangan utama selama 15 menit. Meski sudah biasa lari, rasa lelah tetap saja mendera, terlebih hujan turun cukup deras pagi itu.
Karena lelah, TP memutuskan untuk istirahat di tribun penonton setelah menyelesaikan lari 15 menit itu. Keringat bercampur dengan air hujan masih menetes dari kulit putihnya itu. Saat itulah peristiwa tak mengenakkan tersebut terjadi.
"Nafas masih ngos-ngosan habis lari, tiba-tiba plak! Dia nampar," kata TP saat berbincang dengan Liputan6.com di sela-sela latihan di Stadion Madya, Senayan, Jakarta Selatan, Jumat 28 Februari 2014.
Peraih medali emas di berbagai Kejuaraan Nasional Remaja itu langsung tersadar dari renungannya. Tak terima dengan perlakuan itu, TP lalu menanyakan alasan sang guru menampar pipinya. Bukan permintaan maaf, guru yang diketahui berusia 59 tahun itu malah menamparnya sekali lagi.
"Dia malah bilang, 'Ya biarin saja'," kenangnya.
TP lalu meninggalkan lapangan. Sepulang sekolah, dia menceritakan peristiwa itu kepada teman satu asrama dan pelatihnya. Tak pelak, kejadian itu menghebohkan seisi asrama.
Utusan Indonesia dalam Kejuaraan Dunia Remaja IAAF di Ukraina, Juli 2013 itu juga langsung menghubungi ayahnya yang tinggal di Kuningan. Ayahnya pun langsung naik pitam. Sang ayah, Agus Syamsudin lalu melaporkan kejadian ini kepada Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).
TP mengatakan, di sekolah itu dirinya bukan satu-satunya korban kekerasan yang dilakukan sang guru. Pernah seorang siswa dipukul hingga telinganya mengeluarkan darah.
"Aku sih nggak tahu persis berapa anak yang pernah digituin sama guru. Yang aku tahu cuma satu itu doang. Soalnya aku setelah sekolah pasti langsung pulang terus latihan lagi," ungkap TP.
Meski peristiwa itu cukup mengagetkan dirinya, TP tak ingin masalah itu justru mengganggu sekolah dan kariernya. Dirinya malah ingin melupakan peristiwa itu.
"Sekarang fokus saja. Kan mau ujian 15 April nanti. Yang sekarang nggak mau dipikirin lagi," tandas TP.
Sebelumnya, Kepala Sekolah Atlet Ragunan Mamun mengatakan, berdasarkan keterangan dari guru BR, penamparan itu dilakukan untuk memotivasi siswanya.
"Dari pengakuan guru BR ini dia hanya ingin menyemangati dan memotivasi anak-anak. Karena pada saat kemarin itu ada ujian praktik, kebetulan BR yang bertugas mengambil nilai anak-anak ini," kata Mamun ketika ditemui di Sekolah Atlet Ragunan, Jakarta Selatan, Jumat 28 Februari kemarin. (Shinta Sinaga)
Advertisement