Dirut PT JM: Monorel Tak Bisa Hidup Tanpa Sistem Terintegrasi

Sistem transportasi massal terintegrasi, diyakini dapat diwujudkan bila pemerintah serius menekan kemacetan.

oleh Luqman Rimadi diperbarui 24 Mei 2014, 18:49 WIB
Diterbitkan 24 Mei 2014, 18:49 WIB
6galeri-kereta-130627a.jpg
Jokowi berharap, monorel dapat segera meluncur di 2 rute di Jakarta, yakni Taman Anggrek-Kampung Melayu (blue line) dan rute Sudirman-Dukuh Atas hingga Pejompongan (green line).(Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Umum PT Jakarta Monorail (PT JM) John Aryananda membantah tudingan pengamat transportasi. Tudingan itu menyatakan rute monorel yang akan dibangun PT JM merupakan `rute makan siang`, yang hanya akan mengangkut masyarakat ke pusat-pusat perbelanjaan di Ibukota. Menurutnya, monorel harus terintegrasi dengan alat transportasi massal lainya.

"Jadi tidak ada transportasi massal yang bisa berdiri sendiri. Misalnya, dari rumah ke poin A, kemudian dari poin A ke poin B naik apa? Masa pakai mobil pribadi lagi? Kalau seperti itu tetap macet," ujar John dalam sebuah acara diskusi bertema `Nangkring Bareng PT JM` di Kuningan City, Jakarta, Sabtu (24/5/2014).

"Jadi harus ada integrasi transportasi publik. Dari rumah ke poin A, kemudian dari poin A ke poin B," tandas John.

John mengaku, rute Monorel Jakarta yang akan dibangun memang kurang efektif menjaring penumpang lebih banyak. Namun apa pun bentuk transportasi umum, sistem terintegrasi dengan transportasi umum lainnya sangat diperlukan. Cara itu diyakini dapat mengurangi kemacetan Ibukota.

Sistem transportasi massal terintegrasi, menurut John, dapat diwujudkan bila pemerintah serius menekan kemacetan. Angkutan umum yang murah, aman dan nyaman harus dapat terjangkau dari wilayah permukiman, hingga kawasan perkantoran yang menjadi tujuan banyak orang.

"Itu tugas dan wewenang dari Pemerintah Provinsi DKI yang dikoordinasikan dengan Kementerian Perhubungan, untuk merencanakan semua itu. Bagaimana menyediakan bus-bus sedang yang berangkat dari perumahan ke wilayah-wilayah besar," ucapnya.

John meyakini, bila sistem transportasi massal terintegrasi telah dibangun, Monorel Jakarta mampu berperan penting melayani perjalanan warga Jakarta. Terlebih, titik pemberhentian monorel berada di wilayah ramai.  "Ini tidak hanya di dalam, tapi sambungan jalur hijaunya ke mana? Jalur biru ke mana?"

"Kita kan berhentinya di Kampung Melayu, dari Kampung Melayu itu terusannya ke mana, bisa ke Bekasi, atau seperti planning Adhi Karya ke Cibubur. Jadi keseluruhan planning-nya itu sudah ada," sambungnya.

Rencananya, kata John, pembangunan Monorel Jakarta terbagi 2 rute, yaitu rute jalur hijau dan jalur biru. Stasiun yang akan dibangun di jalur hijau yaitu Komdak-Senopati-SCBD-Asia Afrika-Stadion Madya-Palmerah-Pejompongan-Karet-Sudirman-Setiabudi Utara-Kuningan Sentral-Taman-Rasuna-Casablanca-Grand Melia-Gatot Subroto-Satria Mandala. Jalur hijau, pada tahap awal akan dilayani 7 kereta, yang masing-masing terdiri 4 gerbong.

Sementara jalur biru, stasiun yang akan dibangun adalah di Kampung Melayu-Tebet-Dr Sahardjo-Menteng Dalam-Casablanca-Ambassador-Sudirman WTC-Menara Batavia-Karet-Kebon Kacang-Tanah Abang-Cideng-Caringin-Tomang-Taman Anggrek-Citraland. Jalur biru akan dilayani 6 kereta, yang masing-masing terdiri 6 sampai 8 gerbong.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya