Liputan6.com, Jakarta Terbatasnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), terutama kemampuan berbahasa Inggris membuat Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) mempersiapkan pendirian kampung Inggris di berbagai kawasan transmigrasi dengan konsep seperti Kampung Pare di Kediri, Jawa Timur.
“Pilot project pendirian kampung Inggris dipusatkan di kawasan transmigrasi di Kota Terpadu Mandiri (KTM) Cahaya Baru, Kabupaten Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan, ” ujar ujar Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Marwan Jafar dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Rabu (13/4).
Di era global sarat persaingan menuntut semua aspek kehidupan efisien, cepat serta terhubung belahan dunia, termasuk di kawasan transmigrasi. Pendirian kampung Inggris di berbagai lokasi transmigrasi terus dilakukan sebagai terobosan meningkatkan kualitas SDM agar para transmigran dan masyarakat sekitar belajar dan mahir berbahasa Inggris.
"Diharapkan dalam jangka panjang, bisa meningkatkan citra transmigrasi melalui ikon Kampung Inggris Transmigrasi," harapnya.
Tentu saja, kemampuan berbahasa Inggris bagi para transmigran bisa menambah dan menguasai informasi, komunikasi, dan transportasi, yang ditunjang oleh perkembangan teknologi produksi pertanian untuk meningkatkan berbagai usaha ekonomi produktif masyarakat.
"Dengan kemampuan bahasa Inggris dan penerapan teknologi produksi, terutama bidang pertanian akan memudahkan perkembangan usaha perekonomian serta mampu mengundang investor dalam dan luar negeri untuk menanamkan modalnya di kawasan transmigrasi," katanya.
Ke depan, rintisan pendirian kampung Inggris bisa menunjang perkembangan program transmigrasi di daerah. Sehingga lebih berperan dalam mendukung ketahanan pangan dan kecukupan papan, ketahanan nasional, kebijakan energi alternatif, pemerataan investasi ke daerah, serta menanggulangi pengangguran dan kemiskinan di Indonesia.
Pendirian kampung Inggris bekerja sama dengan lembaga kursus bahasa Inggris ACCESS English Studies, Kampung Inggris, Pare Kediri dan Organisasi Persatuan Anak Transmigran Republik Indonesia (PATRI). Metode belajar yang akan diterapkan mengadopsi sistem yang digunakan oleh ACCESS English Studies, yaitu metode Natural Learning Ability (NLA), dan Neuro Linguistic Programming (NLP).
"Pelatihan bahasa Inggris menggunakan metode seperti di Pare, Kediri, sehingga para transmigran diwajibkan mulai pukul 05.00 pagi hingga pukul 17.00 sore berbahasa Inggris dalam segala berbagai aktivitasnya," katanya.
Keunggulan lain adalah suasana belajar, karena peserta bertempat tinggal dengan pola homestaybergabung dengan rekan sesama peserta dan pembimbing (Coaches), dengan pakaian biasa asalkan sopan, sehingga tercipta suasana santai. Selain itu, bisa dengan cepat menghapus mental block karena semua peserta terpaksa untuk bisa berbahasa Inggris, sehingga tidak merasa malu berbahasa Inggris, walaupun belum fasih dan lancar.
"Untuk biaya pelatihan tergolong murah, seperti di Kampung Pare, Kediri, yang rata-rata biaya hanya Rp 100 ribu per bulan ditambah makan sekitar Rp 200 - 300 ribu sehingga terjangkau bagi kalangan menengah ke bawah," tandasnya.
Saat ini, jumlah penduduk di kawasan KTM Cahaya Baru berjumlah 12.203 KK atau 45.063 jiwa dengan mata pencaharian utama di sektor pertanian, sektor industri pengolahan dan sebagian kecil bergerak di sektor peternakan.
"Kawasan Cahaya Baru secara administratif memiliki luas kawasan 52.150 Ha yang terbagi dalam 5 Satuan Kawasan Permukiman (SKP) dengan pusat SKP di Jejangkit Pasar, Tabing Rimbah, Karang Bunga, Danda Jaya, dan Sungai Gampa serta meliputi 6 kecamatan dengan 47 desa," ucapnya.
Mesti disadari bahwa kemampuan bahasa Inggris, kata Marwan Jafar, mutlak diperlukan untuk generasi mendatang agar menjadi generasi cerdas, unggul dan berkarakter positif yang siap bertarung di era global merupakan tugas bersama dengan modal kekayaan Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah dan SDM yang banyak. Melihat antusiasme warga untuk belajar Bahasa Inggris, membuat bangga dengan semangat mereka yang berupaya meningkatkan kemapuan SDM di kawasan transmigrasi.
"Kami baru mencanangkan dan merintis program saja, warga setempat sudah berlari menyambut dengan penuh antusiasme, " ucapnya, bangga.
Pengelolaan selanjutnya, akan diserahkan kepada pemerintah desa setempat, melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDES). Dengan berbagai upaya yang dilakukan tersebut, Indonesia berpeluang menjadi negara maju dan macan Asia, sekaligus bisa muncul sebagai super power baru dunia.
Inilah masa di mana Indonesia berpeluang bangkit menuju masa keemasan peradaban yang gemilang. Persemaian generasi mendatang di kawasan transmigrasi, juga dilaksanakan melalui jalur pendidikan formal dan non formal. Pendidikan formal dengan terus melakukan pembangunan sarana dan prasarana pendidikan dasar sembilan tahun, sedangkan pendidikan non formal melalui kegiatan Rumah Pintar, Karang Taruna dan kegiatan sosial keagaman lainnya.
(Adv)
Advertisement