Minta Hujan, Warga Bali Gelar Tradisi Tarung Rotan

Tradisi gebug ende atau bertarung menggunakan ini merupakan warisan leluhur dan sudah berlangsung ratusan tahun.

oleh Muhammad Ali diperbarui 17 Sep 2017, 07:46 WIB
Diterbitkan 17 Sep 2017, 07:46 WIB

Liputan6.com, Denpasar - Pulau Bali dikenal memiliki banyak tradisi unik dan sudah berumur tua. Salah satunya adalah gebug ende. Sebuah tradisi meminta hujan dengan menggelar pertarungan menggunakan rotan. Warga percaya, luka pukulan rotan merupakan pertanda akan turun hujan.

Seperti ditayangkan Fokus Pagi Indosiar, Minggu (17/9/2017), sebelum bertarung, dua peserta menari-nari diringi musik tradisional, sambil mencari posisi terbaik untuk menyerang.

Pertarungan ini dipimpin oleh wasit yang mengatur jalannya pertandingan. Tradisi gebug ende digelar warga Kabupaten Karangasem, saat musim kemarau.

Dua peserta saling serang dengan menggunakan tongkat rotan dan dibekali tameng untuk menangkis pukulan lawan.

Meski saling serang dan terkena pukulan, namun para peserta tak boleh emosi. Karena warga percaya, darah akibat luka pukulan rotan merupakan simbol akan turunnya hujan.

Para peserta merupakan para petani setempat. Mereka mengaku senang berlaga dalam acara gebug ende. Meski badannya penuh luka sekalipun.

Tradisi langka ini mnerupakan warisan leluhur dan sudah berlangsung ratusan tahun. Gebug ende digelar sebagai bagian dari ritual minta hujan, saat kemarau panjang. Selain itu, tradisi gebug ende menjadi agenda wisata Kabupaten Karangasem.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya