Liputan6.com, Jakarta Untuk membantu memenuhi kebutuhan air bersih dan sanitasi para pengungsi akibat meningkatnya aktivitas vulkanik Gunung Agung di Bali, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah mendistribusikan berbagai perlengkapan air minum dan sanitasi. Sebagian besar perlengkapan didatangkan dari tempat penyimpatan perlengkapan tanggap darurat Kementerian PUPR yang ada di Surabaya dan Bekasi yang dikirim sejak Minggu malam (24/92017).
Distribusi dilakukan di lima lokasi pengungsian utama yakni lokasi pertama di Tanah Ampo berupa 1 unit mobil toilet dan 2 Tenda Hunian Darurat (THD) lokasi kedua GOR Sueca Pura berupa 6 Hidran Umum (HU), 20 unit WC knockdown, 10 THD, dan 1 unit kontainer untuk sampah.
Advertisement
Lokasi pengungsian ketiga di Ulakan, berupa 5 HU, 10 WC knockdown, 1 mobil tangki air (MTA), 10 THD dan melakukan pengeboran satu sumur. Lokasi keempat di Manggis yang dipasok 5 HU, 10 WC knockdown, 1 MTA, 10 THD dan juga dibuat satu sumur bor. Lokasi kelima yakni di Les Buleleng sudah dilakukan pemasangan 5 HU, 5 WC knockdown dan 10 THD.
Menurut Kordinator Pos Siaga Bencana Pusat Kementerian PUPR yang juga Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Teknologi Industri dan Lingkungan Khalawi AH, penambahan berbagai peralatan tersebut sangat mungkin dilakukan bila dibutuhkan.
Untuk mendukung Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali, juga telah di bentuk Pos Siaga Bencana Gunung Agung yang diketuai oleh Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) VIII Ketut Darmawahana dan Ketut Jayada sebagai Kordinator Lapangan.
Pos Siaga Gunung Agung tersebut berada di Balai Wilayah Sungai Bali Penida sebagai Pos Utama dan Pos Taktis Lapangan (PT) di Kantor O & P Tukad Unda.
"Saat ini, tim telah bergerak dengan penyiapan pos siaga dan organisasi, inventarisasi infrastruktur PUPR terdampak dan evaluasi kerentanan, penyiapan peralatan dan sumber daya manusia, dukungan sarana prasarana air bersih dan sanitasi, dan penyiapan peringatan dini banjir lahar berbasis prediksi hujan”, jelas Khalawi.
Selain perlengkapan untuk pengungsi, Kementerian PUPR melalui BBPJN VIII telah menyiagakan alat berat berupa excavator 3 unit, loader 3 unit, dumptruck 7 unit, crane 2 unit, grader 3 unit, chainsaw 6 unit, genset 1 unit
Untuk mengantisipasi jembatan tidak berfungsi, sudah disiapkan Bailey 250 meter. Bronjong : 8250 unit, Aramco 250 buah, Sheetpile 200 batang, Boxculvert (1x1m) 228 unit dan alat komunikasi sebanyak 4 set.
Kesiapsiagaan peralatan juga dilakukan BWS Bali Penida, Ditjen SDA berupa alat berat berupa Excavator 3 unit, Loader 1 unit, dumptruck 3 unit, trailer 1 unit, Bronjong 1500 unit, geobag 2000 unit, alat komunikasi 1 set, Genset : 3 buah dan Chainshaw 4 buah.
Infrastruktur Terdampak
Sementara itu Kepala BBPJN VIII Ketut Darmawahana mengatakan telah melakukan inventarisasi infrastruktur yang kemungkinan terkena dampak apabila terjadi letusan Gunung Agung terutama luncuran lahar dingin. Prakiraan infrastruktur jalan dan jembatan yang terdampak yakni 61 km jalan nasional, 29 buah jembatan dimana 8 jembatan berada pada sungai utama.
Jalan provinsi sepanjang 88 km dan 28 jembatan. Untuk jalan kabupaten yang akan terdampak 598 km dan 21 buah jembatan. Infrastruktur air minum yang akan terdampak yakni SPAM Desa Tianyar Timur, Desa Kubu, Desa Sebudi, dan Desa Selat.
Untuk infrastruktur sumber daya air yang akan terkena dampak yakni 9 Daerah Akiran Sungai (DAS) yaitu di Tukad Unda, Tukad Buhu, Tukad Jangga, Tukad Batuniti, Tukad Nusu, Tukad Sringin/Daya, Tukad Ringuang, Tukad Peninggungan, Tukad Abu.
Selain itu ada 12 embung, Sabodam 87 buah (22 di sungai utama), kantong lahar 5 buah, Bendung kewenangan pusat 8 buah, sawah 4270 Ha (DAS Unda), pipa transmisi air baku 78 km, reservoir 26 unit , SPAB Pedesaan 4 unit dan mata Air / intake 3 buah dan sumur bor 42 buah.
Kepala BWS Bali Penida Ketut Jayada mengatakan, dari 12 embung di lereng sekitar Gunung Agung, 9 diantaranya berada dalam zona berbahaya sehingga tidak bisa dimanfaatkan maksimal untuk kebutuhan air bersih bagi para pengungsi.
Untuk itu, tim akan memanfaatkan sistem air baku lokal yang ada di daerah pengungsian seperti Manggis dan Ulakan. Mengingat lokasi pengungsian yang tersebar, dalam kondisi tertentu akan dilakukan pengeboran untuk mendapatkan air.
(*)