Liputan6.com, Banyuwangi - Setelah merayakan Idulfitri, masyarakat suku Osing di Desa Kemiren, Banyuwangi, Jawa Timur, memiliki tradisi bernama barong ider bumi. Ritual tahunan ini merupakan bentuk syukur atas keselamatan warga sekaligus upaya menolak bala atau bencana yang mungkin mengancam desa.
Mengutip dari laman Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia, barong ider bumi dilaksanakan dengan rangkaian acara yang sarat makna. Prosesi diawali dengan bersih desa dan ziarah ke makam leluhur Buyut Cili.
Inti acara berupa arak-arakan barong, makhluk mitologi yang dipercaya sebagai pelindung desa, keliling pemukiman warga. Arak-arakan diiringi nyanyian macapat dan ritual sembur uthik-uthik, yaitu menebar uang koin, bunga, serta beras kuning sebagai simbol pengusiran energi negatif.
Advertisement
Baca Juga
Tradisi ini memiliki tujuan bagi masyarakat setempat. Barong dipercaya mampu mengusir kejahatan, hawa nafsu, dan keburukan dari kehidupan warga.
Ritual juga dimaksudkan untuk mencegah bencana seperti gagal panen atau wabah penyakit. Nama ider bumi sendiri berasal dari kata ider yang berarti berkeliling dan bumi sebagai tempat berpijak.
Puncak acara ditandai dengan selamatan bersama di atas tikar yang digelar di area terbuka. Masyarakat kemudian menikmati hidangan khas Osing berupa pecel pithik (ayam dengan bumbu khas) sebagai bentuk syukur dan kebersamaan.
Pelaksanaan tradisi pasca Lebaran ini memiliki waktu yang tetap setiap tahunnya, biasanya beberapa hari setelah Idulfitri. Kesakralan acara tetap dijaga meski tetap terbuka bagi wisatawan yang ingin menyaksikan.
Masyarakat setempat percaya bahwa kelestarian tradisi ini akan membawa keberkahan dan perlindungan bagi seluruh warga Desa Kemiren. Barong yang digunakan dalam prosesi merupakan hasil kerajinan tangan warga dengan detail yang rumit.
Penulis: Ade Yofi Faidzun