Liputan6.com, Jakarta - Kediaman Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudi Latif di bilangan Bintaro hari ini tak seperti biasanya. Rumah tingkat berpagar cokelat itu tampak sepi, hanya ada pembantu dan seorang sopir yang sedang mencuci mobil.
Amar, Supir Yudi Latif mengatakan, tuannya itu sudah tidak di rumah sejak pagi tadi. Yudi, kata Amar pergi bersama dua anaknya ke Sukabumi, Jawa Barat. Yudi tak memberi banyak pesan kepada Amar, hanya saja, dia mengatakan akan berada di sana hingga Lebaran.
"Tadi pergi setelah azan Subuh. Enggak bilang apa-apa, cuma beliau hanya bilang akan merayakan Idul Fitri di sana (Sukabumi). Itu kan kampung halaman beliau" ucap Amar kepada Liputan6.com, Jumat (8/6/2018).
Advertisement
Setengah jam sebelum azan Subuh berkumandang, sebuah postingan mengejutkan datang dari akun Facebook mantan Rektor Universitas Paramadina itu. Secara terbuka, Yudi menyatakan diri mundur dari jabatannya sebagai Kepala BPIP.
"Saya mohon pamit. Segala yang lenyap adalah kebutuhan bagi yang lain, (itu sebabnya kita bergiliran lahir dan mati). seperti gelembung-gelembung di laut berasal, mereka muncul, kemudian pecah, dan kepada laut mereka kembali (Alexander Pope, An Essay on Man)," demikian penggalan kalimat yang ditulis Yudi Latif di akun Facebooknya, Yudi Latif Dua, pada pukul 04.18 WIB.
Kabar tersebut bak petir di siang bolong bagi para petinggi BPIP. Anggota Dewan pengarah BPIP Mahfud MD mengaku terkejut dengan keputusan mendadak Yudi Latif mundur sebagai Kepala BPIP.
"Bagi kami mengejutkan. Apalagi dua hari lalu masih berpidato di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Tapi tidak apa-apa kalau beliau sudah memutuskan," ujar Mahfud kepada Liputan6.com, Jumat malam.
Mahfud pun mengaku belum mengetahui alasan mendasar Yudi Latif mundur dari jabatan setingkat menteri itu. Namun dia menduga faktor keluarga menjadi alasan Yudi mundur dari Kepala BPIP.
"Dia ngurus keluarga, kan single parent barangkali dengan kapasitas kerja seperti itu dia merasa berat," kata dia.
Anggota Dewan Pengarah BPIB lainnya Said Aqil Siradj mengatakan mundurnya Yudi sebagai kerugian besar. Bagi Said Aqil, Yudi merupakan sosok yang cerdas, aktif, tulus dan ikhlas.
"Sebenarnya kita rugilah kalau beliau mengundurkan diri. Beliau cerdas, aktif, tulus, ikhlas. Saya menyayangkan, saya kaget," ungkap Said di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Jumat malam.
Kekaguman Said Aqil bukan tanpa alasan, usai dilantik menjabat Unit Kerja Presiden-Pancasila (sebelum menjadi BPIP), Yudi Latif aktif melakukan diskusi dan pertemuan terkait dengan Pancasila selama menjabat.
Dia dan beberapa anggota Dewan Pengarah UKP-PIP juga menghadiri peringatan Imlek di Vihara Dharma Bhakti. Dalam acara itu, UKP-PIP menekankan pentingnya makna keberagaman. Pada akhir Februari 2018, Jokowi kemudian menaikkan posisi UKP-PIP jadi setingkat kementerian lewat Perpres No 7 Tahun 2018.
UKP-PIP berubah nama menjadi BPIP per Maret 2018. Namun baru beberapa bulan Yudi Latif menjabat sebagai Kepala BPIP, dia memilih mengundurkan diri.
Said mengatakan, hingga kini dirinya belum bisa mengontak Yudi Latif. Ketua Umum PBNU ini pun mengaku ingin mengonfirmasi langsung perihal pengunduran diri yang bersangkutan.
Dia pun menegaskan, meskipun Yudi Latif meninggalkan BPIP, ke depannya lembaga itu akan tetap lanjut. "Ya harus lanjut. Harus jalan terus," ucap Said menegaskan.
Sementara itu, Wakil Ketua BPIP, Haryono mengaku hingga kini belum bisa menghubungi Yudi Latif setelah memutuskan mundur dari BPIP. Bahkan dia tidak tahu kalau surat penguduran diri telah dilayangkan kepada Presiden Jokowi pada Jumat pagi.
"Tentu saya kaget. Karena belum ada komunikasi dengan beliau sebelumnya," ucap Wakil Ketua BPIP Haryono kepada Liputan6.com, Jumat petang.
Menurut Haryono, Yudi Latif masih sempat memimpin pertemuan dengan pihak Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), yang akan mengadakan acara bertemakan Pancasila, pada Kamis, 8 Mei 2018 kemarin. Karena itu, keputusan mundur yang mendadak membuatnya terkejut.
"Kemarin masih kerja pertemuan dari BPJS mau mengadakan acara dengan bertemakan Pancasila. Beliau hadir dan memimpin," kata dia.
Saksikan video menarik di bawah ini:
Respons Jokowi
Keputusan Yudi mundur dari jabatannya memang mendadak. Presiden Jokowi sendiri baru menerima surat permohonan mundur Yudi Latif pada Jumat pagi. Di mata Jokowi, Yudi dianggap sebagai sosok yang berintegritas tinggi.
"Suratnya saya terima tadi pagi. Saya sangat menghargai upaya yang telah disiapkan dengan proses pembentukan UKP PIP kemudian pindah ke BPIP," kata Jokowi di Rumah Dinas Ketua MPR, Jalan Widya Chandra IV, Jakarta Selatan, Jumat (8/6/2018) malam.
Dalam suratnya kepada Jokowi, Yudi Latif mencantumkan alasannya mundur karena persoalan keluarga. "Karena ada urusan pribadi, keluarga yang harus lebih diberikan perhatian. Beliau mengundurkan diri," jelas dia.
Terkait pengganti, Jokowi mengaku belum memikirkannya. Dia mengaku butuh waktu mencari sosok yang tepat.
Sementara itu, pengamat politik Sirojuddin Abbas menilai Keputusan Yudi Latif yang mendadak mundur dari jabatan Kepala BPIP harus menjadi perhatian bagi pemerintah. Bisa saja, mundurnya Yudi karena dia merasa terhambat menjalankan tugasnya saat ini sebagai Kepala BPIP.
Apalagi, setelah institusi yang dipimpinnya naik status menjadi setingkat kementerian, tugas Yudi menjadi kian berat.
"Mundurnya secara tiba-tiba ini perlu dikaji oleh pemerintah, apa yang sesungguhnya dialami Yudi Latif di BPIP? Apakah dia punya hambatan atau gangguan yang menyulitkan dia untuk mengambil keputusan menjalankan mandatnya?" kata Sirojuddin kepada Liputan6.com.
Mundurnya Yudi Latif ini juga dikhawatikan mempengaruhi situasi politik terkini. Apalagi BPIP, baru saja mendapat serangan kritik terkait besaran gaji para petingginya di Dewan Pengarah yang dianggap terlalu berlebihan.
Karena itu, penting bagi Jokowi untuk segera mengisi kekosongan posisi Kepala BPIP bila Yudi Latif telah resmi mundur dari jabatannya. Namun demikian, Jokowi harus mencari pengganti yang minimal sepadan dengan kualitas Yudi Latif.
"Butuh leadirship, tidak hanya intelektual, harus cukup berpengalaman menghadapi intrik politik di lingkaran kekuasaan, dalam hal diplomasi, administrasi. Pintar secara intelektual saja enggak cukup masuk lingkungan itu, dia harus pandai negosiasi dengan kepentingan politik dan administrasi birokrasi," kata dia.
Advertisement
Tak Ada Tekanan
Terkait sosok pengganti ini, Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko meminta agar Presiden Jokowi tidak terburu-buru mengisi kursi kosong yang ditinggal Yudi Latif. Moeldoko ingin pengganti Yudi nanti merupakan sosok yang berkapasitas tinggi.
"Menurut saya Pak Yudi Latif adalah seseorang yang dapat memberikan kapasitas yang sangat tinggi, besar. Semua orang tahu tentang Beliau. Makanya perlu mencari pengganti Beliau yang betul-betul kapasitasnya tinggi ya," kata Moeldoko di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat.
Menurut Moeldoko, nantinya pengganti Yudi di BPIP memiliki tugas untuk memperkuat ideologi Pancasila sebagai ideologi bangsa. Khususnya bagi kalangan pemuda dan generasi penerus bangsa.
"Kehadiran BPIP sungguh diperlukan, mengapa demikian? Karena saat ini bermunculan ideologi lain, kalau tidak ditangani akan mengkhawatirkan," ucap Moeldoko.
Dia juga membantah mundurnya Yudi karena adanya tekanan dari para tokoh senior yang duduk di Dewan Pengarah BPIP.
"Tekanan enggak ada. Beliau sering ke kantor saya bersama-sama tim yang lain. Kita berdiskusi tentang bagaimana metode pengarusutamaan Pancasila dan langkah-langkah konkret agar supaya Pancasila bisa diterima oleh anak-anak kita dengan metode yang terbaik," tandas Moeldoko.
Sementara itu, Ketua Majelis Pemusyawaratan Rakyat (MPR) Zulkifli Hasan mengaku tidak bisa menebak-nebak alasan pengunduran diri Ketua Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudi Latif.
Dia hanya meminta semua pihak untuk menghormati keputusan Yudi yang memilih hengkang dari badan usulan MPR itu.
"Ya di situkan memang ada begini ada steering committee, ada organizing committee, SC dan OC. saya kira saya enggak bisa nebak-nebak ya tapi kita hormati saja lah Yudi Latif mundur. Sudah, sudah mundur dia. Kita hormati saja itu," kata Zulkifli di Widya Chandra IV, Jakarta Selatan, Jumat (8/6/2018).
Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) ini tidak belum bisa memperkirakan siapa sosok yang pas untuk bisa menggantikan Yudi. Dia menyerahkan kriteria pemilihan pada Presiden Joko Widodo (Jokowi).