Kalbe Resmikan Laboratorium Kultur Jaringan di Universitas Surabaya

Laboratorium kultur jaringan ini merupakan kerja sama antara Kalbe dengan Universitas Surabaya (Ubaya) dan Han Bang Bio, Korea dalam pengembangan bibit tanaman herbal khas Indonesia.

oleh Gilar Ramdhani diperbarui 20 Jul 2018, 16:05 WIB
Diterbitkan 20 Jul 2018, 16:05 WIB
Kalbe Resmikan Laboratorium Kultur Jaringan di Universitas Surabaya
Laboratorium kultur jaringan ini merupakan kerja sama antara Kalbe dengan Universitas Surabaya (Ubaya) dan Han Bang Bio, Korea dalam pengembangan bibit tanaman herbal khas Indonesia.

 

Liputan6.com, Jakarta Kalbe Farma melalui anak perusahaannya PT Bintang Toedjoe pada hari Selasa, 18 Juli 2018 lalu meresmikan laboratorium kultur jaringan (tissue culture) yang berlokasi di Fakultas Teknobiologi Universitas Surabaya.

Peresmian laboratorium dilakukan oleh Direktur Pengembangan Teknologi Industri Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Dr Eng Hotmatua Daulay dengan didampingi oleh Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk Vidjongtius dan Rektor Universitas Surabaya Prof. Ir. Joniarto Parung, MMBAT., Ph.D.

Laboratorium kultur jaringan ini merupakan kerja sama antara Kalbe dengan Universitas Surabaya (Ubaya) dan Han Bang Bio, Korea dalam pengembangan bibit tanaman herbal khas Indonesia seperti jahe merah dan ginseng.

“Peresmian laboratorium kultur jaringan ini merupakan bentuk komitmen Kalbe dalam mendukungterciptanya industri farmasi yang terintegrasi, khususnya dalam hal kemandirian bahan baku produk sertainovasi untuk memberi nilai tambah bagi produk yang dihasilkan,” ujar Vidjongtius, Presiden Direktur PTKalbe Farma Tbk.

“Kami berharap laboratorium ini dapat menjadi Pusat Penelitian Kultur Jaringan diIndonesia yang dapat menghasilkan produk berkualitas yang dapat dinikmati oleh masyarakat Indonesia,” lanjut Vidjongtius.

Total investasi laboratorium pada tahap awal mencapai Rp 6 Miliar yang digunakan untuk membangun fasilitas laboratorium dan alat pendukuing lainnya, kemudian PT Bintang Toedjoe juga mengalokasikan Rp 200 milyar untuk investasi produksi in vitro dan benih ex vitro sampai dengan tahun 2022.

Investasi yang dilakukan secara mandiri ini bertujuan untuk mendukung beberapa program pemerintah yaitu sinergis mepengembangan riset dan teknologi dengan melibatkan Akademisi, Bisnis, dan Goverment/Pemerintahan(ABG). Ke depannya dukungan yang nyata dari pemerintah dalam invetasi inisangat diapresiasi sebagai wujud nyata sinergisme di bidang riset dan teknologi.

Selain itu diharapkan dengan adanya laboratorium kultur jaringan ini bisa mengakomodir besarnya angka importasi bahan alam. Karena sejauh ini PT Bintang Toedjoe sudah melakukan impor ginseng sebanyak 50 ton sebagai bahan baku utama produk Extra Joss. Dengan demikian peran Laboratorium ini sangat penting bagi PT Bintang Toedjoe untuk mengurangi ketergantungan impor dengan cara melakukanproduksi secara mandiri melalui teknik produksi in vitro. Dengan teknologi kultur jaringan, tanaman ginseng dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan klon tanaman yang sama persis dengan induknya (konsisten), mempercepat proses pematangan tanaman yang cukup signifikan, serta untuk multiplikasijumlah tanaman tanpa memanfaatkan biji tanaman.

Selain itu dengan teknik ini diharapkan menghasilkan ginseng dengan kandungan bahan aktif ginsenoside yang lebih tinggi dan terstandar. PT Bintang Toedjoe juga menggunakan tanaman khas Indonesia seperti jahe merah, tumeric, lagundi, temulawak dan sejenisnya sebagai bahan baku produk natural yang dimiliki Bintang Toedjoe antara lain produk Bejo Masuk Angin dan Komix Herbal.

”Kami sangat berharap dengan adanya laboratorium ini bisa menghasilkan bibit unggul dengan teknik in vitro sehingga dapat didistribusikan kepada para petani di Indonesia. Bintang Toedjoe juga berkomitmen membeli hasil panen dari para petani tersebut sebagai bagian dari kegiatan farmer community development yang berkelanjutan,” ujar Simon Jonatan, selaku Presiden Direktur PT Bintang Toedjoe.

Selain dengan Ubaya dan Hanbang Bio, PT. Bintang Toedjoe juga telah melakukan kerjasama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) khususnya dengan Balai Bioteknologi dalam perbanyakan bibit menggunakan teknologi kultur jaringan secara in vitro dan ex vitro pada komoditas tanaman obat jahe merah sejak pertengahan tahun 2017.

“Kami berharap kerja sama riset dan pengembangan dengan berbagai pihak ini bisa membantu para petani meningkatkan produktivitas tanaman herbal asli Indonesia dan juga berpeluang untuk melakukan expor ke luar negeri,” lanjut Vidjongtius.

 

(PR)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya