Wiranto Pastikan Kasus Pembakaran Bendera di Garut Selesai

Wiranto menyatakan, tokoh-tokoh agama dari berbagai elemen sepakat bahwa peristiwa tersebut timbul karena ada kesalahpahaman.

oleh Nafiysul Qodar diperbarui 09 Nov 2018, 14:16 WIB
Diterbitkan 09 Nov 2018, 14:16 WIB
Menko Polhukam Wiranto menghadiri dialog bertema 'Dengan Semangat Ukhuwah Islamiyah Kita Jaga Persatuan dan Kesatuan Bangsa' di Kantor Kemenko Polhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Jumat (9/11/2018). (Liputan6.com/Nafiysul Qodar)
Menko Polhukam Wiranto menghadiri dialog bertema 'Dengan Semangat Ukhuwah Islamiyah Kita Jaga Persatuan dan Kesatuan Bangsa' di Kantor Kemenko Polhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Jumat (9/11/2018). (Liputan6.com/Nafiysul Qodar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Pokitik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto menyatakan, kasus pembakaran bendera mirip Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) di Limbangan, Garut, Jawa Barat beberapa waktu lalu sudah selesai.

Tokoh-tokoh agama dari berbagai elemen sepakat bahwa peristiwa tersebut timbul karena ada kesalahpahaman.

Hal itu disampaikan Wiranto usai bertemu dengan sejumlah tokoh agama, ulama, habaib, dan perwakilan ormas Islam dalam sebuah dialog bertema 'Dengan Semangat Ukhuwah Islamiyah Kita Jaga Persatuan dan Kesatuan Bangsa' di Kantor Kemenko Polhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Jumat (9/11/2018).

Acara dialog juga dihadiri Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dan perwakilan dari Bareskrim Polri yang menangani kasus tersebut. Dialog ini dilakukan agar tidak tejadi perdebatan di kemudian hari terkait peristiwa pembakaran bendera tersebut.

"Saya bersyukur sekali dialog berjalan dengan sangat santai, sangat bersahabat, penuh kesadaran mencari kebenaran dengan semangat tabayun. Sehingga kita sangat bahagia terjadi kesepakatan bahwa ini ada kesalahpahaman yang tidak lagi boleh terjadi pada masa depan nantinya," ujar Wiranto.

Kesalahpahaman yang dimaksud adalah terkait persepsi terhadap bendera berwarna hitam dengan tulisan kalimat tauhid.

Wiranto menuturkan, pihak pembakar dan yang membawa mengakui bahwa bendera tersebut merupakan simbol HTI. Dalam konteks hukum juga dinyatakan sebagai bendera HTI.

Namun, dalam konteks yang lebih luas dan merujuk pada akidah, kata Wiranto, bendera tersebut terdapat tulisan kalimat tauhid yang dihormati dan dicintai. Sehingga pembakaran terhadap bendera tersebut pun menuai kontroversi.

"Dalam konteks di Garut jangan kemudian dicampuradukkan. Sehingga tadi sudah ada pemahaman itu, jangan sampai ada fakta-fakta hukum yang didekati dari dua wilayah yang dicampuradukkan, ini yang jadi kacau. Yang penting ini udah selesai ya," ucap dia.

 

Rawan Ditunggangi

Dalam kesempatan tersebut, Wiranto mengajak kepada para tokoh agama, ulama, habaib, dan pemimpin ormas Islam untuk bersama-sama menjaga stabilitas keamanan negara. Wiranto juga mengingatkan bahwa kasus yang sensitif seperti pembakaran bendera rawan ditunggangi.

"Saya mengingatkan kepada teman-teman yang demonstrasi hati-hati, demonstrasi yang terkadang punya niat baik untuk membangun satu pemahaman positif ternyata ditunggangi kelompok lain untuk kepentingan politik," kata Wiranto.

Mantan Panglima ABRI itu kemudian menayangkan video Aksi Bela Tauhid yang digelar di depan kantornya beberapa waktu lalu. Dia melihat, aksi damai tersebut telah ditunggangi oleh kepentingan politik tertentu.

"Tadi saya tayangkan untuk demonstrasi yang dua kali itu ternyata memang ditunggangi kelompok-kelompok yang menfaatkan untuk kepentingan politik, dimanfaatkan untuk teman-teman HTI tetap eksis," ucap Wiranto.

"Saya kira pertemuan seperti ini akan saya lakukan secara berkala, secara periodik agar kebersamaan kita baik sesama umat Islam atau antaragama tetap terjaga," dia mengimbuhkan.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya